112. Your The Best

Mulai dari awal
                                    

"Gak papa, aku cuma mau pamitan. Hari ini aku mau balik ke california"

Saat itu juga langkah haechan terhenti, haechan menatap kosong jalanan. Kemudian terkekeh sendiri.

"Oh udah mau balik lagi ya?" haechan tersenyum miris.

"Maaf ya gak bisa lama-lama"

"Gak papa, kamu berangkatnya jam berapa?"

"Jam sepuluh lebih"

"Mau aku anter kebandara?"

"Kalo kamu ada waktu"

"Ada, nanti aku jemput ya?"

Haechan memutus sambungan telponnya, menghela nafas kuat lalu memutar langkahnya menjauh dari rumah sembari menekan satu nomor. Haechan duduk dibangku yang berada dipinggir lapangan komplek tempat biasa ia dan sahabatnya berkumpul.

"Yo! Napa chan?"

"Mark.."

"Apa? Kenapa?"

Haechan terdiam lama sampai mark beberapa kali mengecek layar ponselnya, memastikan telponnya masih tersambung.

"Halo? Chan! Lo gak papa kan?" tanya mark khawatir, karena haechan masih terdiam.

"Haec—"

"Hhhhh.."

Ucapan mark tersela oleh suara helaan nafas berat dari haechan. Selama beberapa menit hanya helaan nafas saja yang terdengar.

"Chan? Are you ok?"

"..... Chenle mau balik kechina"

Mark terdiam ketika terdengar suara isakan dari ponselnya.

"Chan..."

"Gue capek mark. Gue capek selalu ditinggalin. Apa gue juga harus pergi biar gue gak ngerasain lagi ditinggal sama orang-orang yang gue sayang?."

"apa gue juga harus kayak lo, pergi jauh biar gue gak sakit sendirian?"

"Gak gitu chan.."

"Terus gimana? Lo tau gimana perasaan gue selama ini? Ditinggal lo, renjun, somi dan sekarang chenle? Abis ini siapa lagi yang ninggalin gue? Jeno? Jaemin? Atau jisung?"

"Gue tau setiap orang punya jalan hidupnya masing-masing, tapi apa gak bisa tetep disini aja? Bareng-bareng?"

Mark menghela nafas "chan ada saat nya seseorang harus milih tetep tinggal atau pergi. Pilihan setiap orang itu beda-beda chan, kita harus pilih mana yang menurut kita yang terbaik buat kita. Gak semua apa yang kita pengen bisa kita pilih, gue juga pengennya tetep disana sama lo. Sama kalian, tapi sebuah keharusan memaksa gue buat pergi, demi apa? Demi hidup gue chan. Demi masa depan gue, demi keluarga gue. Apa lagi chenle sama renjun, mereka kembali kekeluarganya masing-masing, bukan pergi tanpa alasan"

"Gue tau gimana perasaan lo, sama kayak lo, kita yang ninggalin juga sedih. Tapi ini siklus kehidupan kita, mau gak mau harus kita jalanin. Lo cukup yakin aja kalo kita bakal ketemu lagi"

Haechan masih diam menunduk, air matanya masih mengalir "kita akan ketemu lagi kalo emang udah takdirnya. Selalu inget itu chan, dan jangan lupa kita tetap sahabat meskipun kita terpisah jauh"

"Gue ada buat lo dan lo ada buat gue"

Haechan tersenyum tipis "sorry, gue lampiasin amarah gue sama lo, gue cuma capek aja. Semenjak lo gak ada masalah terus muncul"

Mark tersenyum disebrang sana "gak papa, gue paham. Lo cuma butuh istirahat aja. Lo terlalu bekerja keras buat menjaga persahabatan kita, gue tau lo orang yang tulus"

Senyum haechan melebar "makasih buat waktunya"

"Udah kewajiban gue dengerin lo"

Haechan terkekeh sebelum memutus sambungan, perasaan nya sedikit membaik setelah bercerita pada mark. Haechan hendak pulang kerumah saat seseorang berdiri dihadapannya.

Dan ketika haechan mendongak "gue tadi nyari lo, disini ternyata"

"Chenle?"

"Gue mau pamit bang" chenle tersenyum.

Dibelakang chenle rupanya sudah ada jeno dan jisung, juga chenxi.

"Lo gak usah anter gue kebandara. Gue gak mau langkah gue makin berat buat pergi dari sini."

Haechan menarik chenle kedalam pelukannya "lo kenapa harus pergi sih hah!!"

Chenle terkekeh "papa butuh gue bang, gue janji kok kalo papa udah sembuh gue bakal balik lagi kesini"

Haechan melepas pelukannya "gue pegang kata-kata lo, kalo lo bohong gue susulin lo kechina"

Chenle terkekeh "gue tunggu"

Chenle menoleh pada jisung yang berdiri jauh dibelakangnya, chenle mengayunkan tangan menyuruh jisung untuk mendekat. Jisung langsung berlari dan menerjang tubuh chenle.

"Tega lo ninggalin gue"

"Sorry brother, gue pergi sebentar kok"

Chenle menoleh pada jeno "titip ni bocah ya bang" tunjuknya pada jisung.

Jeno tersenyum "jaga diri lo baik-baik. Jangan lupa kabarin kita"

"Pasti, oh iya gue titip ini dong buat bang jaemin"

Chenle memberikan box gift pada jeno "kata jisung kamera bang jaemin rusak"

"Lo gak mau pamitan sama jaemin dulu?" tanya jeno.

"Bang jaemin lagi istirahat, gue gak mau ganggu dia. Nanti gue telpon kok"

"CHENLE BURUAN!!!" Teriak chenxi yang sudah berdiri disamping taxi.

Chenle menatap satu persatu orang yang selalu bersamanya selama kurang lebih dua tahun ini, orang yang sudah ia anggap sebagai keluarga.

"Gue pergi ya? sampai ketemu lagi nanti"

Jeno menepuk bahu chenle sedangkan jisung malah menangis "jangan nangis" ucap chenle tapi air matanya juga ikut menetes.

Chenle menepuk bahu jisung sebelum menjauh menuju taxi dan masuk kedalamnya, chenle menatap jisung yang masih terisak hingga taxi mulai melaju pergi.

"YOUR THE BEST ZHONG CHENLE!!!"

Chenle tertawa didalam mobil, melambaikan tangan saat jeno, haechan dan jisung berteriak dengan suara paraunya.

Chenxi melirik "beruntung juga lo punya temen kayak mereka"

Chenle terkekeh sembari mengangguk "beruntung banget, gak ada orang yang lebih beruntung dari kakak. Karna punya mereka"

Chenle masih menatap tiga sahabatnya yang melambai heboh mengiringi laju taxi yang ia tumpangi.

"Gue pasti akan kangen banget sama kalian"

Dear Dream ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang