D U A P U L U H E M P A T

33.2K 7.1K 681
                                    

Aku berdiri di depan meja rias saat ini. Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Javier kemarin. Dia berkata kalau dirinya akan mengajakku untuk pergi menyaksikan acara penobatan itu sebagai pasangannya, dan GILANYA AKU MALAH MENERIMA TAWARAN ITU!

Astaga saking inginnya aku datang ke acara itu sampai aku lupa siapa sosok yang mengajakku pergi. Untuk sekarang, yang dapat kulakukan hanyalah berdoa agar aku dapat sampai tujuan dengan selamat tanpa kekurangan satu organ tubuhku.

"Nona, tuan Javier sudah menunggu anda di ruang tamu," panggil seorang pelayan yang tiba-tiba masuk ke dalam ruanganku tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Hm, aku sudah terbiasa dengan hal ini, jadi biarkan saja.

"Ya, katakan padanya kalau aku akan segera menemuinya," ucapku sambil bangkit berdiri, dan menatap ke arah cermin yang menampilkan refleksi tubuhku yang berbalutkan sebuah gaun berwarna merah maroon, dan surai dengan warna serupa yang  kuurai begitu saja.

Ah, apa sebaiknya aku ikat saja ya? Karena mau bagaimana pun aku trauma dengan plot buruk yang disebabkan oleh rambut ini, jadi sebaiknya aku gulung saja rambutku ke atas, lalu mengikatnya dengan tali.

"Selesai!" ucapku lega.

Akhirnya setelah memeriksa penampilanku sekali lagi, aku pun mulai berjalan keluar dari kamarku dan turun untuk menemui Javier yang sudah menunggu di ruang tamu. Duh jantungku berdegup tak karuan, tapi bukan karena aku penasaran akan reaksinya saat melihatku, melainkan aku takut kalau ini akan menjadi hari terakhirku, hiks.

Tak lama setelah itu, akhirnya pintu besar ruang tamu terbuka dan aku dapat menyaksikan sosok Javier dengan balutan jasnya sedang menatap ke arahku. Dia terdiam sejenak sebelum akhirnya tersenyum tipis, dan berjalan menghampiriku.

"Kenapa kau menggulung rambutmu, hm?" ucapnya.

Javier, kalau kau menginginkan rambutku maka akan langsung kuberikan padamu kok, aku rela botak selama hidupku masih ada! Tenang saja!

"Ayo kita pergi," ucapnya sambil mengulurkan tangannya kepadaku. Sumpah demi apa tanganku gemetaran, ya kali aku menerima uluran tangannya dengan tangan gemetar seperti ini, aduh ini gimana dong jadinya.

"E-Eum ..." Aku melirik ke arah sebuah kotak merah yang menjadi hiasan ruang tamu ini, dengan cepat aku langsung berlari menghampirinya dan mengangkat kotak tersebut. "Maaf! Aku harus membawa kotak ini jadi aku tak dapat menerima uluran tanganmu!"

"Aku bisa menyuruh pela—."

"Tidak! Aku mau sekaligus melatih otot-otot lenganku! Jadi kita langsung pergi saja, oke?" ucapku. Tampak sekali Javier yang kebingungan dengan tingkah lakuku, meski begitu dia tetap menganggukkan kepalanya sambil tertawa canggung.

Ya untuk sekarang aku aman.

=====

Kami berdua menempuh perjalanan yang sangat panjang untuk bisa sampai di tempat kekaisaran, demi apa aku tak menyangka kalau ini akan menjadi perjalanan yang memakan waktu seharian hanya untuk sampai di sana.

Aku hanya diam di dalam kereta. Iya, hanya diam ...

"Valerie, apa kau tahu novel romansa yang berkisah soal kisah cinta seorang ibu angkat dengan anak angkatnya? Bukankah novel itu menyenangkan!"

... sayangnya dia tahu bagaimana cara membuatku untuk tidak bisa diam.

"Wuih! Kau pakai nanya segala, asal kau tahu hampir semua novel yang menarik di perpustakaan itu telah kubaca, dan tentu saja aku mengingat alur cerita mereka hohoho," sahutku bangga. Ah, emang dasar mulut suka ga ada remnya.

Dia mengangkat salah satu sudut bibirnya, kemudian mulai bertopang dagu sambil menatap lurus ke arahku. "Benarkah?" tanyanya yang langsung kubalas dengan anggukan kepala. "Kalau begitu ceritakan beberapa cerita yang menarik buatmu, aku ingin mendengarkannya."

Aduh, mampuslah, kalau sudah begini maka fiks di perjalanan ini aku akan menjadi sangat-sangat berisik. Aku tak akan bisa diam kalau sudah di suruh menceritakan kisah yang paling kusukai, dan berakhirlah bagaimana aku bercerita panjang lebar di depan si tokoh antagonis mengerikan ini.

Peduli amat jika ada kata-kata yang berkemungkinan menyinggungnya dalam ceritaku, yang penting aku sudah bercerita. Setelah selesai bercerita, raut wajahnya itu tetap sama seperti tadi, tatapan intensnya tak beralih barang sedikit pun dariku.

"Apa?" tanyaku.

"Kau cantik."

BUAGH! TOLONG MAMA, ANAKMU DI BAPERIN SAMA PENJAHAT!

Setelah selesai dengan kalimatnya, dia baru kembali duduk tegap setelah sekian lama bertopang dagu menatapku. Tapi tatapan intensnya kepadaku itu tak berhenti barang sedikit pun, kumohon jangan sampai dia terobsesi dengan wajahku setelah ini.

"Valerie, kau menarik sekali, hm."

Aku sontak mendongak untuk menatap Javier yang tiba-tiba berkata seperti itu kepadaku. Dia sedikit mencondongkan badannya ke arahku, dan tangannya itu menangkup pipiku sambil memasang senyum menawannya.

"Untung saja aku menjadikanmu sebagai tunanganku sebelum ada bangsawan lain yang menjadikanmu sebagai tunangan mereka," ucapnya sambil meraih tanganku. "Ingat ucapanku ini, mulai sekarang kau adalah milikku, tidak boleh ada orang lain yang memilikimu selain aku, dan kalau ada orang lain yang berani mendekatimu ..."

"... aku tak akan segan untuk membunuh mereka."

=====

HOKEY GAIS

Berdasarkan hasil dari postinganku tadi pagi, setelah aku lihat dan hitung-hitung, ternyata banyak yang minta double up cerita ini, karena ituu...

Aku turuti dong~

Sabar yaw, update-an keduanya bakalan aku up setelah ini, mungkin tiga puluh menit atau sejam-an lagi lah~

Oh iya, kemaren yang minta foto bapaknya Valerie bakalan aku kasih fotonya di update-an kedua.

Pencinta sugar daddy boleh bersiap-siap dulu hohohoho.

Terima kasih banyak buat kalian yang meluangkan waktu untuk membaca cerita ini, kalau ada salah kepenulisan mungkin boleh minta koreksinya, jangan lupa vote dan commentnya yaa...

Sampai jumpa!

Romeo, Take Me! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang