S A T U

60.1K 10K 585
                                    

Aku membuka mataku lebar-lebar, dan langsung bergegas lari menuju cermin di meja rias. Di depan kaca tersebut aku menampar pipiku berkali-kali sampai kulit pucat ini mulai memerah. Ganas? Iya memang aku ganas, saking ganasnya sampai aku bisa menelan satu ekor ayam bakar sekarang juga.

Nasib sial macam apa lagi ini ya Tuhan, kenapa Engkau memberikanku cobaan macam ini lagi. Entah sudah terhitung berapa hari aku melakukan hal yang serupa di setiap bangun tidur.

Aku selalu berlari kearah cermin untuk melihat apakah wujudku ini sudah kembali seperti semula atau belum. Lalu kenapa hasilnya selalu sama, ya memang makin cantik sih tapi ini bukan wajahku woy! Wajah ini berkat, tapi itu tidak berlaku padaku. Kenapa?

Karena aku sudah tahu kesialan macam apa yang akan menimpaku dengan wujud seperti ini!

Surai berwarna merah ini akan menjadi mala petaka bagiku karena warnanya yang langka, hanya ada dua orang di dunia asing ini yang memiliki warna rambut merah, yaitu aku, dan si tokoh utama.

Meski begitu ada yang berbeda dari rambut kami berdua. Apa itu? Milikku mendatangkan kesialan, dan milik pemeran utama itu malah membawa keberuntungan.

Ahahaha, hidup ini memang tidak adil kok.

Aku menatap tanganku dan mencoba menghitung hari-hari mengerikan yang sudah kulalui dengan tubuh baru ini. Seminggu? Tiga minggu? Ah tidak...

SATU BULAN LEBIH WOY!

Astaga! Tanganku mengacak kasar rambut merah ini, kira-kira di dunia ini ada cat rambut tidak ya? Kalau ada aku mau beli satu dong, terserah mau warna apa saja asalkan jangan merah. Mau di beri yang berwarna mejikuhibiniu pun aku rela!

Badanku tampak sangat mirip dengan anak-anak saat ini, berbeda sekali dengan diriku di dunia sebelumnya yang sudah berada di usia dua puluh lima tahun.

Berapa ya kira-kira usiaku di dunia novel ini... hm, kurasa sepuluh tahun? Atau sebelas? Ya intinya sekitaran angka segitu lah, aku pun bingung jika di suruh memastikan ukuran tubuh.

Tapi seharusnya jika aku masih berusia segini maka itu artinya cerita belum mulai kan? Masih ada waktu sembilan tahun lagi sebelum ceritanya di mulai, dan masih ada waktu lima tahun sebelum tokoh utama pria bertemu dengan tokoh utama wanita. Aku tak boleh menyinya-nyiakan kesempatan ini dengan berdiam diri dirumah. Aku harus mencari dia! Penyelamat yang mampu menjamin keselamatan hidupku!

"NONA!"

Ah bangsat, ini lagi.

Aku menoleh kearah belakang dan menatap horor kearah seorang pelayan yang sangat lancang terhadap seorang nona keluarga. Demi apa dia ngegas kepadaku nyaris setiap hari, ga takut nabrak pohon gitu kah?

Tapi wajar sih, ayahku tidak peduli padaku. Ibuku pun sibuk menghabiskannya harta keluarga, ya beginilah jadinya aku yang terlantar. Karena aku adalah gadis bermoral, maka aku tidak akan meneriaki balik para pelayan ini...

"Nona 'pelayan' yang pagi-pagi meneriaki 'majikannya' ini ada urusan apa ya?"

...tapi aku membalasnya dengan sangat-sangat HALUS.

Gimana? Sudah halus kan ucapanku barusan. Saking halusnya sampai pelayan tadi menatapku dengan sangat terkejut. Heran ya mereka sudah berapa kali kubalas seperti ini tapi tidak khilaf juga, belum lagi pelayan yang bertingkah seperti ini padaku tidak hanya satu melainkan nyaris semua.

"Ekhem." Dia berdeham pelan sambil merapikan pakaiannya dengan canggung. "Sa-Saya hanya di suruh tuan muda u-untuk memastikan ka-kalau nona sudah bangun."

Alasan tak berakhlak. Tuan muda keluarga ini, alias kakakku yang merupakan calon penerus keluarga, dia orang baik, dan dia satu-satunya orang yang tak pernah menggangguku.

"Pergi kau," ketusku.

Pelayan itu dengan canggungnya pergi dari hadapanku dan membiarkan pintu kamarku yang dibantingnya tadi terbuka begitu saja. Ukh aku benci sekali hal ini, kalau sudah menyangkut pintu maka jangan salahkan aku kalau...

"TUTUP PINTUNYA LAGI HOI!"

...ya aku tidak bisa memakai moral untuk mentolerir masalah ini.

Pelayan tadi sontak terkejut, dan langsung berlari kembali untuk menutup pintu kamarku. Nah gitu kan benar, masa jadi pelayan sudah di bayar kerjaannya malah marah-marah, habis itu nutup pintu aja kok susah amat.

Aku berdiri tegap, dan merenggangkan otot-otot tubuhku setelah tertidur pulas semalaman. Kepalaku terasa berat sekali karena terlalu banyak berpikir semalam, demi apa kurasa masa mudaku di dunia ini akan menjadi sangat buruk.

Langkah kakiku bergerak menuju meja kecil kemudian meraih buku yang sudah kutulis tangan selama satu minggu penuh sambil mencoba mengingat baik-baik alur cerita tanpa kekurangan satu adegan, dan informasi. Lagi pula kenapa diantara sekian banyak buku yang kutulis, aku harus masuk kedalam dunia novel pertamaku yang notabenenya kutulis saat usiaku masih delapan belas tahun, alias tujuh tahun sebelum kematianku sendiri.

Kuharap seluruh informasi yang kutulis dibuku ini sudah benar, karena di situasi seperti ini, kesalahan pada satu adegan atau informasi dari novel itu saja dapat membuat nyawaku menghilang dalam sekejap. Oleh sebab itu aku rela demam sampai tiga hari hanya untuk menguras habis-habisan ingatanku mengenai isi novel itu.

Dan sekarang, karena kondisi tubuhku sudah jauh lebih membaik dibandingkan yang sebelum-sebelumnya. Maka aku sudah siap! Aku siap mencari jalan keluar dari malapetaka ini!

"Misi bertahan hidup kita mulai sekarang!"

=====

CHAPTER DUAAAAAA LANJOT YANG KETIGA HABIS INI YAW~

Terima kasih banyak buat kalian yang meluangkan waktu untuk membaca cerita ini, kalau ada salah kepenulisan mungkin boleh minta koreksinya, jangan lupa vote dan commentnya yaa...

Sampai jumpa!

Romeo, Take Me! [END]Where stories live. Discover now