38. How

1.8K 285 4
                                    



"10 poin!!"

"YESS!!!!!

Jeno berseru sembari mengepalkan tangannya saat anak panah terakhirnya mendarat dengan mulus tepat di angka sepuluh yang mana menjadikannya pemenang juara satu dalam lomba archery.

Jaemin yang duduk di kursi penonton bahkan refleks berdiri dengan senyum lebar terkembang di bibirnya terlebih saat jeno berbalik menatapnya sembari berteriak bahwa ia juara satu.

"Terima kasih"

Jeno menerima medali dan piala nya serta sebuket bunga, berdiri diatas panggung kecil dengan jepretan kamera didepannya.

Mama dan papa jeno yang menghadiri perlombaan sang anak ikut tersenyum bangga bertepuk tangan seakan memamerkan pada semua orang bahwa orang yang memegang piala bertuliskan jauara satu adalah anaknya.

Anak kebanggaannya.

"Papa bangga sama kamu"

Jeno tersenyum saat ia turun dari panggung dan disabut hangat oleh papa dan mama nya, sudah lama jeno tidak merasakan sambutan hangat seperti ini.

Jujur saja jeno memang senang saat kedua orang tuanya menyambutnya dengan senyum terkembang serta ungkapan bahwa mereka bangga terhadapnya—lagi pula siapa yang tak akan senang dipuji oleh orang tua sendiri.

Tapi... Yang tidak jeno sukai adalah obsesi dan keegoisan mereka, sekali jeno menang maka tuntutan untuk jeno semakin bertambah. mereka selalu berbuat semaunya mendaftarkan jeno pada banyak perlombaan yang bisa saja jeno tak mampu melakukan semuanya, tapi orang tuanya tak peduli, yang mereka pikirkan hanya jeno menang dan menjadi juara satu untuk ia bangga kan bahwa anaknya jenius dan serba bisa. Tak peduli sesulit apa jeno berlatih, tak peduli sestres apa jeno belajar, tak peduli jeno mampu atau tidak. Jeno harus bisa, bagaimana pun caranya.

Dibanggakan saat ia menang, dicaci saat ia kalah.

"Sesuai janji, papa gak akan kirim kamu keluar negeri, tapi bukan berarti kamu bisa malas-malasan kamu masih harus tetep belajar, kekurangan kamu masih banyak"

Senyum lebar jeno berubah menjadi senyum tipis, lihat kan ? Bahkan peluh keringat jeno belum kering tapi papanya sudah kembali menuntut hal yang selalu jeno lakukan selama ini.

"Iya pa" hanya itu yang mampu jeno ucapkan.

Selain tak ingin mendebati papa nya, juga karena jeno sudah lelah, tenaganya tidak sebanyak itu hanya untuk mendebati orang tua nya. Terlebih ini tempat umum.

"Kamu mau langsung pulang?" tanya mama ital.

Jeno menggeleng "aku mau kerumah sakit dulu ma, jenguk chenle sekalian mau ngasih tau aku menang"

"Oh anak yang mau bunuh diri itu?"

Jeno hanya menjawabnya dengan anggukan "yaudah gih, tapi jangan pulang malem-malem kamu harus belajar, bentar lagi ujian"

"Iya ma"

Mama ital dan papa donghae berlalu sembari membawa piala dan buket bunga jeno untuk mereka simpan, yang tertinggal hanya medali yang melingkar dileher jeno untuk ia jadikan bukti pada sahabatnya bahwa dia menang.

Dear Dream ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang