Path to You .3

27 6 2
                                    

Boun sangat bersyukur mengetahui ibunya berhasil menjalani operasinya dengan baik dan telah melewati masa kritis. Kini hanya tinggal menunggu masa pemulihan. Namun karena masih butuh observasi lanjut, ibunya tetap tinggal di rumah sakit.

Melewati satu bulan kontrak, ada sedikit perubahan terjadi pada Mew, meskipun siksaan saat menidurinya masih belum berkurang. Mew mulai membuka diri untuk sekedar mengobrol dengan Boun. Ia terkadang mengundang Boun hanya untuk menemaninya dan membiarkannya kembali lebih awal. Meruntuhkan kesan arogan yang Boun lihat di awal mereka bertemu. Dengan harga dirinya yang tinggi, Mew terlihat masih mudah untuk didekati.

Mew duduk di atas sofa dengan kaki bersilang dan laptop berada di atas pangkuannya, ia tengah mengerjakan proyeknya. Sedangkan Boun duduk di atas karpet, di bawah tempat Mew duduk.

Beberapa waktu ini Mew menyadari, Boun bukan pencerita, dia tak akan memulai obrolan. Namun begitu, dia masih akan menjawab apa pun yang ditanyakan.

Mew menghentikan kegiatannya, menatap Boun yang begitu fokus dengan apa yang sedang ia kerjakan. Boun duduk membelakanginya. Rambut yang ia biarkan tumbuh memanjang ia ikat dengan sembarangan, memperlihatkan tengkuknya yang jenjang.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Mew kemudian.

"Menggambar."

Ia dan Boun berada di apartemennya. Mew yang hari itu tak memiliki jadwal kerja, memintanya untuk datang sepulang dari kampus.

"Kau sangat menyukai tatto?" Mew mencondongkan tubuhnya ke arah Boun untuk melihat gambar yang dibuatnya. Ia menaruh dagunya di pundak kanan Boun.

"En."

"Apa kau berminat menjadi tatto artist?"

Boun mengangguk. Aroma mint yang keluar saat Mew berbicara dan rasa hangat karena kedekatan mereka berdampak pada Boun. Ia merasa gugup, dan rasa aneh saat Mew berbicara begitu dekat dengan telinganya.

"Selain tatto, apa lagi yang kau suka?"

Boun menarik diri menjauh dari Mew, ia memperhatikan anting yang Mew kenakan.

"Phi, aku lihat kau sering berganti-ganti aksesoris. Itu semua sangat bagus ."

"Kau menyukai perhiasan?" Setelah Boun menarik diri, Mew kembali duduk tegak di sofa.

"Terkadang selain tatto aku juga menggambar aksesoris. Aku hanya suka melihatnya karena bentuknya yang unik. Tapi aku lebih suka memakai yang simple."

"Kau ingin melihat koleksiku?"

"Bolehkah?"

Mew tersenyum ramah, "Tentu."

Melihat itu, Boun merasa wajahnya menghangat. Ini kali pertama ia melihat Mew tersenyum padanya. Bersamanya Mew lebih sering menampilkan wajah datarnya. Meskipun Mew selalu tampil dengan senyum menawan layaknya model iklan pasta gigi, ia pada dasarnya poker face. Hanya orang terdekat yang bisa menikmati senyum tulusnya. Senyum yang orang lihat di televisi hanyalah komoditi bagi bisnisnya. Awalnya Boun juga terkejut saat bertemu langsung ternyata Mew tak seramah yang ia lihat di tv.

Mew beranjak dari duduknya. "Ayo ikut denganku!"

Boun mengikuti Mew masuk ke ruang wardrobenya. Mew menunjukkan koleksi aksesorisnya di sebuah kotak kaca. Boun melihatnya dengan cermat. Ia hanya melihat-lihat tanpa keinginan untuk menyentuhnya.

"Ambilah salah satu jika ada yang kau suka." ujar Mew.

Boun menggeleng. "Tidak phi. Milikmu terlalu mencolok."

"En apa yang kau lakukan setelah kembali dari sini?"

"Hanya pulang."

"Temani aku jalan!" pinta Mew.

Remahan CrackersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang