Cry (고함)

589 76 2
                                    

01.00 A. M. KST.

Tiba-tiba saja telpon Suga berdering setelah baru beberapa jam yang lalu ia nyalakan lagi. Mine sedang tertidur di pelukannya sekarang, harus ia pindahkan dulu agar nyaman, dan segera mengangkat telpon itu dengan mata yang masih tertutup.

"Yoon Gi-ah, akhirnya kamu mengangkat telpon kita." Ucap Jin dari telpon. Juga terdengar suara member lain di sana yang menyapa karena di loudspeaker. Suga keluar ke balkon dekat taman, menikmati angin malam dan agar Mine tidak tergganggu.

"Bagaimana kabarmu dan Mine, Hyung?" V bertanya.

"Sudah lebih baik." Suga santai. "Kalian dimana?"

"Kami di kantor Bighit."

"Apakah Hyung benar dalam keadaan baik, ini pasti sulit untukmu?" Jimin masih khawatir.

"Aku harus baik-baik saja, agar Mine juga begitu." Suga.

"Apakah Mine bersamamu sekarang?" Jungkook.

"Tidak, dia sedang tidur di dalam. Dia melewati masa-masa yang lebih sulit daripada yang aku bayangkan. Sedih rasanya saat kehilangan Min Min,
dan saat Mine juga ingin mengakhiri hidupnya. Ia merasa, dirinyalah sebab kematian Min Min. Ia sangat terpuruk saat tahu Min Min telah tiada." Suga mencurahkan semua yang tidak dapat ia ungkapkan pada orang terdekatnya sebelumnya. Mata Suga sudah mulai berkaca-kaca. Member BTS lain hening mendengar dengan saksama.

"Hyung, sebenarnya kita tahu selain Mine terpuruk, kamu juga terpuruk. Sayangnya, kadang laki-laki tidak dapat mengungkapkannya bebas seperti perempuan." V memberi pengertian.

"Menangislah, Hyung, jika ingin menangis. Kami mendengarkanmu dari sini." J-Hope.
Suga sebenarnya sudah tidak tahan lagi menahan air matanya.

"Aniyo, gwenchana." Suga mengatakannya dengan berusaha keras agar sesenggukannya tidak terdengar. Ia sudah menangis dari tadi, bahkan sekarang ia sedang duduk di kursi balkon, karena kakinya sendiri tidak dapat menahan tubuhnya.

"Bohong! Kita dapat mendengarkan tangismu, Hyung. Tidak perlu malu, tidak perlu terlihat kuat dengan kita, kita tahu seberapa batas keluarga kita." RM meninggikan suaranya. Sebenarnya Member BTS sudah dapat mendengar suara tangis Suga meskipun ia terus berusaha tidak bersuara.

"Hyung, ingatlah kita ada untukmu. Jika kamu susah kita juga susah, jika kamu sedih kita juga sedih. Mari kita lalui ini bersama, ingatlah tidak hanya Hyung keluarga kita, Mine juga keluarga kita. Semua masalah pasti ada pemecahannya." V.

"Gamsahae, Yeorobun, mungkin untuk beberapa hari kedepan masih belum bisa menemui kalian atau Bang PD-nim. Maaf jika aku membuat kalian kesusahan." Suga memilih untuk mengakhiri telponnya.

Suga tidak tahu jika dari sedari tadi Jefri melihatnya menangis dari ambang pintu kaca itu, Jefri memang sering tidak bisa tidur. Apalagi ia butuh adaptasi di tempat baru.

Jefri memutuskan untuk menghampiri Suga. Di luar sangat dingin ternyata, tapi Suga seperti tidak merasakannya.

"Sedang apa, Yoon-gi?" Bahasa Indonesia itu mengagetkan Suga yang masih sibuk menenangkan diri. Suga tahu artinya, ia sudah belajar banyak bahasa Indonesia, meskipun belum menguasai sepenuhnya.

Suga tidak menjawab dan hanya senyum sedih yang ia tampakkan. Jefri tidak banyak bicara, ia menghampiri Suga untuk memeluk adik iparnya itu. Ia tahu, Suga juga butuh seseorang tempat ia menangis.

Suga dalam pelukan laki-laki setinggi Jin itu, ia tidak membalas pelukannya dan sibuk menutup matanya agar air matanya berhenti. Pelukan itu benar-benar hangat bahkan melebihi pelukan kakaknya sendiri. Suga masih sesenggukan, Jefri terus mengelus punggung berat Suga.

Mine~Suga | Fan-fiction [BTS X Muslimah]Where stories live. Discover now