Path to You .2

29 6 4
                                    

Seminggu sebelumnya

"N'Boun ibumu harus segera dioperasi. Jika sampai terlambat, tindakan medis apa pun tidak akan berguna lagi."

"Berapa waktu tersisa?"

"Semakin lama akan sangat beresiko."

"Baiklah dok, segera saya usahakan."

Dengan lunglai ia keluar dari ruang dokter, Boun merasa kepalanya akan lebih dulu pecah sebelum sel kanker ibunya pecah dan menyebar. Tak tahu kemana ia bisa mendapatkan uang sebanyak delapan digit untuk biaya operasi ibunya. Tak ada lagi barang berharga miliknya yang tersisa. Sebanyak apa pun yang ia miliki telah habis tertelan rawa tanpa dasar.

Ia pergi ke kampusnya dengan lesu.

"Apa aku salah membaca berita cuaca hari ini? Sepertinya tadi cerah kenapa begitu tiba disini jadi suram, seolah badai petir segera datang." Ujar Sammy saat Boun mendatanginya.

Tanpa merasa bersalah Boun mengambil gigitan dari sandwich yang Sammy pegang.

"Apa bekas gigitanmu akan menimbulkan rabies?" Tanya Sammy.

"Cepatlah pergi untuk mendapat vaksin! Kalopun aku bisa menularkan rabies, kau bahkan sudah gila sedari dulu." Balas Boun.

"Huhh nggak ada takutnya itu mulut. Nih jatahmu dari ibuku." Sammy memberikan sisa sarapannya pada Boun.

"Boun, apa masalah ibumu? Bagaimana keadaannya?" Boun menghela nafas, tak ingin menjawabnya ia mengambil dan memakan sandwich dari Sammy.

"Katakan padaku apa yang terjadi?!" Sammy menarik-narik lengan baju Boun.

"Tak ada."

"Pembohong!" Boun hanya mendengus.

"Boun, cepatlah! Bilang padaku atau aku akan kehilangan nafsu makanku karena penasaran, dan ibuku pasti sedih jika aku jadi kurus."

Boun mencibirnya, "Melihatmu tak berhenti makan, ibumu sudah terlalu bosan menyuruhmu diet."

"Aku harus makan lebih banyak untuk meningkatkan semangat dietku!"

"Alasan macam apa itu? Seriuslah, ibumu khawatir tak ada yang mendekatimu karena kau terlalu gendut." dengan tulus Boun mengingatkan temannya itu.

Sammy cemberut. "Aku bukan gendut, hanya padat berisi."

"Terserah. Angkat pantatmu! Kelas segera mulai." Boun masih menyisihkan sandwich ditangannya, ia segera berdiri dan berjalan menuju kelas, meninggalkan Sammy di belakang.

"Oey Boun! Tunggu aku!" Teriak Sammy.

Dalam kelas perhatian Boun tak ada lagi di sana, ia terus berpikir mencari cara untuk segera mendapatkan uang guna operasi ibunya. Dulu, nominal itu bukanlah apa-apa baginya. Tapi setelah ia dan ibunya keluar dari rumah ayahnya, ia baru merasai betapa sulitnya mendapatkan tiap lembaran bath.

Ia adalah generasi kaya kedua yang tak perlu merasa takut kekurangan apa pun. Namun semenjak pertengkaran ibu dan ayahnya semakin menjadi, dan tatkala ibunya di tuduh terlibat dalam skandal penggelapan dana di perusahaan. Seluruh hak ibunya di cabut, dan ia terusir dari sana. Mengetahui bahwa ayahnyalah yang melakukan kecurangan bersama asistennya, Boun memilih meninggalkannya bersama ibunya. Ia yang berkeras pergi bersama ibunya harus merasakan sulitnya bertahan dengan segala kekurangan karena campur tangan dari ayahnya. Dan beberapa waktu lalu ibunya mengalami kecelakaan hingga mengalami koma. Dokter mengatakan luka dari kecelakan itu harusnya sudah pulih tapi ibunya masih belum sadar. Baru-baru ini diketahui ibunya memiliki sel kanker di dekat batang otak yang mengharuskan untuk segera diangkat dan itu membutuhkan banyak dana untuk menghilangkannya.

Remahan CrackersWo Geschichten leben. Entdecke jetzt