[BC] The first time I pray to God to meet you [Jihoon's Focus]

160 19 0
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Hoon, jangan bergadang ya malam ini. Besok kita masuk pagi, jadi moment istirahat jangan disia-siakan," ucap Midam sebelum aku memasuki apartemen. Aku menganggukkan kepalaku dan melambaikan tangan perpisahan pada Midam. Posisi tempat tinggal Midam searah dengan apartemenku, sehingga kami selalu pergi dan pulang kerja bersama-sama. Hal ini cukup melegakanku karena tidak jarang kami harus pulang larut malam dari café, dan aku sebenarnya sedikit takut untuk pulang sendiri di tengah kegelapan.

Begitu aku menjejakkan kakiku ke dalam apartemen, aku lantas mencari sofa kesayanganku dan kurebahkan tubuhku di atasnya. Bekerja menjadi pelayan café bukanlah pekerjaan mudah. Aku dituntut harus tetap bersikap manis dan ceria, sekalipun rasa lelah menyelimuti diriku diakibatkan begitu banyaknya customer yang harus dilayani atau posisi berdiri berjam-jam dalam rangka menunggu customer datang. Tetapi aku berprinsip bahwa segala sesuatu yang dilakukan sungguh-sungguh akan selalu berbuah manis. Tekad itu yang membuatku tak gampang mengeluh akan segala pekerjaan yang kulakukan.

Di kala aku merebahkan tubuhku, kupandang bingkai manis berisi foto kenangan yang berdiri sempurna di atas meja. Aku meraih bingkai foto tersebut dan kulihat dua belas remaja pria mengenakan seragam sekolah sambil tersenyum cerah. Aku lantas meraih tisu dan membersihkan sedikit debu yang menempel di bingkai tersebut, sembari mengenang peristiwa dibalik pengambilan foto tersebut.



"Ayo cepat cari posisi masing-masing," teriak Jihoon kepada setiap anggota Treasure. Mereka sengaja berkumpul di kelas Jihoon setelah semua anak sudah pulang untuk berfoto bersama.

"Yoshi, kamu bisa mengerjakan PR setelah kita pulang. Ngapain dikerjakan sekarang?" teriak Jihoon kesal karena bukannya mencari posisi, Yoshi masih berkutat dengan buku-buku pelajarannya.

"Yedam masih membetulkan posisi kameranya, Hoon. Aku akan langsung cari posisi kalau sudah siap," ucap Yoshi sambil tidak bisa melepaskan pandangannya dari buku.

"Daripada Isaac Newton, menurutku Yoshi lebih cocok disebut ulat buku," ucap Junkyu.

"Yang ada kutu buku, Kyu, bukan ulat buku. Punya temen kenapa lemot banget astaga," ucap Jihoon dengan bersungut-sungut.

"Jangan marah-marah mulu, Hoon. Urat di dahimu bisa makin nambah nanti," ucap Hyunsuk sambil menunjuk ke arah jidat Jihoon.

"Lha bentar. Asahi, Jeongwoo dan Haruto kenapa belum ada ya?" ucap Jihoon yang tidak menggubris ucapan Hyunsuk dan malah celingak-celinguk mencari ketiga anak tesebut. Tak berselang lama, Jeongwoo dan Haruto datang dari luar dengan muka kebingungan.

"Kalian lihat Asahi?" tanya Jihoon pada mereka berdua.

"Itu kami melihat Asahi hyung jalan pulang, jadi tadi kami berusaha mencegat. Tapi dia bilang sakit perut dan wajahnya terlihat pucat, jadinya kami tidak tega dan ngebiarin Asahi hyung pulang," ucap Jeongwoo dan dibalas anggukan kepala oleh Haruto.

Mendengar penuturan Jeongwoo, Jaehyuk langsung berlari keluar kelas dan tidak menggubris teriakan teman-temannya kala itu. Tak butuh waku lama, Jaehyuk sudah kembali sambil menjewer telinga Asahi.

"Jae sakit nih," ucap Asahi sambil berusaha melepaskan jeweran Jaehyuk.

"Pake alasan sakit perut biar tidak ikutan foto. Aku sudah tahu akal-akalanmu," ucap Jaehyuk dan melepaskan jewerannya.

"Jadi Asahi hyung bohongin kita?" ucap Jeongwoo dan Haruto kompak.

Jaehyuk mengangguk dan Asahi tersenyum malu sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Udah lengkap semua kan? Yedam gimana?" ucap Jihoon.

"Sip, hyung. Udah tinggal jepret nih," ucap Yedam.

"Yoshi, cepet kesini," teriak Jihoon dan pemuda tersebut langsung memposisikan diri di antara Jeongwoo dan Haruto.

"Duh, hyung," keluh Jeongwoo dan Haruto berbarengan dimana Yoshi hanya tersenyum jahil.

Dengan segala kekacauan yang dibuat, akhirnya mereka bisa berfoto bersama. Yedam yang duduk di samping Jaehyuk, Mashiho yang berfoto dengan buku kesayangannya, Junghwan yang membuat logo Treasure dengan tangannya, Asahi yang bersikap cool, Jihoon dan Junkyu yang kompak memamerkan tasnya, Hyunsuk yang bersikap layaknya Rockstar, Doyoung yang memamerkan botol minumnya, serta Jeongwoo Yoshi dan Haruto yang tersenyum setelah pertikaian kecil mereka.



Mengingat peristiwa itu tanpa sadar membuatku tersenyum pahit. Aku tak dapat membohongi diriku bahwa aku sungguh-sungguh mendambakan kehadiran mereka di sisiku. Tuhan, jika kamu mendengar seruanku sekarang, kumohon pertemukan kembali diriku dengan mereka semua. Aku sangat merindukan mereka, seru doaku pada Tuhan. Saat itu aku tidak berharap banyak, akan tetapi Tuhan mendengar itu semua dan mengabulkan di waktu yang tidak kuduga.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Di akhir perbicangan teleponku dengan Midam, pemuda tersebut mengucapkan tak jadi masalah akan permintaanku untuk memintakan izin tambahan cuti kerja pada manager kami. Ia sangat mensuppport diriku untuk menghabiskan waktu bersama sahabat-sahabatku saat ini. Aku pun memandang seluruh anggota Treasure sambil tersenyum. Terima kasih Tuhan karena sudah mengabulkan permintaanku waktu itu, ucapku sebelum bergabung dengan mereka. Mengukir kembali kebahagiaan bersama.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Next Chapter: Bonus Chapter : The first time I regret myself [Mashiho's Focus] dan Bonus Chapter : The time I know my ending [Jeongwoo's Focus]

Save YouWhere stories live. Discover now