"Ke solo naik odong-odong.

Pasti udah dong!"

"Sotoy Lo, Sob!" ucap Fadhly yang dihadiahi kekehan dari teman-temannya.

"Masuk aja," kata Ravael dengan suara dinginya.

"Kalau salam itu dijawab dulu kek." sindir Ila.

"Wa'alaikumus Salam, La. Gue Fadhly Dwiki, salam kenal ya! Sebelah kanan gue namanya Ravael Erland, samping kiri gue namanya—" sapa Fadhly dengan semangat, namun diputus oleh Rega yang langsung menjulurkan tangannya, mengajak Ila berkenalan, "Nama gue Rega Antaseno, panggil Rega aja. Yang tadi," kata Rega tak enak, "Masih inget 'kan?" lanjutnya.

Aquila menjulurkan tanganya, lalu ia mengangguk, dan tersenyum sebagai balasan.

"Nama gue Evan Sanjaya Putra Kresna. Panggil Evan! Yang paling ganteng di sini, ingat ya!" seru Evan dengan percaya diri.

"Langsung duduk aja," kata Ravael yang langsung mendapat anggukan dari Ila.

"Ini nih giliran cecan aja baeknya minta ampun. Kalau gue udah di ketusin!" protes Rega tak terima.

"Gimana keadaanya udah enakan?" tanya Evan yang langsung duduk dan mengambil posisi di depan Ila.

"Iya udah baikan ... Gue minta maaf ya buat kejadian yang di kantin tadi. Kalian maafin kan?" pinta Ila tulus.

Rega tertawa mendengar permintaan Ila, namun teman-temannya yang lain segera menyadarkan Rega dari candaannya.

Tiba-tiba cowok berwajah datar itu melangkahkan kakinya mendekati Ila. Langkahnya tegap dan senada. Cowok itu sudah melepaskan seragamnya dan meninggalkan kaos berwarna hitam di badannya. Wajahnya tampan dengan mata coklat yang tajam, hidung mancungnya, serta otot bisep yang menonjol di lengan kekarnya.

Klik.

Al menatap mata Ila dengan tatapan yang tidak bisa Ila artikan. Rasanya jantung Ila berdetak begitu kencang. Entahlah apa yang dirasakannya hari ini membuat hatinya jadi tak karuan. Hanya menatap Al saja mampu membuat tubuhnya melemah.

"Masih inget kejadian yang di kantin?" komentar Al sambil mengalihkan pandangannya dan langsung duduk di samping Ila, membuat Aquila malu untuk yang kedua kalinya.

Sialan gue kira mau apa! batin Ila sambil mengelus dadanya.

"Pulang?" tanya Al dengan wajah datar.

Awalnya Aquila ingin menggeleng, namun ia segera membuang niatnya dan menjawab pertanyaan Al dengan anggukan dan seulas senyum.

"Ini barang-barang punya Lo tadi. Mobil Lo udah diurus sama Ravael. Nanti kalau udah jadi, dia bakal bilang sama Lo." jelas Fadhly sambil menyerahkan barang-barang milik Ila.

"Thanks ya." Ila mengambil tasnya, namun ia mengembalikan belanjaannya, "Fadhly, gue titip ini sama Lo buat Selvi sama yang lainnya. Makasih ya," kata Ila sambil melambaikan tangannya pada Selvi yang berlari menghampirinya dan langsung memeluknya erat, "Kakak cantik! Eh Kak Ila, kalau ada waktu main-main ke sini lagi! Makasih juga Kak jajanannya." seru Selvi dengan senyum terbaiknya.

"Ayo." kata Altair sambil memberikan helm pada Ila.

oOo

Suasan malam kali ini begitu indah. Suara motor merek Harley Davidson itu ibarat menjadi obrolan Aquila dan Altair yang hanya diam di sepanjang jalan.

Angin malam berhembus kencang, menerbangkan setiap helai rambut gadis itu. Tak seperti biasanya, Aquila merasakan rasa yang sudah lama tidak ia rasakan. Rasa yang selalu ia dapatkan ketika ia sedang dilanda asmara.

Aquila dan AltairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang