"Tarek sis!" ucap Sam.

"Semongko!"

Mendengar itu mereka berdua bertatapan lalu tertawa. Tawa kebahagiaan menyelimuti dapur pasutri muda itu.

"Lagi Dy, lagi."

Dyba membilas tangannya yang masih ada sabun cuci piringnya itu. Ia membalikkan badannya dan mengalungkan tangannya ke leher Sam. Dyba mengunci tatapan Sam dengan mata Sam.

"Keep your eyes on me ....
Baby, keep your eyes on me ....

I don't wanna lose you now ....
I'm looking right at the other half of me ....
The vacancy that sat in my heart ....
Is a space that now you hold ...."

Senyum Sam merekah, pipinya bahkan memerah. Walaupun ia tau itu hanya lirik lagu, tetapi Dyba menatap dan menyanyikannya dengan penuh perasaan.

Dyba tersenyum gemas melihat pipi Sam yang memerah. Ia mencium sekilas kedua pipi Sam, kemudian menatap lelakinya kembali. "Hey possessive, i love you."

Sam memejamkan matanya sejenak, kemudian saat ia membuka matanya jarak wajahnya dan wajah Dyba sudah dekat. Sam mengembangkan senyumnya. "I love you 3000 my wife."

"Baby, take my hand ....
I want you to be my husband ....
'Cause you're my Iron Man ....
And I love you 3000 ....
Baby, take a chance ....
'Cause I want this to be something ....
Straight out of a Hollywood movie ...."

Sam mengecup hidung Dyba lama, ia gemas dengan istrinya ini. "Nyanyi terus ya?"

Dyba dengan wajah sumringahnya mengangguk. "Mau lagu apa lagi? Aku lagi mood nyanyi ini."

"Aku pernah denger yang itu loh Dy."

"Itu apa sayang?"

Sam menyengir. "Seketika lupa liriknya. Terserah kamu aja deh sayang."

"Ini gimana lee ....
Kok aa manis lee ....
Gue jatuh cinta ....
Terngiang-ngiange ....
Aku jadi gimana gimana gitu ya a' ....
Aku masih kecil suka sama aa ...."

"Aa udah cinta malahan sama eneng," ucap Sam sambil mencium bibir Dyba sekilas.

Dyba terkekeh, ia membetulkan letak dasi Sam yang miring. "Dasinya jangan miring entar otak kamu ikutan miring."

***

Dyba menatap jengah laptop di hadapannya, film yang ia tonton berasa membosankan. Ia melihat jam di atas nakas, sudah jam sembilan malam tetapi Sam juga belum pulang dari kantor.

Dyba mengambil ponselnya, menekan angka 1 untuk panggilan cepat kepada Sam. Dahinya mengerut saat panggilannya ditolak. Dyba menatap ponselnya, melihat nomer yang ia hubungi. "What? Ditolak? Kenapa sama nih laki?"

Dyba beralih ke panggilan whatsapp, beberapa menit menunggu tetapi yang ia dapatkan juga panggilan ditolak. "Dia mau gue jambakin nih sampe rumah kalau kayak gini."

Dyba menghela nafas kasar, ia mencoba untuk menghubungi suaminya kembali, tetapi yang ia dapatkan sekarang malah ponsel lelaki itu mati.

Dyba memfokuskan pandangannya ke laptop kembali, kalau memang sampai jam sepuluh Sam belum bisa dihubungi dan belum pulang, ia akan langsung pergi ke kantor lelaki itu.

Hampir setengah jam Dyba mulai larut ke tontonannya, tetapi suara mobil Sam mengalihkan perhatian Dyba. Dyba langsung berlari dan turun ke bawah untuk menyambut-- tidak lebih tepatnya mengomeli kenapa suaminya itu menolak panggilannya.

"Sayang, kenapa?" tanya Sam saat melihat Dyba sudah berkacak pinggang di depannya.

"Pertanyaannya gak guna banget."

Sam mengerutkan keningnya. "Apasih Dy? Aku lagi capek, kamu kalau ngomong yang jelas dong. Peluk dulu kek kalau suaminya pulang."

Dyba menyeringai. "Entar dulu pelukannya, aku mau nanya sama kamu."

Sam mengangguk, ia berjalan ke sofa ruang tamu dan duduk di sana diikuti oleh istrinya itu. "Nanya apa sayang?"

"Kenapa kamu tolak telpon ku?"

"Ha? Tolak? Siapa yang nolak?"

Dyba memutar bola matanya malas. "Setan! Ya kamu lah."

"Aku tadi tuh ketiduran di kantor Dy, denger kamu nelpon aja enggak gimana caranya aku nolak?"

"Ya terus siapa yang nolak panggilan aku? Gak mungkin aku salah nomer, Sam."

Sam mengeluarkan ponsel dari kantong celananya. "Nih, HP aku aja mati."

"Iya, HP kamu mati setelah beberapa kali kamu tolak telpon aku."

Sam mengusap wajahnya kasar. "Dy, aku bangun tidur ini HP udah mati."

Dyba menjulurkan tangannya ke Sam, meminta ponsel dari tangan lelaki itu. "Sini, coba aku hidupin."

Sam dengan pasrah menyerahkan ponselnya. Ia menyenderkan tubuhnya di sofa dan memejamkan matanya, hari ini ia terlalu lelah dengan masalah kantor.

"Ini bisa hidup, Sam. Berarti emang niat kamu matiin HP!"

Sam langsung membuka matanya, ia menatap heran ponselnya yang hidup. "Kok bisa? Aku kira tadi habis baterai makannya aku biarin aja, lagian tadi aku tau matinya waktu aku mau pulang."

"Nih liat, panggilan masuk!"

"Dy, tapi sumpah aku gak tau."

Mata Dyba menyipit, ia mendekatkan tubuhnya dengan Sam. Mengendus aroma lelaki itu dan indera penciumannya menangkap sesuatu yang berbeda. Dyba menatap Sam tajam. "Kamu main sama cewek ya?"

Mata Sam membulat. "Apa sih kamu ini? Aku baru pulang malah nuduh yang enggak-enggak!"

Dyba tidak memperdulikan itu, ia mengarahkan agar Sam memiringkan kepalanya. Nafasnya tercekat, ia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya ini.

"Lipstik ...."

***

Sampai jumpa di part selanjutnya
(❁'◡'❁)

Jangan lupa vote and comment
Terima kasih yang udah mau baca, vote, and comment ceritaku ♡♡

19 November 2020

DySam (After Marriage)  [Selesai]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant