Path to you .8

32 5 1
                                    

Mew terlihat kesal, sudah berjam-jam ia berlatih di studio ia masih belum menemukan kunci yang pas untuk lagu yang ia buat. Pikirannya tak sejalan dengan apa yang ia inginkan. Akhir-akhir ini ia terlihat kacau, moodnya begitu buruk. Mew terus melampiaskan rasa kesalnya dengan bermain musik, tapi itu tak sedikit pun membantu. Beberapa pasang stik drum telah ia patahkan, beberapa senar gitar pun tak selamat dari kemarahan Mew.

Mild yang kini tengah menunggu untuk membicarakan jadwal hanya bisa terdiam di sudut. Ia yang biasa sangat cerewet, telah terdiam begitu lama. Ia terus menggigit bibirnya. Menahan dirinya agar tidak mengucapkan kata yang salah, membuat kesalahan baru yang akan memancing amukan Mew. Demi keamanan, Mild akan menjaga jarak minimal tiga meter. Mew yang diliputi aura jahat yang pekat lebih menyeramkan dibanding milik Gulf. Seolah Mew akan menerkamnya kapan saja jika dia salah sedikit saja.

Kembali ke beberapa waktu lalu, Gulf datang ke apartemen mereka. Mew tampak senang, berharap jika Gulf akan terus tinggal, dan memperbaiki hubungan mereka. Tapi dari percakapan mereka masih tak berakhir baik.

"P'Mew, kau seperti ini karena anak itu bukan? Apa kau menyukainya?"

"Gulf, memang benar salahku yang menerima usulan Mild. Membiarkan Boun masuk di antara kita, tapi semua itu sudah selesai. Lalu bagaimana denganmu? Kau bahkan menikahi gadis itu demi orang tuamu dan kau memaksaku untuk menerimannya. Kau juga membiarkan aku terus menunggumu tanpa kepastian. Kau berjanji padaku akan segera menyelesaikannya. Apa kau yakin?"

"Phi, kubilang sebentar lagi. Biarkan aku menenangkan keinginan orang tuaku, aku pasti kembali padamu."

Mew tertawa sinis. "Berapa lama itu? Kau berpikir dengan waktu singkat aku bersama Boun bisa menumbuhkan perasaan. Lalu bagaimana denganmu? Berapa lama kalian bersama? Kau begitu percaya diri tak akan jatuh pada wanita itu. Sebelum denganku, kau sangat menyukai gadis-gadis cantik. Dia cantik, dan dia tipe mu. Orang tuamu pun merestuinya."

"Phi, berhenti begitu sinis padaku! Mereka orang tuaku, mereka sama pentingnya bagiku seperti dirimu untukku. Aku tak bisa menolak permintaan mereka."

"Aku penting?! Benarkah aku sepenting mereka? Kau tak bisa menolak permintaan mereka, tapi kau selalu menolakku. Delapan tahun kita bersama, kau menolak memberi tahu teman-temanmu tentang aku. Di depan orang tuamu, sedikitpun kau tak pernah berjuang untukku. Selama ini aku bisa saja menerimanya, karena aku mencintaimu. Tapi Gulf, kadang aku merasa lelah."

Wajah Gulf telah penuh dengan air mata, "P'Mew, kumohon bertahan sebentar lagi."

Mew menggeleng, "Delapan tahun kita bersama, setiap kali ada masalah kau selalu mengancam untuk meninggalkanku. Jika kita bertengkar, kau selalu melarikan diri ke rumahmu. Pada akhirnya akulah yang terus membujukmu untuk kembali."

"Gulf, pernahkah kau membayangkan dirimu di tempatku?"

Gulf tak menjawab, namun isak tangisnya semakin keras.

"Delapan tahun, aku tak pernah bersama seseorang selama itu. Kau satu-satunya. Aku bisa bertahan selama itu karena aku merasa bahagia bersamamu, tapi kini cinta itu terasa menyedihkan karena kau orang yang paling aku cintai juga yang menyisakan luka paling menyakitkan. Aku tak pernah menuntutmu untuk mencintaiku sebesar milikku, tapi tak seharusnya juga kau menyakitiku seperti ini."

"Phi aku sangat mencintaimu."

"Aku tahu." balas Mew dingin.

Cinta harusnya membuat mereka bahagia, tapi cinta itu sendiri membawa rasa sakit dan meninggalkan bekas luka yang sulit disembuhkan.

Rasa sakit itu telah menemani kesehariannya. Seiring waktu telah menjadi hambar karena sudah menjadi kebiasaan. Hanya begitu menjengkelkan jika mengingatnya.

Remahan CrackersOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz