112. Your The Best

1.3K 212 49
                                    


Tadinya dokter menyarankan agar jaemin menjalankan rawat inap dirumah sakit, tapi karena jaemin tak punya uang untuk biaya perawatan. Jaemin memutuskan untuk pulang saja dan merawat dirinya sendiri dirumah, lagi pula kondisinya tak begitu parah hingga mengharuskannya untuk dirawat dirumah sakit.

Jaemin masih bisa berjalan sendiri tanpa bantuan apapun —meski ketika bergerak seluruh tubuhnya terasa remuk.

Beberapa luka ditubuhnya ada yang dijahit karena robekannya cukup besar dan dalam. Apa lagi dibagian kakinya yang seingat jaemin terkena pecahan kaca dari spion motornya. Yang paling banyak adalah luka lebam akibat hantaman dari tangan ataupun kaki preman yang menghajarnya, dan yang paling menyakitkan dibagian perutnya. Tapi untungnya tak ada luka parah disana.

Untuk kendaraan, motor jaemin rusak parah. Lampu depannya pecah, spion juga pecah. Body motornya rusak, kata orang bengkel sih biaya perbaikan motor jaemin kurang lebih 1,7jt. Belum lagi kameranya yang rusak total tak bisa diperbaiki.

Mungkin setelah ini jaemin tak bisa bekerja lagi, uang jaemin habis. Jangankan untuk membeli kamera untuk menebus motornya saja jaemin tak punya, apa lagi nominalnya cukup besar.

"Jaemin gimana?" tanya haechan, saat jeno duduk disampingnya.

Keduanya duduk bersama diteras rumah jaemin, dijam lima pagi "lagi tidur"

Hening sesaat hingga jeno berdehem memecah keheningan pagi "tadi yang nelpon siapa?" tanyanya.

"Jisung"

"Oh iya, gue sampe lupa soal chenle. Cewek yang ada dirumah chenle itu adek tirinya yang dichina ya? Kok bisa ada disini—"

"Dia mau jemput chenle" sela haechan.

Jeno terdiam seketika "j-jemput? Maksud lo chenle—"

"Jisung bilang chenle bakal balik ke china, hari ini"

Jeno ternganga terkejut "tapi— Bukannya keluarga nya udah ngebuang chenle? Kok sekarang dijemput?" tanya jeno heran.

"Gue juga gak tau. Mungkin mereka udah nerima chenle sebagai bagian dari keluarganya. Lagian orang tua mana sih yang tega ngebuang anaknya sendiri, apa lagi anak baik dan pinter kayak chenle" tutur haechan.

Jeno kembali diam kepalanya tertunduk, jeno tahu cepat atau lambat satu persatu sahabatnya akan pergi. Dimulai dari mark dan renjun dan mungkin sekarang sudah waktunya chenle yang pergi, lagi pula disini memang bukan tempat asal chenle. Tak aneh jika chenle harus kembali ke china, kenegara kelahirannya dan juga keluarganya.

"Jam berapa chenle pergi?" tanya jeno lagi.

"Jisung bilang jam 9 pagi. Dia mau ngurus sekolahnya dulu"

"Terus jisung? Dia dimana sekarang?"

"Nemenin chenle,"

"For the last, before he left"



•••

Setelah ngobrol singkat dengan jeno, haechan berpamitan untuk pulang. Diperjalanan pulang somi menelponnya.

"Kenapa som?"

Dear Dream ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang