71. See You Again

1.3K 238 14
                                    

Pagi-pagi sekali mark, mami jess dan lami sudah bangun. Mereka bersiap-siap untuk berangkat kekanada seperti yang sudah mereka rencanakan dari jauh-jauh hari. Mark menatap sekeliling kamarnya yang cukup lama ia tinggalkan dan sekarang akan ia tinggalkan lagi untuk selamanya. maybe?

Mark akan merindukan rumah ini, rumah yang penuh kenangan, tak hanya dengan keluarganya saja tapi juga dengan sahabatnya.

"Udah siap nak?" tanya mami jess dari ambang pintu.

Mark mengangguk sembari menyampirkan tas di punggung nya serta menarik koper keluar dari kamarnya.

Diruang tengah lami tengah duduk menatap satu foto yang masih tertempel di dinding. Satu-satunya foto yang mark biarkan tertempel disana.

Foto mark dan dreams.

"Kenapa mi?" tanya mark, karena tatapan lami nampak sendu.

"Aku cuma sedih aja pergi jauh dari mereka" lami menghela nafas.

Mark tersenyum tipis mengusak puncak kepala sang adik "udah yuk mending kita berangkat sekarang" ajak mark.

Lami tak menjawab hanya beranjak menarik kopernya keluar dari rumah, mark dan mami jess menyusul. Dan saat mereka keluar dreams sudah menyambutnya didepan rumah dengan mobil van dan satu taxi yang sudah menunggu.

Chenle melambaikan tangan saat mark hanya diam diambang pintu, lantas mendengus kecil seraya mendekat pada chenle "gue udah siapin mobil buat nganter kalian ke bandara" katanya.

Mark tersenyum tipis "thanks"

•••

Selama diperjalanan, mobil van yang berisi Anak-anak dreams —termasuk mark— hanya diisi dengan keheningan, sama sekali tak ada yang berbicara. Chenle duduk dikursi paling depan bersama supir, jeno dan jisung duduk dibelakang dan haechan, jaemin serta mark duduk dikursi ditengah. mark duduk diantara jaemin dan haechan.

Haechan yang berada disisi kiri hanya membuang pandang menatap keluar jendela, sedangkan jaemin anteng membaca buku. Entah benar-benar membaca buku atau hanya sebuah pengalihan semata.

"Jaem—"

"Eh minjem airpods dong le, gue mau dengerin musik nih bosen baca buku" jaemin menyela ucapan mark.

Mark kembali diam kemudian melirik kecil haechan yang masih menatap keluar jendela "chan—"

"Guys gue tidur dulu ya, ngantuk. Entar kalo udah nyampe bangunin" haechan pun ikut menyela, seakan mereka tak ingin mendengar apapun itu yang akan mark katakan.

Pada akhirnya mark memilih diam sampai bandara, dia paham kenapa semua sahabatnya memilih diam dan tak ingin mendengar apapun yang akan mark ucapkan, sebab mereka tahu apapun itu kata perpisahan lah yang akan menjadi pengakhirnya.

Selama kurang lebih 40 menit, akhirnya mereka tiba di bandara. Mereka turun satu persatu kemudian mengeluarkan koper yang disimpan di bagasi. Dreams masih diam sampai mark menghampiri mereka satu persatu.

Mark tersenyum tipis menatap mereka yang menundukkan kepala, tak lama kemudian mereka menerjang tubuh mark bersamaan mengundang kekehan sekaligus genangan air dipelupuk mata mark.

"Lo jangan lupain kita ya, kasih kabar terus sama kita. Jangan kayak kemarin" jeno yang pertama bicara setelah diam selama hampir satu jam.

Mark mengangguk "gue akan sempetin buat ngasih kabar sama kalian"

Mereka melepas pelukannya menatap mark lekat, tak ada air mata disana hanya terlihat sorot mata sendu yang sebisa mungkin mereka tutupi dengan senyuman.

"Sukses terus bang, semoga apa yang lo impikan tercapai" ucap chenle.

"Elo juga. Kita harus sama-sama sukses" mark menipiskan bibir.

"Berat banget gue biarin lo pergi kekanada, tapi ya mau gimana lagi? selain mendoakan yang terbaik sebagai sahabat, gue bisa apa" kini haechan angkat bicara.

Mark tersenyum tipis menarik haechan kedalam pelukannya "thanks karna selama ini lo udah jadi sahabat sekaligus kakak yang baik buat kita" ucap haechan.

Mark melepas pelukannya beralih memeluk sahabatnya satu persatu, sama sekali tak ada tangis, yang ada hanya senyum tipis sebagai pengiring kepergian mark.

"Tante..." haechan beralih memeluk mami jess.

"Jaga diri kalian baik-baik ya, jangan nakal lagi, sekarang kalian udah besar. Udah dewasa" mami jess menciumi pucuk kepala dreams satu persatu.

"Tante juga jaga diri baik-baik, jangan lupain kita" pesan jaemin.

"Tante gak akan lupain kalian. Kalian anak-anak tante yang terbaik"

Haechan menatap lami yang diam disamping mami jess kemudian matanya berkaca-kaca saat tatapannya bertemu dengan sorot manik haechan. Tangis yang berusaha ia tahan kini pecah,
Haechan tersenyum tipis menarik lami kedalam pelukannya.

"Jangan nangis, kita pasti ketemu lagi kok" haechan menghapus air mata dipipi lami.

Lami tak menjawab atau mengucap kata perpisahan, tenggorokan nya terlalu sakit untuk mengucapkan sebuah kata. Hanya sorot matanya lah yang menjelaskan semuanya bahwa sesungguhnya ia tak ingin pergi, namun harus.

Mark melirik jam dipergelangan tangannya "udah waktunya pergi ya?" tanya jeno seakan mengerti ekspresi wajah mark yang semakin terlihat muram.

Mark mengangguk kecil "gih pergi nanti ketinggalan" haechan mendorong bahu mark pelan tanpa menatap mark.

"Gue pergi ya"

"Udah pergi aja sana gak usah pake kata perpisahan, gak usah sok pamit" haechan masih mendorong bahu mark membuat mark termundur sedikit demi sedikit menjauh dari sahabatnya.

Mark tak mengindahkan ucapan haechan, ia tetap melukis senyum. senyum perpisahan yang manis sebelum ia benar-benar pergi.

"See you again guys.. Jaga diri kalian baik-baik dan selalu ingat pesan gue"

Haechan kini menatap mark —juga dengan yang lain— mark semakin melangkah mundur menjauhi mereka, mark melambaikan tangan lantas berteriak dengan nyaring.

"YO DREAM!!!"

Namun tak ada sahutan dari sahabatnya, mereka masih diam membisu menatap dirinya yang semakin menjauh memasuki gedung bandara. Karena tak mendapat sahutan dari sahabatnya, mark tersenyum tipis membalikkan tubuh dengan kepala tertunduk lalu disaat itu pula serempak semua sahabatnya balas berteriak.

"We are seven dreams FIGHTING!!!!!"

Mendengar teriakan dari balik punggungnya mark hanya mampu terkekeh, sembari terus melangkahkan kaki namun entah mengapa dibalik kekehan di bibirnya kedua matanya mendadak basah.

Mami jess mendekat merangkul bahu sang anak, sedangkan dibelakang sana dreams masih berdiam ditempat mereka masing-masing, menatap punggung mark yang semakin menjauh sampai tak terlihat lagi.

Kepergiannya kini terasa sangat berbeda dari sebelumnya, tak ada tangisan sama sekali dari mereka. Hanya ada senyum tipis yang mengiringi langkahnya.

Mereka belum beranjak sama sekali menunggu berpuluh-puluh menit sampai pesawat yang ditumpangi mark melesat diatas langit.

Kepala mereka mendongak menatap pesawat yang telah jauh terbang diatas awan, membawa sahabat terbaiknya pergi menuju negeri disebrang sana yang akan menjadi rumah baru baginya.

Selamat tinggal mark.

Dan sampai bertemu lagi.

Nanti, dimasa depan.

Dear Dream ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang