Path to You .4

25 4 15
                                    

"Hari ini kau nampak cerah. Apa itu karena baju barumu Boun?" goda Sammy saat Boun baru tiba di kampusnya.

"Ck usil! Bukankah kau selalu bilang jika kau malu jalan denganku karena aku hanya memakai baju yang itu-itu saja?"

"Hnn baguslah kau sadar. Kau sedikit memiliki peningkatan. Lalu bagaimana kabar bibi?"

"Setelah operasi, kondisinya sudah stabil tapi masih perlu perawatan lanjutan."

"Syukurlah. Semoga lekas membaik."

"Mana sarapanku?" tagih Boun.

Sammy memberikan kotak bekal yang ibunya siapkan untuk Boun. "Ibuku terlalu baik padamu, tapi kau tak pernah mengunjunginya. Selesai kelas kau langsung menghilang. Apa yang kau lakukan?"

"Aku akan mengunjungi bibi akhir pekan. Katakan padanya untuk memasak makanan yang enak."

"Kau pikir ibuku koki di rumahmu?!" Sammy meninggikan suara pura-pura kesal padanya, tapi Boun tahu ia hanya bercanda.

Boun terlalu malas menjawabnya, ia tengah mengunyah sarapannya.

"En kau belum menjawabku. Ke mana kau pergi setelah kelas?"

"Aku harus bekerja untuk bisa membayar tagihan rumah sakit."

"Kerja apa? Kapan? Di mana? Dengan siapa? Berapa kau dibayar?" cecar Sammy tak sabar.

Boun menyeringai, "Aku bekerja untuk bayaran yang sangat mahal dengan kecantikan dan tubuhku."

Sammy memukul bahu Boun dengan keras. Ia tahu Boun selalu menjawabnya sembarangan, ia senang main-main dengannya. "Aku sangat ingin mengumpatmu!"

Boun hanya tertawa menanggapinya.

"Boun." panggil seseorang yang baru datang.

"Ohm?" Ohm duduk di depan Boun.

"Oh Boun, temanmu datang, kalian mengobrollah dulu, aku akan ambil minum." Sammy menyingkir.

Setiap kali Ohm mendatangi Boun di fakultasnya, Sammy selalu merasa kehadirannya tak diinginkan. Ohm dengan wajah pokernya yang sangat dingin dan sulit didekati. Ia hanya memperhatikan Boun saja, mengabaikan perhatian dari semua gadis di sekitar yang terpesona olehnya.

"Bagaimana pekerjaanmu?" tanya Ohm setelah Sammy pergi.

Boun mengangguk. "Baik."

Ohm terus menatapnya. Ada kekhawatiran di raut wajahnya. "Dia masih kasar?"

Boun menggeleng, "Dia..menjadi sedikit lebih baik."

"Aku akan menjemputmu selesai kelas." Ohm kembali berdiri.

"Ke mana?"

"Kao dan Boston akan datang. Aku pergi." Tanpa memberi penjelasan lebih, Ohm pergi meninggalkan Boun.

"Ohh di mana temanmu itu?" Sammy baru kembali dari membeli minuman dan tak mendapati Ohm di tempat tadi.

"Pergi."

Sammy buru-buru duduk di samping sahabatnya itu.

"Boun, jujurlah padaku! Apa hubunganmu dengan Ohm? Kalian tidak mungkin hanya berteman. Wajahnya selalu membenci siapa pun yang ada di dekatmu."

"Omong kosong! Dia sudah punya pasangan. Dan kau tahu aku pria straight bersertifikat."

"Puihh!! Hanya karena kau sekarang masih menyukai perempuan, siapa yang tahu masa depan. Lagi pula wajahmu lebih menarik pria tampan untuk mengejarmu. Oh.. apa kau tidak menyadari bagaimana Ohm menatapmu? Seperti ada bintang-bintang di matanya setiap kali dia memandangmu. Dia tidak akan berkedip bahkan terganggu dengan hal apa pun di sekitar. Perasaan dia sangat jelas padamu. Kau terlalu bodoh untuk mengetahuinya."

Remahan CrackersWhere stories live. Discover now