CHAPTER 3

483 112 14
                                    


~Π~

Hari ulang tahun tiba. Seisi Ball Room milik Hotel berbintang yang terletak di jantung kota sudah dihias sedemikian rupa hanya untuk perayaan kelahiran Mara Oktavia. Puteri bungsu dari pengusaha terkaya di Indonesia.

Mara tampil dengan busana yang indah. Dia mengenakan gaun putih berenda. Rambutnya digelung tinggi. Hanya menyisahkan sebuah poni dan anak rambut tipis. Memperlihatkan kedua anting permata yang terjulur indah di telinga. Dirinya di dandani senatural mungkin, sesuai usianya namun tak menghilangkan kesan elegan dan manis didirinya.

Para tamu undangan sudah hadir memadati ruangan megah yang terlihat begitu mewah. Lantunan Violin dari Orkestra menjadi latar musik selama acara. Hidangan lengkap tersedia dari A sampai Z. Ada sebuah kue ulang tahun bertingkat yang telah disediakan pihak Pastry Hotel. Dipesankan khusus oleh Mulyawan.

Acaranya bertema formal karena bukan hanya pihak keluarga besar serta teman-teman sekolah Mara yang diundang, namun juga anak-anak dari kolega Mulyawan.

Moment perayaan ulang tahun Mara yang ke-13 ini Mulyawan gunakan sebaik mungkin untuk meng-highlight keluarga kecil-baru-nya. Sekaligus sebagai bentuk pembuktian kepada Media tentang berita-berita miring yang selama ini diisukan tentang keluarganya. Ia ingin menunjukkan kepada semua orang bahwa dirinya dan keluarga kecilnya baik-baik saja.

Tapi jauh di lubuk hati, Mara tahu bahwa semua ini bukan benar-benar untuknya seorang. Mulyawan repot-repot membuat semua ini melainkan untuk membuat ibunya-Helni-bahagia.

Mara tahu betul pria itu sangat mencintai ibunya. Kecantikan Helni benar-benar telah membutakkan Mulyawan. Membuatnya rela melakukan apa saja untuk Helni. Khususnya acara hari ini. Dan Mulyawan sukses membuat Helni bahagia karena telah memberikan yang terbaik untuk puteri kesayangannya, Mara.

Lihat saja, daritadi Mulyawan lah yang sibuk memperkenalkan Helni, isterinya kepada para kolega yang hadir. Ini lebih terlihat seperti acaranya, bukan acara Mara.

Sebenarnya siapa yang berulang tahun... Gusar Mara dalam hati.

Dirinya hanya ditonjolkan ketika saat pemotongan kue dan acara Make a wish saja bak formalitas. Selebihnya ia hanya terus berdiri seperti patung porseline di samping ibu dan ayahnya. Berbicara secukupnya ketika diperkenalkan dengan orang ini dan itu. Mara bahkan tak boleh kemana-mana selain bersama kedua orang tuanya. Dirinya tak lebih baik dari sebuah robot. Ditarik kesana-kesini, mengikuti kemanapun orangtuanya pergi. Diperkenalkan dengan keluarga ini dan itu. Sungguh sangat melelahkan dan menyebalkan. Dia seakan di tipu oleh Mulyawan.

Benar ternyata dugaan Gadi situ. Acara ini pasti tidak akan ada asik-asiknya. Membosankan dan membuang waktu.

Hanya bikin lelah saja... Batinnya.

Mara yang mulai jenuh akhirnya memberanikan diri untuk berbicara pada ibunya. Untuk pertamakalinya ia berbohong mengatakan dirinya ingin ke toilet padahal sebenarnya ia ingin kabur dari tempat menyesakkan yang penuh kepura-puraan itu.

Wajah polos puterinya membuat Helni langsung meng-iya-kan saja.

Mara segera menghambur dari sisi orang tuanya. Ia menyelinap keluar tempat acara. Dirinya berjalan mengendap ke arah balkon yang terletak di sisi samping Ball Room, dimana ruangan itu hanya dikhususnya untuk tamu yang ingin merokok atau bersantai di luar. Dan untungnya tidak ada siapapun di sana. Tempat itu miliknya.

Akhirnya dia bisa bernafas lega. Tidak ada yang bisa menemukannya di sini. Udara di luar sini lebih baik daripada di dalam yang penuh dengan aroma parfurme mahal berbau Norak. Menyengat hidungnya, membuatnya hampir muntah karena mual mencium aroma menusuk tersebut. Dia tidak habis pikir kenapa orang-orang kaya itu kebanyakan memiliki selera yang jelek? mulai dari gaya berbusana, pemilihan parfume bahkan sampai hobi.

CASTLE MADE OF GLASS : BOOK I Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang