5

81 6 8
                                    

Korn menghentikan mobilnya di depan gang menuju rumah Win.

"Korn, kau tak perlu melakukan ini lagi."

Korn menatap balik orang di sampingnya, "Aku tak keberatan, aku senang bisa melakukannya, apalagi jika kau mau memberi upah yang sepadan."

"Sesat!" 

"Win...." Win memutar matanya malas mendengar Korn pura-pura merajuk.

"Kemari!" panggil Win dengan melambaikan tangan dan segera Korn melepas seat belt lalu mendekatkan dirinya pada Win.

Win menarik tengkuk Korn lalu dengan cepat mencium bibirnya, yang segera mendapat balasan dari Korn. Berawal dari ciuman ringan berubah menjadi lumatan, saling menghisap dan saling menjelajahi mulut lawan. Ciuman yang sangat panas membuat gairah mereka berdua segera naik tanpa menyadari tempat mereka berada sekarang.

Sebuah mobil berhenti tepat di depan dengan cahaya lampu yang sangat terang menyoroti mereka, Win dan Korn buru-buru memisahkan diri, menghentikan aktivitasnya.

"Oughhh shitttt!" umpat Korn yang merasa terganggu.

"Sat! Itu ibuku." Win membenahi keadaan dirinya lalu keluar dari mobil Korn, begitu juga Korn yang segera mengikuti.

"Bu.... halo paman." sapa Win saat mereka keluar dari mobil, ia berjalan mendekati ibunya yang telah lebih dulu berada di luar.

"Ya." balas ibunya.

"Halo Win, kau juga baru pulang?" balas paman.

"Ya paman, terimakasih sudah mengantar ibuku."

Paman tersenyum, "Ya, kalo begitu paman langsung pamit Win."

"Ya paman, hati-hati di jalan." Paman mengangguk, lalu tersenyum pada ibu Win sebelum masuk ke mobil dan melaju di jalanan.

"Korn, kau sudah mengantar Win, mampirlah dulu ke rumah untuk makan malam."

"Tentu saja bi, dengan senang hati."

"Bu, untuk apa kau menawarinya? Biarkan saja dia kembali." protes Win.

"Aish anak ini! Bocah tak tahu terima kasih!" ibu Win menarik lengan Korn meninggalkan Win di belakang.

"Abaikan saja dia Korn!" lanjut ibu Win, ia terus bergegas dengan menggandeng lengan Korn.

"Sini bi biar kubantu." Korn tersenyum, ia mengambil bawaan ibu Win.

"Terima kasih Korn."

"Oey Bu! Kau melupakan anakmu!" teriak Win dari belakang.

"Aku akan menukarmu dengan Korn." sahut ibunya.

"Korn tak akan mau hidup miskin denganmu." balas Win yang sudah menyusul mereka. Korn hanya tertawa mendengar obrolan mereka berdua.

"Tak perlu menukarku dengan Win, saat aku sudah bersama Win, bukankah aku akan menjadi putramu juga Bu?" Korn menghentikan langkahnya, menatap ibu Win dengan senyum.

Ibu Win tersenyum lebar mendengar kata-katanya, ia balik menatap Korn, menepuk pelan bahunya. "Benar, itu terdengar sangat bagus, aku mendapat tambahan satu anak lagi tanpa perlu repot membesarkannya."

"Apa ibu tengah mengeluh karena merawatku?"

Ibu Win menepuk kepala putranya dengan lembut, "Anak ini! Kapan ibu mengeluh?"

"Lalu apa yang baru saja kau katakan?"

"Huhhhhhh.... Bocah pencari masalah, aku tak akan pernah selesai berdebat denganmu Win." ibu menyerah menghadapi Win.

Remahan CrackersWhere stories live. Discover now