T I G A P U L U H D E L A P A N

27.2K 5.2K 280
                                    

Suara derapan kaki kuda terdengar di indra pendengaranku. Aku menghembuskan nafas berat dan menatap malas ke arah hutan belantara. Padahal baru beberapa jam aku berpisah dari Romeo, tapi otakku ini sudah tidak tenang saja.

Apa dia sudah makan?
Apa dia sudah minum?
Apa dia sudah mandi?
Apa dia sudah tidur?

ARGH AKU BANYAK PIKIRAN!

Ini baru berapa jam, dan pertanyaan seputar Romeo di otakku sudah muncul hingga sebanyak itu. Aku tak membayangkan bagaimana isi otakku kalau aku sampai meninggalkan pria itu selama lebih dari satu minggu, aku jamin otakku bisa pecah.

Hah … sudahlah, yang terpenting saat ini adalah aku harus segera menemui keluargaku, kemudian kembali ke istana Romeo.

Setelah beberapa lama aku diam dan menunggu di kereta ini, akhirnya kereta ini berhenti bergerak. Aku menatap lurus ke arah jendela, dan dapat melihat sesosok pria bersurai ungu dengan jubah putihnya yang sedang menunggang seekor kuda berwarna coklat.

Dia berjalan ke arah kereta yang kutempati saat ini dan mengetuk kaca jendelaku dengan senyuman tipis di bibirnya. "Tuan Putri, ksatriamu datang menjemput," ucapnya yang sontak membuat sudut bibirku langsung mengembang.

Aku bergegas membuka pintu kereta, dan melangkah keluar. Di sana sudah terdapat Ainsley yang berdiri di hadapanku dengan senyumannya. Dengan cepat aku langsung memeluknya erat, dan dia balas memelukku sekaligus menggendongku turun dari kereta.

"Dasar, saking senangnya bisa bertunangan dengan Romeo, kau sampai melupakanku, ya," ketusnya sambil mencubit hidungku pelan.

Aku terkekeh geli saat menerima perlakuannya itu. "Ya ya ya, terserahmu sajalah," ucapku, "tapi kalau aku melupakanmu berarti seharusnya aku tak ada di sini dong, ya sudah deh aku kembali ke istana Romeo lagi saja." Aku membalikkan badanku dan hendak masuk ke dalam kereta, namun pergelangan tanganku di tahan oleh Ainsley.

"Ayo pulang," ucapnya.

Ohohoho, dasar tsundere.

=====

"Ekhem!"

Hmm ….

"Ngapain pulang?'

Ini bapak satu ada masalah hidup apa ya sama aku? Ah, atau jangan-jangan dia ada dendam kesumat gitu denganku?

"Apa sekarang kau sudah ingat keluarga?"

Haduh, entahlah. Otak bapak yang satu ini terlalu rumit untuk dapat di mengerti, iq-nya ketinggian, cuy. Otakku yang hanya sebatas remahan ini mah bisa apa. "Ayah, Kakak, aku pulang," ucapku.

Tapi mereka sama sekali tak menjawab sapaanku. Tatapan tajam mereka itu bukannya luntur malah semakin galak, sementara aku disini mulai menyesali keinginan untuk menemui mereka, hiks. Apa salah dan dosaku sebenarnya hah?

Ayah anehku ini tiba-tiba berdeham kencang dan melipat tangannya di depan dada. "Mana calon menantuku?" tanyanya yang sontak membuatku melongo. "Kau tidak kembali kemari tanpa mengajak calon menantuku, kan?"

Ah, apa yang merasuki ayahku saat ini?

"Romeo tidak bisa datang kemari, Ayah. Dia harus mengurus banyak sekali hal karena musim hujan telah tiba, dan aku melarangnya untuk ikut datang kemari," sahutku. "Selain itu, bagaimana kabar kalian berdua?"

"Kakakmu sakit."

Aku sontak membelalakkan mataku, dan bergegas bangkit berdiri untuk menghampiri kakakku. Tanganku langsung menyentuh dahinya, dan mencoba untuk mencari tahu suhu tubuhnya. Tapi ini … normal tuh.

Romeo, Take Me! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang