CHAPTER 22

363 74 36
                                    


~Π~

Tinggal hitungan hari lagi sampai Musim Panas benar-benar berakhir dan hari ini merupakan Hari terakhir Mara ikut serta sebagai Volunter dari perwakilan kampusnya pada pergelaran Project Pameran Seni--Musim Panas--milik Prof. Edward yang diadakan di Manhattan, New York City.

Acara megah itu telah diakhiri dengan meriah dan sukses besar. Nampak Mara beserta teman-temannya yang lain baru saja keluar dari gedung Pameran.

Mara berjalan menuruni anak tangga sambil menenteng Tas-nya. Sebuah Name Tag 'Panitia' bahkan masih senantiasa bergelayut di leher Gadis itu. 

Seketika senyuman mengembang di wajahnya tatkala angin malam berhembus kencang menerpa rambutnya yang diikat tinggi.
Dan wajah cantik itu kian merekahkan senyum ketika Matanya mendapati sebuah SUV Putih yang sudah terparkir apik di sebrang jalan.

Mara menghampiri mobil tersebut lalu mengetuk-ngetuk pelan kaca mobil gelap itu sambil memamerkan deretan gigi putihnya.

Pembatas Kaca itu perlahan turun, memperlihatkan seseorang di balik kemudi.

"Kau bilang pukul 8 dan sekarang sudah pukul 9? Jadi, apa alibimu?"

Seperti biasa.. Suara Baritone itu terdengar dingin dan berat, namun sebenarnya terdapat kelembutan dan kepedulian di baliknya.

"Tidak ada.." Mara menggeleng pelan, menyikapinya dengan santai.

"Aku kan sudah bilang bahwa aku akan sedikit terlambat karena ini adalah malam penutupan, tapi kakak sendiri yang bersikukuh untuk datang cepat-cepat." Mara memutar bola mata. Tidak mau disalahkan.

"Look! How good you are talking back to me Now."

Hendry tersenyum sabit. Senyum menyindir, namun tersirat rasa kasih sayang.

Mara hanya terkikik kecil sebagai respon sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil dan duduk di samping Pria itu.

Mobil pun melaju menuju Restoran yang akhir-akhir ini sering mereka kunjungi untuk makan malam bersama setiap kali Hendry menjemput Mara pulang dari tempat pameran Prof. Edward.

Tidak perlu waktu lama untuk mereka sampai di tempat tujuan. Seperti biasa keduanya mengambil duduk di samping jendela kaca besar untuk melihat pemandangan di luar.

Bisa dibilang Makan Malam bersama di luar ini merupakan aktivitas baru bagi Hendry dan Mara.

Hendry memang sengaja selalu menjemput Mara pulang selama Gadis itu ikut serta dalam Project Prof. Edward, agar Pria itu bisa mengajaknya makan malam bersama. Karena hanya disaat makan saja lah mereka berdua bisa bertemu dan mengobrol dengan santai di sela-sela padatnya kesibukan masing-masing.

Mara termenung meratapi makanannya. Sedaritadi tangannya hanya memutar-mutar garpu yang ia pegang.

"Kenapa? Makanannya tidak enak."

Pertanyaan Hendry memecah keterdiaman Mara.

Seolah tersadar, Gadis itu segera merubah raut wajahnya yang tadi murung menjadi tersenyum. Ia menoleh, menatap Hendry di depan yang sejak tadi mengamatinya.

Mara menggeleng pelan, "Makanannya seperti biasa, sangat enak."

Gadis itu seketika langsung menyantap makanan itu dengan lahap. Berpura-pura menikmatinya.

Dibalik wajah Hendry yang setia datar, terselubung sebuah kekhawatiran akan Mara. Dia yakin bahwa Gadis itu masih merasa Trauma dan takut, tapi berusaha sekuat mungkin untuk menutupi hal tersebut.

Walau sudah hampir tiga minggu berlalu pasca kepulangan Mereka dari California, namun tetap saja Insiden itu masih terpatri jelas di ingatan Mara. Kejadian tidak mengenakkan itu akan terus teringat olehnya seumur hidup.

CASTLE MADE OF GLASS : BOOK I Where stories live. Discover now