95. Make A Wish

1.1K 205 51
                                    




Masa pelatihan ospek telah selesai, kini haechan sudah resmi menjadi seorang mahasiswa teknik mesin. Sejak tadi haechan sudah berdandan sekeren mungkin ala anak teknik, mengikuti jejak sang kakak yang juga merupakan anak teknik meski jurusannya berbeda—Taeyong merupakan mahasiswa teknik komputer.

"Mak, echan udah keren belum?" tanyanya setelah keluar dari kamar dan langsung disambut oleh emak asa yang duduk diruang tengah sembari menjahit sempak milik suami nya yang sobek gara-gara tersangkut paku.

"Udah" sahutnya tanpa melihat haechan.

Haechan cemberut "liat echan aja nggak, liat yang bener dong mak" rengek haechan.

Emak asa mendecak kemudian menoleh pada haechan "iye udah keren. Anak gue emang yang paling cakep diantara orang jelek" ucapnya.

Haechan makin manyun "mak duit" pintanya.

"Masih minta juga, pan elu udah kerja"

"Kan belum gajian mak"

"Dari bulan lalu lu bilang belum gajian mulu"

"Kan gajian yang kemaren echan pake buat keperluan ospek, belum lagi buat bensin bolak balik kesana kemari. Ah pokoknya banyak deh mak, pahamilah echan mak, sekarang anakmu ini mahasiswa" haechan berlutut didepan emak asa, penuh drama.

"Ck, padahal ini duit buat jatah setor kutang" gerutunya sembari merogoh saku daster.

Haechan sudah cengar cengir duluan, menunggu uang yang akan segera keluar dari persembunyiannya "nih, jangan dihabisin" ucapnya.

Haechan tersenyum sumringah menerima uang sebesar 50 ribu. Baru kali ini ia mendapat uang jajan sebesar ini, biasanya paling banyak cuma 30 ribu. Itu pun harus perang dunia dulu baru dikasih.

"Iye mak echan awet-awet, makasih ya mak sayang. Muachh" haechan mencium pipi emaknya sekilas.

Emak asa mendecak sembari mengusap pipinya yang agak basah karena ciuman haechan, "udah sono pergi ah. Belajar yang bener" suruhnya.

Haechan mengangguk segera mencium tangan emak asa sebelum berlalu pergi dengan langkah riang. Emak asa yang melihat keceriaan anak nya hanya mampu terkekeh dibuatnya.

•••

Rupanya tak hanya jeno yang masuk fakultas ekonomi, yeji pun sama, bahkan mereka juga satu jurusan. Apa memang sudah keharusan ya seorang anak dari keluarga pengusaha kuliah dijurusan ekonomi? agar mereka mampu memahami perbisnisan keluarganya dan bisa menjadi penerus sewaktu-waktu jika sang pemimpin keluarga telah tiada?

Meski begitu jeno cukup bersyukur karena artinya ia punya teman sejurusan. Jadi ia tak akan terlalu kesepian karena berbeda fakultas dengan haechan.

Setelah jam kuliah mereka selesai, jeno dan yeji memutuskan untuk makan bersama dicafe yang tak jauh dari kampus.

"Gak papa kan kalo naik motor?" tanya jeno.

"Emang kenapa kalo naik motor?" yeji balik bertanya.

"Ya kali aja lo gak mau naik motor karna banyak polusi, lo kan biasanya naik mobil terus" agak tersindir sih. Tapi untungnya yeji bukan tipe orang yang belikan atau ambekan, mau orang ngomong apapun tak pernah dimasukan kedalam hati dan selalu bersikap bodo amat, menganggap omongan ngasal setiap orang sebagai candaan.

Dear Dream ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang