14. Kurang bersyukur

1.3K 117 8
                                    

Rendy sedang berada di taman sore ini. Entahlah tiba-tiba ia ingin datang ke taman, disini Rendy dapat melihat banyak sekali anak-anak yang bermain ditemani orangtuanya. Rendy jadi rindu bermain bersama mereka.

Rendy memejamkan matanya, ia jadi teringat orangtuanya. Pikiran pemuda itu berkeliaran kemana-mana. Bahkan ia tak menyadari bahwa ada seorang anak kecil yang memandanginya sedari tadi.

"Kak?" Rendy membuka matanya dan memutar ekor matanya menuju asal suara. Di sana ia dapat melihat anak kecil yang mungkin berumur 7 tahun dan 10 tahun.

"Iya?" Tanya Rendy. Bocah itu semakin mendekat kearah Rendy berada. Tanpa sepertujuan Rendy kedua bocah itu duduk disampingnya.

"Kakak lagi sedih ya?" Tanya bocah itu dengan pandangan yang tak lepas dari wajah pucat Rendy.

"Nggak, kamu kata siapa?"

"Kakak nggak bisa bohong sama aku, keliatan dari tatapan kakak." Sahut anak yang berumur 10 tahun.

"Nama kamu siapa?" Tanya Rendy mengalihkan pembicaraan. Kedua Bocah ini sangat pintar, bisa tau suasana hatinya.

"Azil dan ini kak Arzi. Kalo Nama kakak siapa?"

"Rendy." Bocah itu mengangguk mengerti.

"Kakak tau nggak? Nggak hanya kakak yang merasa sedih. Hampir setiap anak di dunia ini sedih, hanya saja bermacam-macam. Jadi, kakak jangan merasa hidup kakak paling menyedihkan. Nyatanya ada yang lebih menyedihkan daripada kehidupan kita kak." Rendy tersenyum, benar apa yang dikatakan anak itu, selama ini Rendy selalu merasa dirinya paling menyedihkan. Padahal banyak diluaran sana anak yang lebih menderita darinya.

"Iya, kamu bener, kakak selama ini kurang bersyukur atas apa yang kakak punya. Makasih ya udah mau ngingetin." Kedua Bocah itu tersenyum manis kearah Rendy.

"Kakak bisa cerita ke kita masalah kakak, insya Allah itu bisa membuat kakak sedikit lega nantinya." Rendy mengangguk.

"Kalian kesini sama siapa?"

"Berdua kak." Ujar anak itu sedih, dapat Rendy lihat dari raut wajahnya.

"Kenapa?"

"Mereka udah bahagia di sana kak." Anak itu menunjuk langit. Rendy mengerti apa yang anak itu maksud. Rendy bangkit dari duduknya dan berjongkok di bawah kedua anak itu. Sekarang gantian Rendy yang akan memberi semangat pada Azil dan Arzi

"Orang tua kalian udah bahagia di sana. Disini tugas kalian mendoakan, agar mereka tenang. Pasti mereka di sana bahagia memiliki kalian." Kedua Bocah itu mengangguk dengan senyuman yang mulai terbit di wajah mungilnya itu.

"Kita selalu doain mereka kok, kak. Kita selalu minta sama Allah semoga kita bisa berkumpul lagi sama ayah dan bunda di surga sana. Kita bisa bahagia di sana."

"Kalian pinter banget sih, Cita-cita kalian jadi apa?" Pertanyaan yang entah muncul dari mana. Sedang membahas apa jadi ke apa dasar Rendy.

"TPWC." ujar mereka berdua serempak.

"Apaan tuh?" Tanya Rendy bingung, baru mendengar cita-cita itu.

"Tim pemburu wanita cantik" Rendy menepuk jidatnya sendiri. Anak sekecil ini saja sudah tau wanita cantik.

"Kalian udah pernah pacaran?" Mereka dengan cepat mengangguk. Sudahlah Rendy kalah dengan mereka. Rendy saja yang sudah berumur 16 belum pernah merasakan apa itu pacaran. Memang banyak yang mau dengannya atau bahkan menembaknya tetapi Rendy hanya menunggu satu wanita.

"Ini udah sore kak, azil pulang dulu ya?" Pamit anak itu.

"Sebentar." Kedua anak itu di buat bingung saat Rendy berlari. Kenapa kakak itu?. Pikir mereka.

I'M OKEWhere stories live. Discover now