CHAPTER 12

413 98 28
                                    


~Π~

Mara menatap langit-langit kamar dengan perasaan gundah. Entah mengapa pemandangan itu jauh lebih menarik dari pada apapun untuk saat ini. Namun, walau pandangannya sedang terfokus pada satu titik, pikirannya kini sedang melambung jauh. Otaknya kembali memikirkan kejadian di Meja Makan.

Ucapan Hendry tadi pagi masih membayang-bayanginya. Membuat sudut hatinya menjadi resah.

Sebenarnya apa maksud Pria itu?

Kenapa pula ia perduli dengan segala hal tentang Mara dan apa yang gadis itu sukai? Pikir-nya yang mulai merasakan kejanggalan pada sikap kakak tirinya itu.

Mungkinkah kini Hendry sudah Berubah dan mulai 'Menyukai' Eksistensi Mara di hidupnya?? Gadis itu bertanya-tanya dalam hati.

Sangat mustahil untuk seseorang merubah tabiatnya, khususnya seseorang seperti Hendry walau itu memakan waktu 5 tahun sekalipun.

Membuat Hendry 'Menyukai' Mara adalah hal yang paling Mustahil terjadi. Maka dari itu, terkaan-terkaan yang sedang Mara pikirkan sekarang tidaklah benar menurutnya.

Gadis itu segera memejamkan mata, mengeyahkan segala dugaan-dugaan yang mulai bermunculan di kepala. Tak mau mengambil pusing bahkan untuk sekedar memikirkannya. Ia bergerak menyamping membalik tubuh, menarik selimut ke atas dada. Mencoba terlelap dan melupakan segalanya, begitu pula dengan perasaannya dan berharap esok berjalan baik-baik saja seperti sedia kala.

Berdiri di tempat masing-masing adalah yang terbaik.

Tidak ada yang boleh berubah.

Perlahan Gadis itu mulai terlelap, masuk ke alam mimpi. Hanyut dalam tidurnya dengan membawa harapan bahwa hari esok semua akan berjalan seperti biasa.

Namun, ketika Pagi menjelang, semua harapan itu sirna seketika. 

Hal yang ditakutinya pun terjadi..

Keesokan hari, nampak Mara yang sudah rapih hendak bergegas ke kampus. Gadis itu baru saja keluar dari kamar ketika sebuah suara membuat langkahnya terhenti.

"Kau mau berangkat," ucap suara Baritone seseorang. 

Pertanyaan yang lebih terdengar seperti pernyataan itu membuat tubuh Mara membeku untuk sesaat.

Mara menatap ke sumber suara dan tepat di Ruang Tengah telah berdiri Hendry yang juga sudah rapih dengan setelan Jas-nya. Pria itu nampak sangat gagah dan berkharisma. Sedangkan, di samping Pria itu terlihat Gabriel-sekertaris merangkap sahabatnya-yang memang biasa menjemput Hendry setiap Senin pagi.

Mara mencuri pandang ke pergelangan tangan. Tidak biasanya kedua orang itu masih terlihat di sini pada pukul 8, di Senin Pagi.

Tubuh Mara makin mengigil tatkala Netranya tanpa sengaja bertumbuk dengan Manik tajam milik Hendry di depan sana yang kini juga sedang terdiam menatapnya.

Bukankah biasanya Pria itu sudah lenyap bahkan sebelum pukul 7 setiap Senin Pagi? Mungknkah Pria itu kesiangan. sial! Jika tahu begini seharusnya ia berangkat lebih siang lagi agar tidak bertemu dengannya. Rutuk Gadis itu dalam hati.

"Ah.. I-iya aku mau berangkat." Tanpa sadar Mara mengusap tengkuk, terlihat gugup. Ia ingin enyah dari sana.

"K-kalau begitu aku pergi dulu."

Dengan segenap keberanian yang ia punya, Mara segera menghambur menuju pintu. Mencuri start. Berniat 'Kabur' dari sana.

Ketika tangannya membuka Handle pintu Besar tersebut, dirinya dikejutkan lagi oleh kehadiran Steven-Tangan kanan sekaligus Supir pribadi Hendry-yang ternyata sudah berdiri menunggu dibalik pintu.

CASTLE MADE OF GLASS : BOOK I Where stories live. Discover now