8

84 9 10
                                    

Win tengah sibuk merangkai baby breaths bouquet beraneka warna saat Korn melakukan panggilan video padanya.

"Ada apa?" tanyanya.

[Kau di mana?] Win menunjukkan bouquet yang baru dirangkainya.

[Apa itu untukku?] Korn terlihat sangat senang melihatnya.

Win menyeringai, "Kau bisa mendapatkannya jika kau bisa menemukanku sekarang."

[Huhhh jika aku tahu kau di mana, aku tak akan bertanya padamu. Apa kau di toko bunga dekat kampus?]

Win menggeleng, "Kau tak perlu mencariku, aku akan segera pergi."

[Win, jam berapa kau kembali?]

"Ai Win, ini sudah cukup. Kau bisa mengantarnya sekarang." suara seorang wanita di dekat Win menginterupsi.

"Baik phi."

"Korn, aku harus pergi."

[Kapan aku bisa bertemu denganmu?]

"Besok di kampus."

[Tak bisakah kau kembali ke tempatku?] Win menggeleng

[Lalu..aku datang padamu]

"Aku tak pasti kapan kembali."

Korn cemberut, [Baiklah, kita bertemu besok di kampus.]

Beberapa hari ini Korn terus kesal, begitu sulit baginya untuk sekedar bertemu Win. Di kampus ia memiliki kelas yang berbeda, ia juga tak tahu di mana Win mendapatkan kerja paruh waktunya, ia pun tak tahu jam berapa ia kembali ke rumahnya. Meski Win selalu menjawab semua panggilan atau pesannya, ia tak pernah mau menyebutkan keberadaannya. 

Korn sudah menghafal semua jadwal kelas Win, meski hari ini kelasnya ada di sore hari, ia masih mendatangi rumah Win untuk mengantarnya ke kampus.

"Ini masih pagi Korn!" keluh Win ketika membuka pintu rumah dan menemukan Korn di sana. Ia datang membawakannya sarapan. Keduanya duduk mengitari meja jepang.

"Jika aku tak mencarimu, kau tak akan pernah datang padaku. Aku terlalu lelah bermain kucing tikus denganmu."

Win menatapnya dengan malas, "Aku sibuk kerja."

"Kenapa tak kembali ke tempat P'Sin saja?"

"Aku hanya akan membuatnya bangkrut."

"Win, tak semua orang terpengaruh dengan omong kosong itu."

Win menggeleng, "Aku tak ingin buat keributan."

"Lalu di mana kau kerja?"

"Toko bunga."

"Aku sudah mencari toko bunga di sekitar kampus dan masih tak menemukanmu di mana pun. Seberapa jauh tempat itu? Dan aku pikir tak ada toko bunga yang buka 24 jam." Korn mengeluh karena beberapa malam ia menunggu Win hingga tengah malam namun masih belum kembali.

"Juga kafe internet."

"Win.." Korn tahu, Win tak mungkin hanya mengambil kerja paruh waktunya di satu tempat seperti saat masih di tempat P'Sin.

"Aku butuh uang untuk biaya hidupku Korn."

Korn menghela nafas, "Win sebentar lagi kita lulus, tak bisakah aku menanggungmu sampai saat itu?"

Korn sangat tahu, Win tak akan mengambil bantuan orang lain dengan percuma, tapi apakah Win juga masih menganggap dirinya sebagai orang lain?

Win menatap Korn dengan malas, "Apa aku harus membayarmu dengan tubuhku?"

Remahan CrackersWhere stories live. Discover now