Chapter 14 : The pain of Hyunsuk - Part 2

239 43 2
                                    

Hal yang paling menyiksa adalah ketika kita tidak bisa memaafkan diri sendiri

●◊●●◊●●◊●●◊●●◊●



Hyunsuk menatap kosong jendela di depannya. Ia memandang tangan kanannya yang terborgol ke pinggir tempat tidur. Hyunsuk menghela nafas, sepertinya aku menggila lagi, batinnya. Tak lama ia melihat sesosok pria yang sangat dikenalnya, membawa makanan dan meletakannya di meja. Ia juga membawa kunci untuk membuka borgol yang membelenggu Hyunsuk, meletakkan sendok dan garpu di tangan Hyunsuk dan nampan di pangkuan Hyunsuk.

"Jaehyuk," ucap Hyunsuk dan pria itu tidak memberi balas. Ia berjalan untuk mematikan air condition di kamar Hyunsuk dan membuka jendela untuk mempersilahkan angin lembut serta cahaya matahari masuk ke kamar.

"Udara segar bagus untukmu," ucap Jaehyuk sambil duduk di samping Hyunsuk.

"Kemarin parah?" ucap Hyunsuk.

"Tidak juga. Tanganmu hanya terborgol satu sisi, berarti tidak terlalu parah," ucap Jaehyuk.

Hyunsuk menghela nafas berat. Jaehyuk menepuk lembut bahu sahabatnya itu. Jujur Jaehyuk sangat sedih ketika Hyunsuk datang ke tempat magangnya sebagai pasien. Ia mengasihani dirinya yang harus bertemu hyung-nya tersebut dengan kondisi seperti ini.

"Sampai berapa lama kamu disini?"

"Tinggal 1 bulan lagi," ucap Jaehyuk, "Tapi kamu tidak perlu khawatir, hyung, seandainya kamu belum bisa pulang, aku akan sering mengunjungimu."

Hyunsuk memeluk Jaehyuk erat. Hyunsuk yang saat ini sungguh berbeda dengan Hyunsuk yang tadi malam. Jaehyuk melihat bekas sayatan tangannya yang sudah mengering. Cepatlah sembuh, hyung.

"Hyung, apa kamu sudah siap untuk menceritakannya padaku?" ucap Jaehyuk lembut.

"Kalau aku mengatakan karena cinta, kamu pasti akan menertawaiku sekarang. Bagaimana aku bisa seperti ini hanya karena cinta?" ucap Hyunsuk.

"Menurutku tidak. Banyak pasien disini terjadi karena cinta, jadi itu bukan masalah remeh," ucap Jaehyuk dengan posisi mereka masih saling berpelukan.

"Kenapa semua wanita di sekitarku harus menyakitiku seperti ini?" ucap Hyunsuk parau. Jaehyuk dapat merasakan Hyunsuk menahan tangis sekarang.

"Tidak apa, hyung, jika kamu ingin menangis keluarkan saja,"

"Aku merasakan sosok kekasih sekaligus ibu di dirinya. Aku merasa sangat nyaman, sampai-sampai menyurahkan seluruh perhatianku padanya. Tapi aku salah, dia sama halnya dengan ibu, bahkan lebih parah."

Jaehyuk mengusap lembut punggung Hyunsuk.

"Tapi tak seharusnya kamu menyia-nyiakan dirimu, hyung. Mereka tak pantas membuatmu seperti ini."

"Aku juga tahu itu. Tapi terkadang tubuhku sendiri tidak bisa kukontrol."

Jaehyuk pun melepaskan pelukan mereka, "Sekarang segera makan supaya tubuhmu mendapat energi. Perlu kutemani untuk makan?"

"Tidak perlu, Jae. Aku tahu kamu masih banyak kerjaan."

"Kau tahu tombol untuk memanggil perawat kan? Jika kamu membutuhkan sesuatu, tekan tombolnya dan aku segera meluncur kesini," ucap Jaehyuk sambil beranjak keluar kamar. Sebelum benar-benar pergi, ia menoleh sekilas dan melihat Hyunsuk yang makan dengan lahap. Andaikan rasa sakit itu bisa kamu bagi, aku siap untuk menerimanya supaya tidak memberatkan untukmu.

Save YouWhere stories live. Discover now