10 || Anak Bantara

108 8 0
                                    

Seperti biasa, hari ini Alendra dan teman-temannya bolos sekolah. Membolos adalah hal paling menyenangkan bagi seorang Devano Alendra Demiand, apalagi membolos disertai aksi tawuran dan juga kejar-kejaran adalah hal yang paling mengesankan bercampur uji nyali.

“Bi, mie rebusnya satu pake telurnya dua terus kasih cabe sepuluh tambah sayur. Tapi, ngambil telurnya jangan yang punya Dino. Soalnya kan punya Dino masih kecil,” ujar Alendra dalam sekali tarikan napas dan mendapatkan hadiah berupa geplakan maut dari Dino.

Dino melotot tak terima, dengan begitu semangat ia menjambak rambut Alendra. Mulut sampah Alendra berhasil menyentil ego Dino. Maksud kata telur kecil  itu apa? Sebagai cowok perkasa jelas saja Dino akan merasa tersinggung.

“Din, lo apa-apaan sih?!” teriak Alednra mendorong Dino agar sedikit menjauh darinya.

“Mulut lo belum pernah gue sumpelin pake sempaknya Raka ya?”

“Wahh belum tuh, mau dong kakak,” balas Alendra mengerling genit.

Raka memutar bola matanya jengah, ia tidak ingin ikut terlibat debat absurd antara Alendra dan Dino. Jika Raka ikut-ikutan, sama saja ia masuk ke dalam lingkaran orang tidak waras. Raka memutuskan untuk diam dan menikmati soto yang dipesannya tadi.

“Pikiran lo ternyata selalu negatif ya, Din?” Alendra menggelengkan kepalanya dramatis, “Emang, lo pikir telur apa sih?”

“Lend, lo bisa nggak sih jangan sok polos. Gue tau apa yang ada didalam otak kecil lo itu.”

“Lah, gue kan nggak mikir kearah sana. Otak lo aja tuh yang kejauhan, ihh babang Dino mulai nakal. Aduin ke Steffany nih ya.” Alendra mencubit manja perut Dino yang langsung ditepis kasar oleh Dino.

“Lend, pliss jijik gue.” Umpat Dino.

Alendra seketika langsung tertawa ngakak tanpa memperdulikan pengunjung yang mendatangi warung Bi Mani.

“Gila nih anak,” ujar Raka.

“Eh gue mau tanya,” ucap Alendra setelah berhasil meredakan tawanya.

“Tanya apa? Gue males jawab sih sebenarnya,” ujar Raka tanpa melihat Alendra.

“Kali ini serius, masalah masa depan gue soalnya.”

“Masa depan? Emang nya ada apa lagi sih?” tanya Dino sembari menghembuskan asap rokoknya melalui hidung.

Alendra tidak menjawab, ia mengambil mie pesanannya yang sudah jadi. Alendra oun menyuapkan mienya dalam gulungan besar lantas mengunyahnya secara cepat.
“Gue masih ganteng kan?’ tanya Alendra menatap satu persatu wajah temannya itu penuh menuntut.

Raka mengangkat wajahnya sekilas lalu Kembali menunduk, “Emang nya lo ganteng?” tanya Raka.

“Muka lo sih biasa aja, Lend. Masih gantengan juga monyet tetangga gue,” ujar Dino.

“Gantengan juga gue,” sahut Raka.

“Gue serius anjir, masa ada cewek yang nolak gue? Makannya gue nanya, gue masih ganteng atau nggak. Kan nggak lucu kalau kadar kegantengan gue berkurang,” ujar Alendra dramatis.

“Kan emang lo nggak lagi ngelucu, Lend.” Dino menepuk pucuk kepala Alendra sembari tersenyum gemas.

“Baru kali ini ada cewek liat lo matanya nggak burem.” Raka menyuapkan soto terakhirnya lalu merapihkan bekas makanannya. Pembicaraan kali ni lumayan menyita perhatian Raka.

“Dia cantik, tinggi, putih jago, bela diri, terus yang paling wow itu adalah bibirnya. Ahh manis kek nya.” Alendra memejamkan mata sembari menggigit bibir bawahnya Ketika membayangkan  sosok Leviana.

AlendraWhere stories live. Discover now