9. Menahan

1.5K 134 19
                                    

Setelah tadi di periksa oleh dokter UKS di sini sekarang mereka sedang di UKS menunggu Rendy sadar.

Perlahan Rendy membuka retina mata nya dan dirinya menyesuaikan dengan cahaya yang menerobos masuk. Kevin yang menyadari itu langsung berdiri dan menghampiri Rendy.

"Rendy mana yang sakit?? Lo butuh minum atau makan?? Atau mau ke kamar mandi bilang ke gue." Kevin langsung menyerbu Rendy dengan berbagai pertanyaan. Ricky dan Satya yang belum menyadari Rendy sudah sadar langsung menatap ke arah Rendy saat mendengar suara kevin.

"Ehh anjir kenapa gue ada di sini?"

"Lo pingsan tadi."

"Gue tadi lagi tidur anjir, malah di bawa ke UKS, orang ngantuk." Elaknya.

"Tidur apanya di bangunin nggak bangun bangun hah?" Tanya kevin kesal.

"Mungkin gue lagi kebo makannya nggak bangun. Parnoan banget, gue nggak papa aelah." Terus saja Rendy mengelak.

"Nggak pa-pa gimana, lo sampe pingsan gitu!" Ucap kevin ngegas. Kesel jadi nya sama Rendy tadi bikin khawatir sekarang bikin sebel mau nya apa sih.

"Dibingalin gue itu tidur, gara-gara malem begadang."

"Tidur dalam arti lain, iya 'kan?"

"Au ah males ngantuk gue." Rendy langsung memejamkan matanya. Malas meladeni mereka dan tidak ingin membuat mereka khawatir.

Mereka menghembuskan napas kasar. Mereka tau bahwa Rendy sedang mengelak tadi. Anak itu selalu saja menutupi nya, tak mau berbagi. Mereka sering sekali menyuruh Rendy berbagi masalahnya. Tetapi, anak itu tidak pernah mau.

Mereka ingin berguna menjadi sahabat Rendy tetapi anak itu selalu saja tidak mau membagi masalahnya.

***

Setelah tadi pulang sekolah Rendy langsung beristirahat di rumah dan malam ini ia sedang berada diruang keluarga. Menunggu ke dua orangtuanya sambil menonton Suara hati istri dan keadaan nya juga sudah lebih baik walau masih terasa lemas.

"Astaghfirullah haladzim ini suamiku peluk siapa?"

"Dih si mbak nya buta ya udah tau suami nya peluk perempuan lain malah nanya gitu lagi!" Gerutuk Rendy. Kesel sendiri jadi nya padahal sudah jelas- jelas itu suami nya peluk perempuan lain. Kalau nonton ini pasti kesel sendiri.

"Kenapa mas Dimas masih menyimpan foto ini?"

"Tanya suami mbak nya lah malah nanya sama saya. mana saya tau saya kan ikan. udah gak waras ya gara-gara di selingkuhin?!" Sahut Rendy lagi. Ini mah sepertinya Rendy yang gila karena menganggu mbaknya yang sedang drama.

"Apa yang sebenarnya di sembunyiin sama suamiku? Apa dia punya keluarga lain selain aku?"

"Si mbak nya udah di bilangin saya nggak tau malah banyak tanya lagi huh, sabar Ren orang ganteng banyak cobaannya." Ucap Rendy lalu mengelus dada nya sabar-sabar nonton sinetron indosiar harus banyak-banyak  bersabar.

"Dah lah males nggak seru dia nya malah curhat ke gue!" Gerutuk Rendy lalu mematikan chanel TV dan rebahan aja di sofa sambil menunggu ke dua orangtuanya.

"Argh sial!" Umpatnya saat kepalanya kembali sakit seperti di timpa ribuan beton. Rendy memijit pangkal hidung nya untuk mengurangi rasa pening di kepala nya tetapi rasa pening itu seakan tidak mau lepas untuk menyiksanya.

Ia mendengar suara mobil memasuki garasi rumahnya. Akhirnya kedua orangtuanya pulang ia sangat rindu sekali dengan mereka. Walau pun tidak terlalu jelas di telinga Rendy tetapi ia tau itu suara mobil kedua orangtuanya.

Rasa sakit itu masih ada bahkan bertambah, penglihatannya yang tiba-tiba kabur. Rendy menggeleng kepalanya berharap penglihatannya dapat kembali normal Tetapi tetap saja buram.

Rendy mencium bau anyir dan saat ia memegang hidungnya ia melihat darah. Dengan cepat Rendy berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan darah itu, ia tidak mau kedua orangtuanya khawatir, hanya itu.

Setelah mimisan itu berhenti Rendy keluar dengan muka pucat pasi dan bibir yang membiru. Tetapi kedua orang tua Rendy tidak menyadari itu. Kenapa mereka tidak memperhatikan keadaan Rendy.

Muncul lah wanita cantik yang selalu Rendy rindukan dan di belakang nya terdapat pria yang selalu Rendy anggap pahlawan. kedua orang yang paling Rendy sayang di dunia ini.

Sebisa mungkin Rendy menahan rasa sakit nya. Ia tidak mau kedua orangtuanya itu khawatir. Walaupun tidak terlalu jelas Rendy bisa melihat mereka mendekat kearah nya.

"Kamu kenapa belum tidur sayang? ini sudah malam." Tanya Dira yang baru saja masuk kedalam ruang keluarga.

"Rendy habis nonton TV ma." Ucap Rendy lirih ia tidak kuat untuk berbicara terlalu keras.

Ia ingin mengistirahatkan tubuhnya sekarang juga. Tetapi ia tak mau meninggalkan momen ini walau hanya sebentar, karena ia sangat rindu sudah hampir dua bulan ia tidak bertemu mereka dan jika ia menunggu kedua orangtuanya pun terkadang mereka tidak pulang. Dan ini kesempatan Rendy untuk melihat kedua orangtuanya untuk mengobati rindu.

"Kamu sakit hmm kok lemes gitu?" Tanya Dira khawatir. Wanita itu mengusap surai hitam milik Rendy dan usapan ini dapat mengurangi rasa pening di kepala pemuda itu. Ia suka usapan lembut mama nya. Ingin ia merasakan ini setiap hari nya, tapi mustahil. Ia nyaman di usap seperti ini.

"I'm oke mom."

"Rendy cuma ngantuk aja." Lanjut Rendy masih terdengar lirih dan dengan gampang nya mereka percaya dengan ucapan pemuda itu.

Seharusnya mereka lebih peka terhadap kesehatan anaknya sendiri. Bi ijah saja yang bukan orang tua kandung nya peka jika ia sedang sakit, tetapi kedua orangtuanya?? Ah sudahlah memikirkan ini membuat kepala Rendy semakin pening saja.

"Rendy, lebih baik kamu tidur, ini sudah malam!" Suara bariton itu selalu membuat merasa seperti dilindungi oleh papanya. Suara yang tegas dan lembut yang selalu Rendy rindukan.

"Iya pa. Ma, Rendy ke kamar ya. kalian istirahat Rendy tau kalian capek. I'm sorry for always being a bother." Ucap Rendy masih sama terdengar lirih.

"Hei! kamu ngomong apa sih?? Kamu itu nggak pernah ngerepotin kami. It's all our duty to give you what you need,dear." Ucap Dira lembut

Tanpa Dira sadari ucapannya itu tidak benar adanya karena mereka hanya memenuhi kebutuhan materi, tetapi tidak dengan kasih sayang, waktu, dan perhatian. Karena yang paling Rendy butuhkan hanya itu.

"Jangan melantur!" Tegas Aldy, mereka tidak suka Rendy berbicara seperti itu. Rendy hanya menganggukkan kepalanya saja.

Boleh Rendy jujur? Rendy rasa sekarang papanya sangat berbeda. Dulu pria itu sangat humoris dan selalu membuat Rendy tertawa dan merasa senang berada di dekat pria itu. Tetapi sekarang? Pria itu bersikap sangat tegas dan tidak segan-segan mengurungnya di gudang, tempat yang paling Rendy takuti. Rendy ingin papanya seperti dulu lagi dan Rendy sangat merindukan itu. Papanya yang selalu membuatnya tertawa saat berada di dekat pria itu. Pria humoris yang Rendy rindukan.

Rendy rindu mamanya yang dulu selalu peka akan keadaanya. Suara Rendy beda sedikit saja mamanya sudah khawatir dan segera membawanya kerumah sakit. Sekarang? Wajahnya pucat dan bibir yang membiru, mamanya tidak sekhawatir dulu. Ah rendy rindu mereka yang dulu.

Mungkin jika perubahan mereka lebih baik Rendy akan merasa senang, sedangkan perubahan mereka sekarang? Haruskan Rendy Senang?

"Good night, have a nice dream." Dira mencium puncak kepala Rendy lembut

"I hope so you are, mom." Ucap Rendy lalu berjalan ke lantai dua menuju kamarnya. Ia berusaha untuk berjalan seperti biasa. Agar kedua orangtuanya tidak curiga. Walau pun sulit ia akan melakukan nya agar orangtuanya tidak khawatir.

***

Kalau b. Inggrisnya salah, maaf karena itu dari Google tidak lain dan tidak bukan itu adalah translate hehe. Nggak jago b. Inggris tapi pengen make b. Inggris. Sok banget ya? Dahlah gpp🤣

I'M OKEWhere stories live. Discover now