CHAPTER 16

461 95 45
                                    


~Π~

Dua buah Sedan Hitam berhenti--berjajar--di depan pelataran Lobby Hotel berbintang yang terletak tepat di Jantung Kota, New York.

Dari Mobil pertama turun lah Mara beserta Ibunya, diikuti Mobil kedua dimana turun para pengawal membawakan barang-barang belanja mereka yang baru saja kembali dari Department Store setelah berbelanja seharian.

Helni berjalan masuk lebih dulu di depan, sedangkan Mara berada jauh di belakang. Sengaja memberi jarak.

Kini Mood Gadis itu sedang sangat buruk akibat percakapan dengan Ibunya di dalam mobil beberapa saat lalu. Sedaritadi tidak ada satu kata pun yang keluar dari bibir Gadis itu. Dia lebih memilih mengunci rapat mulutnya.

Di pintu Lobby sudah berdiri Asisten Pribadi Helni yang setia menyambut kedatangan Nyonya-nya. Memasang senyum tipis, membungkuk hormat.

"Bagaimana perjalanan Nyonya, apakah menyenangkan?" Sapa Ami--formalitas--sudah seperti tugas wajibnya.

Helni hanya mengangguk singkat sembari menyerahkan tas beserta syal-nya pada Ami untuk dibawakan seperti biasa.

"Dimana mereka?" ujar Helni tanpa menghentikan langkahnya yang diikuti oleh Ami di samping dan Mara yang berada jauh di belakang bersama beberapa pengawal yang membawakan Tas belanja mereka.

"Tuan Muda Axel sudah menunggu di Lounge. Makan malam juga sudah di siapkan, sedangkan Tuan Besar masih berada di atas bersama Tuan Muda Hendry," jelas Ami.

"Ah.. Begitu!"

"Apa Nyonya ingin berstirahat di kamar dulu atau langsung bergabung bersama Tuan Muda Axel untuk makan malam?" tanya Ami kembali.

Helni sempat melirik Jam di pergelangan Tangan. Dia pun memutuskan untuk langsung menuju ke Lounge berhubung sudah memasuki waktu makan malam, ditambah Keponakan-merangkap Calon menantunya-itu juga sudah menunggu di sana. Rasanya tidak sopan membuat seseorang menunggu bukan? Pikirnya.

Sementara itu, Mara masih terus mengikuti kemanapun Ibunya berjalan dalam diam. Sampai akhirnya, Helni menghentikan langkah secara tiba-tiba tepat di depan pintu masuk Lounge.

Semua yang mengikutinya serentak berhenti mendadak ketika Helni terdiam.

Helni menatap Ami di sampingnya, "Panggilkan Suami dan Anakku. Ingatkan mereka ini sudah waktu makan," perintahnya.

Ami hanya mengangguk patuh lalu hendak pergi. Namun baru dua langkah Wanita itu berjalan, Helni kembali menghentikannya.

"Tunggu!" Seru Helni membuat pergerakkan Ami terhenti

"Iya Nyonya?"

Helni sempat terdiam sejenak, seolah sedang berpikir sebelum akhirnya Wanita berkepala empat itu perlahan berbalik, menatap Mara di belakang.

"Mara.." Panggilnya dengan suara lembut yang terkesan dibuat-buat.

Mendengar itu, Mara hanya memasang wajah datar tanpa ekspresi.

Helni tersenyum tipis. "Tolong panggilkan ayah dan kakak mu di atas. Ajak mereka untuk turun ke bawah. Ini sudah waktunya makan malam."

Helni menoleh ke samping sedikit,
"--Ami, tolong antar Mara ke atas," lanjutnya memberi instruksi.

Mara hanya bisa meremas tangannya sendiri. Sebenarnya ia ingin sekali menolak. Sayangnya, berhubung dirinya sedang sangat malas untuk berdebat atau sekedar berbicara,
akhirnya yang dapat ia lakukan hanyalah mematuhi perintah ibunya.

Padahal Gadis itu tahu betul bahwa Ibunya sengaja melakukan ini agar Mara bisa belajar 'Mencari Muka' di depan Ayah dan Kakak tirinya itu. Sayangnya, Mara bukanlah tipe yang mengais kasih sayang seseorang dari sebuah rasa simpati atau berpura-pura manis. Mara sangat membenci berpura-pura menjadi Orang lain demi meraih semua itu. Tidak seperti Helni, Dia jelas berbeda.

CASTLE MADE OF GLASS : BOOK I Where stories live. Discover now