[BC] The time I know my ending [Jeongwoo's Focus]

262 37 1
                                    

Jeongwoo membuka matanya dan menyadari bahwa dirinya berada di pantai dengan ombak yang bergemuruh lembut serta kicauan nyaring burung. Ia dapat melihat hanya ada dirinya dan seseorang yang berdiri menghadap ombak. Jeongwoo pun segera membersihkan beberapa pasir yang menempel di tubuhnya dan menghampiri orang tersebut.

"Kita bertemu lagi," ucap Jeongwoo ketika mengetahui rupa dari orang tersebut.

"Bagaimana perasaanmu setelah berhasil menyelamatkan teman-temanmu?" ucap pria tersebut pada Jeongwoo tanpa mengalihkan pandangannya dari ombak pantai.

"Tidak bisa dideskripsikan. Bahagia, lega, terharu. Begitu banyak hal yang kurasakan," ucap Jeongwoo sambil ikut memandang ombak pantai.

"Park Jeongwooꟷ" ucap pria tersebut sambil menatap Jeongwoo. Jeongwoo pun membalas menatap pria tersebut.

"Kamu ingat kan konsekuensi dari kesempatanmu untuk menolong mereka?"

Jeongwoo menganggukkan kepalanya, "Tentu saja. Aku tidak pernah melupakan itu."

Kemudian, pria tersebut membuka buku yang digenggamnya dan menunjukkan pada Jeongwoo. Terlihat bahwa nama Jeongwoo dicoret sedangkan nama Haruto tidak.

"Aku tidak paham. Mengapa namaku dicoret sedangkan nama Harutoꟷ" ucap Jeongwoo terbata.

"Kamu tidak memiliki umur sepanjang Haruto, Park Jeongwoo. Seperti perjanjian awal kita, semua kesempatan untuk mengulang waktu harus dibayar dengan waktu hidupmu. Sayangnya semua sisa hidupmu sudah habis untuk menggantikan kesempatan tersebut," ucap pria tersebut.

Tubuh Jeongwoo lemas. Ia langsung terduduk dengan linangan air mata.

"Terakhir kaliꟷ terakhir kali aku mendapat serangan dari Asahi hyung dan berakhir di rumah sakit. Apa maksudmu aku tidak akan siuman setelah operasi?" ucap Jeongwoo dengan air mata yang sudah membasahi pipinya.

"Benar," ucap pria tersebut.

Jeongwoo merangkak dan menggenggam kaki pria tersebut erat, "Kumohon, kumohon tambahkan umurku sedikit lagi. Akuꟷ aku tidak bisa meninggal dengan cara seperti ini."

Pria tersebut berjongkok dan menghadap Jeongwoo, "Aku bukan Tuhan yang dapat menambah umur seseorang."

"Kenapaꟷ kenapa aku tidak memiliki umur yang cukup? Kenapaꟷ kenapa mereka harus mengalami hal tersebut? Kenapaꟷ kenapa harus berakhir seperti ini?"

Jeongwoo menumpahkan semua keluh kesahnya sambil menangis dengan kencang. Pria tersebut memalingkan wajahnya dari Jeongwoo, tidak tega melihat kondisi pemuda tersebut. Ia memandang ke langit, berharap Tuhan memberikan kesempatan untuk anak di hadapannya tersebut.

"Asahiꟷ Asahi hyung pasti merasa sangat bersalah jika aku pergi seperti ini. Kemudian sahabat-sahabatku yang lain juga pasti akan menyalahkannya atas kepergianku. Aku tidak ingin mereka saling membenci satu sama lain. Sia-sia aku menyelamatkan mereka jika pada akhirnya mereka akan saling menjauh satu sama lain," ucap Jeongwoo sambil terisak.

Pria tersebut bergeming. Bahkan suara burung yang awalnya berkicau merdu, terdiam untuk turut merasakan duka yang dialami Jeongwoo. Hanya ada deru ombak dan isakan tangis Jeongwoo yang membahana di pantai tersebut.

Setelah mereka berada dalam kondisi diam beberapa waktu, pria tersebut menghampiri Jeongwoo dan menghapus air matanya. "Niatmu benar-benar tulus, Park Jeongwoo," ucap pria. "Bersyukurlah karena barusan aku mendengar Tuhan memberimu kesempatan."

"Apa maksudmu?" ucap Jeongwoo dengan mata berkaca-kaca.

"1 hari. Tuhan memberimu satu hari lagi untuk menikmati kebersamaanmu dengan mereka. Tolong manfaatkan waktu itu sebaik-baiknya."

"Benarkah? Benarkah Tuhan memberiku kesempatan untuk hidup 1 hari?" ucap Jeongwoo.

Pria tersebut menganggukkan kepalanya. Dan lambat laun, sosok di hadapannya serta pantai yang ditempatinya memudar. Digantikan oleh sebuah ruangan putih dimana terdapat seorang pemuda yang menunduk sambil menggenggam tangannya dengan erat.

"Harutoꟷ" ucap Jeongwoo saat menyadari siapa pemuda yang menggenggam tangannya.

Pemuda tersebut sontak bangun dan wajahnya dipenuhi keterkejutan. "Jeongwooꟷ kamu siuman?"

Jeongwoo mengangguk mantap. Haruto yang sangat bahagia, lantas memeluk Jeongwoo dengan erat dan berlari keluar. Menjemput teman-temannya yang berada di rooftop untuk segera ke ruangan Jeongwoo.

Di tengah kepergian Haruto, Jeongwoo mencoba memposisikan tubuhnya untuk duduk bersandar pada pembatas tempat tidur dan menatap ke jendela yang tertutup rapat.

1 hari yang berharga. Aku harus menghabiskan 1 hari ini bersama mereka sebelum aku benar-benar meninggalkan mereka, batin Jeongwoo.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Jeongwoo pun menganggukkan kepalanya dan memejamkan matanya. Ia sangat bahagia karena ia dapat menikmati kebahagiaan bersama sahabat-sahabatnya. Jeongwoo menggenggam kalung berliontin jam miliknya dan berucap dalam hatinya, "Terima kasih karena sudah memberikanku tambahan satu hari untuk menikmati ini semua. Sekarang aku rela jika ragaku memang harus meninggalkan mereka."

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Save YouWhere stories live. Discover now