CHAPTER 26

729 84 44
                                    


~Π~

Sinar matahari pagi yang hangat menelusup dari celah Gordyn, menembus menyinari wajah terlelap yang nampak kelelahan itu.

Mara terbangun dari tidurnya. Nampak sisa air mata yang sudah mengering di sudut mata Gadis itu. Ia mengerjap-ngerjap. Berusaha mengumpulkan kesadarannya.

"Kau sudah bangun?"

Gadis itu beringsut bangun dari tempat tidur tatkala mendengar suara Theodore. Pria itu masuk ke dalam kamar membawakan nampan berisi teh hangat dan roti. Meletakkannya di atas nakas.

"Are you oke?"

tanya Lelaki itu duduk di tepi tempat tidur. Mengecek keadaan Mara yang nampak tak baik-baik saja.

Setelah pergi dari kediaman Hendry semalam, Gadis itu memutuskan untuk menghampiri Apartment sepupunya. Dia tidak tahu lagi kemana harus pergi. Hanya Theodore satu-satunya yang ia pikirkan.

Gadis itu datang ke kediaman Theodore dalam keadaan menyedihkan. Wajahnya memerah masih dipenuhi isak tangis.

Pada akhirnya, Mara pun menceritakan segalanya kepada sepupunya itu.

"Seharusnya aku mendengarkanmu sejak awal.." Mara mencicit pelan.

Dirinya masih merasa menyesal dan terluka atas perbuatan Hendry terhadapnya.

Theodore memeluk tubuh Mara yang kembali bergetar. Berusaha menenangkannya.

"Aku akan selalu disampingmu. Jangan takut. Aku yang akan melindungimu."

Theodore mengusap-usap punggung ringkih Mara. Di dalam pelukannya Gadis itu kembali di derai air mata.

"Selama aku masih disini, aku tidak akan membiarkan Hendry atau siapapun menyakitimu," ucap Pria itu seraya menatap tajam ke depan. Bersungguh-sungguh.

Gadis itu semakin mengeratkan pelukannya pada Theodore. memejamkan mata.

Hatinya terluka.

Ingatan semalam kembali menghantuinya...

"Apa kau tetap akan bersama Tama, jika kuberitahu bahwa Ia adalah Anak dari Pria yang telah merenggut nyawa Ibuku!?"

Suara Baritone Hendry kian meninggi. Membentaknya cukup keras. Hampir-hampir memekakkan telinga.

Tubuh Mara tersentak, kaget.
Ini adalah kali pertamanya Pria itu semarah ini kepadanya.

Gadis itu mematung. 

"i..itu.. tidak mungkin..." gumam Mara. Menatap Hendry dengan Nanar tak percaya.

Mara semakin terkejut tatkala Hendry tiba-tiba memeluknya erat.

Gadis itu berusaha mendorong tubuh besar Hendry menjauh, namun tenaganya seolah hilang entah kemana.

"Lelaki itu telah mengambil seseorang yang paling berharga untukku.. Aku tidak bisa membiarkannya juga mengambilmu dariku," Pria itu berkata lirih. Suaranya melemah.

Melihat itu membuat Mara sempat terbesit untuk ingin mengasihaninya.

Tangan Gadis itu hampir bergerak, hendak mengelus punggung bidang Hendry yang terasa bergetar. Tapi kemudian ia mengepalnya kembali.

Mara urung.

"Tolong... Lepaskan aku.. Biarkan aku pergi," pinta Gadis itu memohon. Suaranya terdengar putus asa.

Hendry semakin mengeratkan dekapannya.

"Aku tidak perduli jika kau tidak akan pernah membalas perasaanku. Asalkan tetap berada di sisiku dan tinggalkan Lelaki itu selamanya. Aku berjanji akan melakukan segalanya untuk membuat mu berada di puncak tertinggi kehidupan, agar kau bisa meraih impianmu dan tidak ada lagi yang bisa menyakitimu."

CASTLE MADE OF GLASS : BOOK I Where stories live. Discover now