T I G A P U L U H L I M A

31.1K 5.7K 880
                                    

Normal POV

Berhari-hari telah berlalu semenjak hari itu. Saat ini, suara jeritan terdengar dengan sangat kencang saat sebilah pedang menyayat kulitnya dengan begitu brutal. Seorang pria bersurai hijau yang sedang duduk di sebuah kursi kayu itu kini tersenyum melihat pemandangan yang menurutnya begitu nyaman di pandang mata.

"Baik, sekarang giliran kau. Cepat berikan seluruh informasi mengenai Kaisar Romeo kepadaku, atau aku akan membunuhmu juga seperti kelima temanmu yang sudah tak bernyawa lagi," ucap Javier sambil menatap sinis ke arah seorang pemuda yang sedang gemetar ketakutan.

"A-Akan aku ucapkan! Ma-Mau bagaimanapun dia adalah orang yang sudah memutuskan jariku, a-aku akan memberitahukan segala hal tentang Romeo!" sahut orang itu yang tak lain adalah Hidran, anak yang menjadi korban pedang kayu Romeo enam tahun lalu.

Javier tersenyum puas saat mendengarnya. Sudut bibirnya merekah. "Hm, bagus, sekarang cepat jawab pertanyaanku tentang Romeo," ucapnya yang dibalas dengan anggukan kepala oleh Hidran. "Apa kelemahan Romeo?"

"Valerie!"

Javier sontak terdiam, dia sama sekali tak menduga jawaban ini yang akan keluar dari bibir Hidran. "Kenapa Valerie? Memangnya apa yang terjadi di antara mereka berdua dulu sehingga gadis itu bisa menjadi kelemahan terbesar Romeo?"

"Dulu Valerie adalah guru Romeo! Dan Romeo menyukai Valerie! Mereka setiap hari selalu bersama, jadi wajar saja kalau akan ada perasaan di antara mereka berdua," sahut Hidran.

Dahi Javier berkerut kencang, dan rahangnya mengeras. Dia berusaha untuk mengontrol emosinya saat ini, meski mendengar hubungan antara Valerie dengan Romeo sudah cukup membuat Javier kesal, namun ia masih memiliki sedikit harapan kalau Valerie tidak memiliki perasaan pada Romeo. Karena itu dia bertanya …

"Lalu sekarang kau katakan padaku. Apa Valerie juga menyukai Romeo?"

"Iya."

=====

"SIAL! ROMEO SIALAN!"

Javier melempar segala macam benda yang berada di meja kerjanya itu ke arah lantai. Dia geram, sangat geram. Dirinya benar-benar tak menyangka kalau Valerie dan Romeo ternyata telah memiliki perasaan satu sama lain semenjak dulu. Javier tidak peduli dengan perasaan Romeo, namun perasaan Valerie kepada Romeo itulah yang sangat menganggu dirinya saat ini.

Otaknya mengingat kembali kejadian di kereta dimana Valerie menolak ciuman darinya. Javier mendengus sinis. "Ternyata dia menolakku saat itu karena Romeo-lah yang dia suka," sinisnya, "dia hanya memanfaatkanku untuk membawanya kepada Romeo."

Javier kesal mengingat hal tersebut, dia kini mengambil pisau dan melempar pisau tersebut hingga menancap dengan sempurna di tembok ruang kerjanya. Tak lama kemudian, dia tertawa dengan sangat mengerikan layaknya orang yang sedang mengalami masalah mental.

"Persetan dengan rambut merahnya itu, aku sudah tak peduli. Aku akan mengambil hakku darinya. Terserah kau mau menyukai siapa, Valerie, tetapi yang pasti sekarang aku menginginkanmu."

"BERN!" teriaknya kencang.

Sang empunya nama yang sedang berdiri di depan pintu ruang kerja Javier itu seketika terkejut saat tuannya meneriaki namanya dengan begitu kencang. Sontak dia langsung bergegas masuk dan menghampiri sosok Javier yang sekarang tampak seperti seekor monster haus darah yang siap menerkam lawannya kapanpun.

Bagi Bern, saat ini Javier bernafas saja sudah mampu membuat orang ketakutan setengah mati dan siap pingsan di tempat. Belum lagi jika melihat iris hijaunya yang begitu mengerikan, mungkin dia bisa membunuh seseorang tanpa harus menyentuh kulit mangsanya dengan benda tajam.

Romeo, Take Me! [END]Where stories live. Discover now