5. Razia | Fair Enough

113 96 179
                                    

"WOY ADA RAZIA!!"

Suara itu membuat ruang kelas XI MIPA 1 menjadi ribut seketika. Ada yang berlari ke kamar mandi, ada yang mengamankan skincare, ada pula yang meminjam atribut sekolah pada adik kelas. Lucu memang, beragam cara mereka lakukan agar tidak mendapat hukuman. Lain halnya dengan lima orang cowok di pojok kiri kelas yang masih tetap tenang dengan posisi awal mereka.

"HEY SOB! KALIAN KOK PADA DIEM-DIEM BAEK?!" teriak Kaisan dengan satu kresek makanan yang ia pegang di tangan kirinya.

"Lagi mabar, Lo mau join?" tawar Rega dengan santai.

"Dari atas kepala turun ke udel turun lagi ke kaki! Lo-Lo semua gak ada yang tertib, ck! Masih aja tenang, heran gue!"

Evan memperbaiki posisinya dan sekilas menatap Kaisan dengan tatapan malas, "Yang dihukum kita-kita, yang sewot Elo! Dasar mak-mak rempong!"

"Enak aja mak-mak rempong! Gue itu P.E.D.U.L.I namanya!"

"Yaudah sana pergi. Gue gak butuh," kata Fadhly sambil mencomot makanan yang dipegang Kaisan, "Enak aja main ambil-ambil! Katanya gak butuh! Beli sendiri sono! Noh rasain sosisnya dateng."

"Sosis pala Lu peang! OSIS bukan sosis!" kata Evan yang langsung memasukkan ponselnya ke saku celana.

Seorang cowok berkacamata mengedarkan pandangannya. Ia menggelengkan kepalanya melihat teman-teman seangkatannya yang tidak pernah berubah. "Assalamu'alaikum semuanya. Di sini kita mau ngadain razia! Ayo yang melanggar ngaku aja! Kalau enggak kita geledah satu-satu!" ujarnya dengan tegas.

Cowok itu lalu keluar dan kembali masuk bersama tiga orang cewek yang tidak asing di mata Altair dan teman-temannya. Cowok itu adalah Naufal Edric— ketua OSIS yang juga memiliki banyak idola di SMA Yudistira.

"Itu Aquila kan?"

"Cantik bener ye!"

"Al! Itu Ila your girlfriend, samperin napa!" ganggu Fadhly sambil mencolek dagu Al, namun segera ditepis oleh cowok itu.

Klik.

Tanpa disengaja tatapan Aquila dan Altair bertemu. Melihat Aquila yang menyampirkan beberapa helai rambutnya membuat Altair begitu terpesona.

Begitu pula Aquila, entah mengapa Ila merasa Al sangat tampan di setiap harinya. Aquila selalu merasa gugup ketika ia diperhatikan seperti ini oleh Al.

Hati Altair selalu tak karuan ketika menatap manik mata cewek itu. Sungguh? Ya tentu saja!

Apakah mereka jatuh cinta? Maybe.

"Ila Lo coba cari di meja belakang, gue di meja depan ya." kata Friska, namun tak mendapat respon dari lawan bicaranya.

"Ilaaa," rengek Friska sambil menggoyang-goyangkan bahu Aquila namun masih nihil.

"AQUILA!" teriak Friska membuat Nia dan Ila menoleh kaget ke arah. "Why?" tanya Ila dengan santai. "Ihhh! Kalian tu malah bucin di sini. Tahu gitu gue gak ngajak kalian buat ikut razia tempe!" protes Friska lalu mulai menggeledah meja-meja.

Nia menahan senyumannya saat Evan sedang melihat ke arahnya. "Ngapain pacar gue dibawa-bawa segala?!" protes Evan yang terlihat cemas, "Eh babe, kalau Kamu sampe diapa-apain sama mereka call me!"

"NAJIS SOB! WLEKWLEWLEKWLEKKK!" ejek Rega, bernada.

Fadhly menepuk bahu Rega dengan keras dan ia langsung berkomentar seolah ia adalah Evan, "I HATE YOU REGA! I HATE YOU! Hiks," katanya yang langsung di hadiahi guyonan.

"Ekhem!" Naufal berjalan mendekati Ila lalu menarik tangan gadis itu sampai di ujung pintu. "Ila, tolong ambilin kardus di ruang OSIS bisa?"

"Ada anak lain kan?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 03, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aquila dan AltairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang