4. Damage

202 161 259
                                    

I love him without knowing why—Aquila untuk Al.

Aroma minyak kayu putih memenuhi ruangan itu. Aquila mengerjapkan matanya berulang. Tubuhnya kini sedang berbaring disebuah kamar bernuansa maskulin. Gadis itu memijit pelipisnya pelan dan mencoba memfokuskan pandangannya lagi.

"Gue dimana?" tanya Aquila pada seorang gadis kecil yang sedang duduk di sebelahnya.

"Kakak cantik udah bangun ya? Gimana Kak keadaannya? Enakkan nggak? Kakak cantik kalau ada butuh sesuatu bilang ya." ceracau gadis kecil itu terdengar kebingungan.

Ila mengingat kembali kejadian yang ia alami dan menoleh kepada gadis kecil itu sambil tersenyum, "Nama Adek siapa? Ada Kak Al?"

"Nama aku Selvi. Kakak cantik mau ketemu Kak Al? Kak Al baru salat." ujar Selvi yang langsung mendapatkan anggukkan kecil dari Aquila. "Ayo sini Kak, pelan-pelan." ajak Selvi sambil menuntun Ila keluar dari ruangan itu.

Ila beberapa kali sempat mengerlingkan matanya karena melihat begitu banyak orang di sana. "Selvi, ini tempat apa?" tanya Ila dengan hati-hati.

"Kakak cantik belum tahu?"

Ila menggelengkan kepalanya dan tersenyum manis pada gadis kecil itu, "Jangan kakak cantik, panggil Ila aja."

"Oke Kak Ila!" jawab Selvi sambil menyatukan ibu jarinya dan jari telunjuknya membentuk tanda "OK"

Selvi menatap sedu Ila membuat Ila merasa binggung. Namun, akhirnya Selvi tersenyum ramah pada Ila dan mulai menceritakan sesuatu.

"Kakak Al itu baik banget. Jadi ceritanya Kakak Al itu pingin buatin kita rumah, tapi karena biayanya kurang jadi Kak Al pinjamin markas ini buat tempat tinggal kita. Ini yang bangun bener-bener kerja keras dari Kak Al sama temen-temennya. Walau pun Kak Al orang kaya, tapi ...." kata Selvi terhenti, lalu ia menghela napasnya.

"Tapi Kak Al itu gak pernah pakai uang orangtuanya buat nolongin kita. Kita yang tinggal di sini itu berasal dari kota dan daerah yang berbeda-beda dan Kak Al nemuin aku waktu aku ngemis. Kak Al gak tega dan akhirnya nolongin aku. Aku sayang banget sama Kak Al. Kak Ila jangan pernah kecewain Kak Al ya? Kak Al paling benci dikecewain." lanjut Selvi membuat Aquila begitu terpukai dengan sosok Al.

I love him without knowing why, batin Aquila saat gadis itu sampai di sebuah ruangan bernuansa putih. Di sana ia hanya mengenal beberapa orang yang ia lihat saat di kantin sekolah tadi siang.

"Kak Ila mau di sini atau gabung sama aku di sana?" tanya Selvi yang dijawab Ila dengan gelengan kepala.

"Oke deh Kak, aku tinggal dulu ya." Selvi melambaikan tanganya dan pergi.

Aquila sedikit ragu. Namun, Ila memutuskan untuk menghampiri mereka, "Assalamu'alaikum," sapa Ila dengan senyuman kecil yang terlukis di bibirnya.

"Minum es teh dengan Pak Kumis.

Tidak lupa makan roti dengan kismis.

Kubuatkan pantun romantis.

Khusus untukmu wahai nona senyum manis!"

"Mantap ah akang Rega! GASKEUN SOBAT!" seru Fadhly gak ada akhlak.

Ravael menatap Rega dengan tatapan tajam. Teman-temannya selalu seperti ini. Menganggap enteng setiap masalah, membuatnya terkadang tak habis pikir.

"Ikan blanak ikan pari,
Ila cantik apa sudah punya tambatan hati?" lanjut Rega tanpa dosa.

Evan menghampiri Rega. Ia juga tak mau kalah dan membalas pantun yang barusan Rega lontarkan.

Aquila dan AltairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang