41. Terkurung

1.4K 176 48
                                    

Happy reading guys, semoga suka sama part ini!

***

Rendy hanya bisa duduk bersandar di balik pintu, sejak Aldy mengunci nya di kamar tak ada yang ia lakukan. Dirinya hanya duduk termenung di balik pintu kamarnya, pikiran nya buntu saat ini.

Ia harus melakukan sesuatu untuk kembali menstabilkan perusahaan papanya, karena Rendy tau bahwa papanya mendirikan perusahaan itu tidaklah mudah.

"Gue harus apa sekarang?" Nada putus asa itu terucap dari mulutnya.

Demi apapun pikiran nya saat ini tidak bisa di ajak kerja sama. Kosong, ia tak memiliki ide apapun, ia ingin setidaknya sedikit membantu Aldy.

"Argh!"

Dug!

Rendy membenturkan kepalanya ke belakang, sungguh dirinya merasa tidak berguna saat ini. Ia tak bisa melakukan apapun untuk mereka. Lebih parahnya lagi dirinya lah penyebab kekacauan ini terjadi.

"Bodoh! Nggak bisa di andelin!"

"Mikir! Ayo mikir!" Rendy menjambak rambutnya sendiri berharap dengan itu dapat membuat otaknya dapat berpikir.

Andai saja dirinya tidak begitu saja menandatangani berkas itu, mungkin sekarang semuanya tidak akan seperti ini. Hubungan nya dengan Aldy pasti akan membaik, iya hubungan nya dengan Aldy pasti akan membaik, tetapi seakan semesta tak mengizinkan semua itu terjadi.

Sampai pagi menjelang pun Rendy tetap berada di balik pintu, tidak berubah posisi. Ia tidak tertidur semalaman, sibuk memikirkan cara agar bisa mengembalikan perusahaan yang hampir di ambang kehancuran. Tetapi, sampai detik ini ia tak mendapatkan cara apapun.

Mungkin orang lain akan menganggap dirinya gila saat ini, bagaimana tidak pakaian nya sudah tidak karuan, wajah yang sangat kacau, di tambah dirinya yang terkadang menyakiti diri sendiri.

Terkadang Rendy memukul kepalanya, membenturkan kepalanya, menjambak rambut nya dan mengakibatkan banyak rambut yang rontok.

Ponsel nya berdering di saku celananya tidak ia hiraukan. Sampai ketukan pintu membuat Rendy tersentak, ia harap itu adalah orangtuanya. Setidaknya Aldy atau Dira mendatanginya sebentar saja.

"Aden, ini bibi aden baik-baik aja kan?"

Harapan Rendy harus pupus saat suara bi ijah yang memasuki indra pendengaran nya. Tidak seharusnya ia berharap kedua orangtuanya yang mengunjungi nya ke kamar.

"Aden ini bibi bawa makanan, mumpung tuan dan nyonya sedang pergi keluar."

Pasti sekarang papanya sedang mengurus semua perbuatan nya saat ini. Rendy yakin Aldy sedang kelimpungan mengurus perusahaan yang sedang turun bahkan perusahaan tersebut hampir bangkrut karena kecerobohan nya.

"Bi, aku di kunci lagi." Bi ijah dapat mendengar suara Rendy di balik pintu. Hatinya berdesir nyeri mendengarnya, Rendy tampak putus asa dengan semua cobaan yang menimpanya sekarang.

"Maafin bibi den, bibi udh nyari kunci kamar aden tapi nggak ada, kemungkinan di bawa tuan. Bahkan kunci cadangan pun nggak ada di tempat biasanya den."

"Nggak apa bi, ini memang salah aku karena Aku bikin perusahaan papa hampir bangkrut, aku nggak becus ngurus perusahaan itu. Sekarang papa pasti kelimpungan ngurusin apa yang telah aku perbuat."

"Aden jangan mikirin itu dulu ya. Sekarang aden harus makan dan minum obat, tapi bibi nggak bisa bawa makanan ini ke dalam."

"Aku udh minum obat kok bi kebetulan di kamar aku ada roti, jadi bibi tenang aja nggak usah pikirin aku. Aku akan baik-baik aja di sini." Jelas itu bohong, nyatanya Rendy tidak melakukan apapun sedari tadi selain berdiam diri.

I'M OKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang