Segala harapku padamu telah hirap, pada persinggahan fajar
Pada relung sukmamu yang terdalam, aku hanyalah secercah ampas.
Untuk apa aku memikatmu, puan? Sia-sia adorasiku untuk mengikatmu. Pada akhirnya senyawaku dicabut: kalut.
Dan, namamu tak lagi kusemat pada sekuntum doaku tiap malam cendayam.
Mengapa? Sebab telah penat daksaku; lamat-lamat; hingga kumat hatiku hanya untuk mengejar kau yang nihil kugapai.
***
YOU ARE READING
Reminisensi
Poetry[RANDOM] Rank 1 in #poetry (3 Maret 2021) Rank 5 in #puisiindonesia (27 Januari 2021) Rank 12 in #kumpulanpuisi (29 Januari 2021) Rank 18 in #puisicinta (29 Januari 2021) Rank 18 in #sosial (29 Januari 2021) [KBBI] Reminisensi= 1 kenang-kenangan; 2...