32. Siapa dalangnya?

1.3K 131 17
                                    

Hari ini Rendy akan datang ke kantor papanya untuk meminta maaf. Semenjak ia keluar dari rumah sakit Rendy selalu terbayang wajah penuh amarah dan tatapan kecewa yang papa dan mamanya pancarkan.

Saat Rendy akan keluar dari kamarnya pintu itu terbuka terlebih dahulu lalu munculah bi ijah dengan nampan yang berisi makanan. Bi ijah dapat melihat penampilan Rendy yang sudah rapi tentu saja kebingungan. Bi ijah tau bahwa Rendy di skorsing dari sekolah nya.

"Aden mau kemana pagi pagi gini?" Rendy tersenyum lebar.

"Aku mau ke kantor papa bi, sekalian mau ketemu mereka."

"Sebelum ke kantor tuan lebih baik aden sarapan dulu." Wanita paruh baya itu mendudukkan Rendy ditepi ranjang. Lalu menaruh nampan itu di pangkuan Rendy.

"Ayo makan, apa mau bibi suapin?"

"Rendy dah gede kali bi."

"Bagi bibi mah aden masih kecil, sekarang aden makan bibi temenin setelah itu minum obat." Rendy mengangguk lebih cepat lebih baik. Ya, semenjak Rendy keluar dari rumah sakit kemarin perlakuan bi ijah semakin berbeda. Selalu mengingatkan nya untuk meminum obat tepat waktu dan tidak melupakan jadwal makan nya.

***

Saat ini Rendy sudah berada di Koridor kantor papa nya. Semua karyawan di sini melemparkan senyuman padanya dan menyapa Rendy. Rendy pernah beberapa kali kesini itupun sudah lumayan lama menurutnya tetapi mereka semua masih mengenalnya.

"kebetulan sekali anda kesini den tadinya saya akan ke rumah anda untuk menyampaikan sesuatu." Ujar pak Arga yang tiba-tiba saja sudah berdiri di depan Rendy.

"Mau bicara apa om?" Ya Rendy memanggil pak Arga dengan sebutan om.

"Mari kita bicarakan hal ini di ruangan saya den." Rendy mengangguk melupakan tujuan awalnya ke sini untuk menemui kedua orang tuanya.

"Mohon maaf jika saya lancang tetapi ini permintaan tuan dan nyonya." Rendy mengangguk.

"To the point, om"

"Anda diminta untuk menjadi bagian di perusahaan ini. Anggap saja anda sedang belajar untuk menjadi pemimpin yang bertanggung jawab nantinya. Sebab menjadi seorang yang berperan penting dalam perusahaan bukanlah hal yang mudah, anda memiliki tanggung jawab yang sangat besar untuk karyawan yang ada disini. Kelangsungan hidup karyawan disini ada di tangan anda.

"Tuan mengatakan jika yang ia lakukan ini sebagai hukuman untuk aden." Lanjutnya.

"Kapan?"

"Lusa." Rendy menghela napas kasar. Ia memang memiliki kemampuan di bidang ini sebab sejak kecil Rendy sudah di perkenalkan dengan dunia bisnis tetapi ah sudahlah ia tidak bisa menolak.

***

Malam ini Rendy sedang berkutik dengan laptopnya. Mengingat ingat kembali dan mempelajari apa yang belum ia mengerti tentang apa yang akan ia lakukan kedepannya. Ia tidak ingin mengecewakan kedua orangtuanya, lagi.

Rendy menghentikan sebentar kegiatan nya. Melihat jam yang sudah Menunjukan pukul 11 malam. Ia berhenti sebentar dan keluar dari kamar. Seperti nya membuat susu coklat tidak begitu buruk.

"Aden." Rendy menengok ke asal suara berdiri bi ijah di belakangnya.

"Aden lagi ngapain?"

"Lagi buat susu coklat bi."

"Kenapa nggak bangunin bibi aja?"

"Rendy bisa bikin sendiri bi gampang gini kok. Rendy ke kamar dulu ya bi."

"Langsung tidur ya den." Rendy mengangguk. Lalu membawa langkah kakinya menuju kamar. Rendy mempercepat langkahnya dan setelahnya ia mengambil laptop di dalam kamar.

Rendy melihat sekitar untung bi ijah sudah kembali ke kamarnya. Jadi, Rendy dapat melanjutkan langkahnya menuju taman belakang.

Ia sengaja ke tempat ini karena Rendy ingin menikmati sejuknya malam hari. Tak ada suara bising kendaraan dan teriknya sinar matahari yang sangat menyengat. Sekarang yang dapat Rendy rasakan ketenangan, sejuk, nyaman dan tentram, Rendy suka suasana ini.

Tidak terasa waktu begitu cepat sekarang jam sudah menunjukan pukul 1 dini hari. Mata Rendy sudah memberat kalau orang bilang sih tinggal 5 watt.

"Cepet banget perasaan baru juga sebentar di luar." Rendy langsung membereskan barang-barangnya. Melangkah cepat menuju kamar karena rasanya Rendy inging tidur saat ini juga.

Saat sudah menidurkan tubuhnya di kasur suara dering handphone nya berbunyi. Rendy langsung mengambil ponsel nya.

Panggilan dari Kevin

Rendy menekan tombol hijau dan panggilan pun terhubung.

"Rendy yang ada di akun Lambe turah TB nggak bener kan?"

"Bener--"

"Demi apa anjir? Jangan boong lo sama gue Ren, mana ada Seorang Rendy main sama jalang?"

"Gue belum selesai ngomong, lo diem dulu bisa kan Vin?"

"Eh sorry sorry panik gue anjir denger berita yang ada di akun gosip sekolah." Selama beberapa hari ini kevin izin karena harus ikut orang tuanya ke luar kota untuk menemui neneknya yang sedang sakit.

"Gue beneran dateng ke club, waktu itu gue nggak bisa berpikir jernih sampe milih dateng ke tempat kayak gitu. Tapi, kalo soal main sama jalang di sana gue nggak ngelakuin itu."

"Tapi itu jelas banget kalau lo mangku jalang disana Ren. Apalagi anak-anak di sekolah kita tuh gampang banget nerima gosip yang belum tentu bener gitu aja."

"Biarinin aja toh nama gue emang udh buruk kan?"

"Nggak bisa gitu dong Rendy, seenggaknya nama lo nggak seburuk itu. Eh tapi lo tau siapa dalangnya?"

"Tau." Singkat, padat, jelas.

"Siapa? Berani banget dia ngejelek-jelekin temen gue yang tampan membahana ini." Rendy terkekeh mendengar nya. Receh sekali bukan? Biarkan lah yang penting Rendy bahagia karena masih ada yang berpihak padanya.

"Gue ngantuk Vin mau tidur kebiasaan banget nelfonnya malem, kan ada siang pagi sore."

"Eh jangan menghindar lo Rendy kasih tau gue siapa dalangnya!!"

"Atok dalang." Rendy langsung mematikan sambungannya.

***

Menurut kalian Rendy jadi apa di perusahaan papanya? Bingung banget, kalau bisa kasih pendapat ya biar bisa cepet up lagi.

Maaf jadi sering lama up nya soalnya ga ada draf. Tugas juga lagi numpuk banget.

I'M OKEWhere stories live. Discover now