Teror Sasaeng (사생 공포)

693 84 0
                                    

Setelah lelah melakukan konser dengan puluhan ribu Army di hadapannya tadi. Suga akan tidur malam ini, karena besok dini hari ia sudah harus ke kota lainnya di Amerika Serikat.

'Apakah Mine sudah bangun ya?' Suga menerka-nerka, ia ingin berbicara lagi dengan Mine. Ia menghubungi Mine seperti biasa video call.

Mine mengangkatnya dengan cepat, "Assalamu'alaikum." Mine mengenakan hijab dan blazernya siap kerja.

"Wa'alaikumussalam, bagaimana tidurmu?" Suga mengkhawatirkan istrinya.

"Alhamdulillah, nyenyak. Kemarin malam mimpi di taman pohon bunga sansuyu gitu, Yeobo. Bunga sansuyunya lebih indah dari biasa yang aku lihat, dan selama ini aku jarang mengingat mimpiku, tapi malam tadi berbeda rasanya." Mine bercerita sambil menyantap apel untuk sarapannya.

"Hm... Jangan pakai high heels. Hari ini mungkin ada staff Bighit yang kesana, mengantarkan kebutuhanmu." Suga menjelaskan.

"Aku bisa melakukannya sendiri, Yeobo. Tak perlu repot. Kamu fokus bekerja saja." Mine tidak suka jika Suga sudah seperti ini. "Aku akan bekerja, mereka datang jam berapa?"

'Ting... Tong...' belum sempat Suga menjawab suara bel apartemennya berbunyi.

"Apakah itu?" Mine bertanya pada Suga.

"Entahlah, coba lihat siapa orangnya dulu." Mine menuruti Suga, namun di layar kamera pintu tidak ada seseorang pun. "Tidak ada siapa-siapa." Guman Mine. Mine menuju pintu depannya.

"Jangan dimatikan telponnya." Perintah Suga waspada. Mine membuka pintunya.

Ia membuka pintu taka ada seseorang pun. Namun, di depan apartemennya terdapat satu kotak berwarna ungu yang diletakkan di lantai tepat ia membuka pintu. "Yeobo, kamu mengirim hadiah?" Mine bertanya sembari mengambil kotak itu ke dalam.

"Tidak, aku hanya memesan perlengkapan kehamilanmu." Suga heran.

"Ya sudah, aku buka ya, ini sedikit berat." Mine masih kekeh untuk membukanya. Suga masih memandang Mine.

"Akhhh!" Mine berteriak dan sontak melempar kotak dalam genggamannya. Suga yang mendengar itu terlihat panik.

"Ada apa, Yeobo? Apa ada yang aneh?" Mine memutar kameranya dan menunjukkan kotak itu dan menampakkan anak ayam yang di bunuh dengan pisau kecil tertancap di bagian dadanya. Mata anak ayam itu juga sudah hilang. Suga tidak bisa berkata-kata lagi.

"Yeobo, tenang ya. Aku akan menyuruh Eomma atau Afi datang ke sana." Suga menenangkan Mine yang terdengar menangis, ia sangat shock akan teror itu.

"Yeobo, apa yang harus aku lakukan? Hiks.." Mine masih bingung apa yang selanjutnya.

Suga sudah menghubungi ibunya yang bertepatan sedang mengunjungi temannya di Seoul. Ibu yang menerima telpon Suga segera datang.

***
Setelah beberapa menit, Suga masih belum memutuskan telponnya ia masih menenangkan Mine yang sekarang sedang di sofa hitam itu dan terus menatap kosong kotak ungu dengan darah yang berceceran kemana-mana, ia bahkan sudah telat untuk berangkat bekerja.

Suga yang seharusnya sudah tidur jadi tidak bisa tidur, ia sangat khawatir. Ia masih tidak habis pikir, bagaimana sasaeng fan tahu tempat tinggalnya. Ia tahu ini perbuatan sasaeng fan, ia juga pernah menerimanya sebelumnya di rumah lamanya.

"Mine." Mertua kesayangannya masuk dengan sandi pintu yang diberi Suga.

"Eommonim... Hiks... Hiks..." Mine memeluk mertuanya yang duduk di sampingnya. Suga masih dapat mendengar suara tangis Mine, karena kamera smartphone Mine tertutup saat ibunya memeluk istrinya.

"Sudah, tenanglah, gwenchana, gwenchana." Mertuanya menenangkan dengan mengelus lembut punggung Mine.

"Aku sangat takut, Eomonim. Hiks..." Suga khawatir saat mendengar Mine menangis seperti itu. Ia mengusap wajahnya kasar. Ia sudah tidak bisa membaringkan tubuh lagi.

"Sshhtt... Ada Eomonim di sini sekarang, tenanglah ya." Ibu Suga menghapus air mata Mine yang ada di pipinya itu.

"Yoon-gi, istirahatlah. Ada Eomma bersama Mine." Ibunya mengambil alih video call itu dan langsung mematikan sambungan telponnya. Sebenarnya ibu Suga tahu ia khawatir, tapi Suga pasti lelah, ia juga tidak ingin anaknya stress karena hal ini.

Hari ini, yang semula Mine akan bekerja terpaksa bolos karena teror itu. Bahkan Suga masih belum bisa menutup matanya. Kejadian itulah yang membuatnya diselimuti perasaan gundah terhadap Mine.

"Hyung, apakah kamu sudah tidur?" V mengetuk.

"Belum, masuklah." V masuk dan melihat wajah khawatir Suga.

"Ada yang Hyung pikirkan?" V duduk di samping Suga.

"Sasaeng fan waktu itu meneror Mine kali ini." Jawaban yang mengejutkan V.

"Apakah Mine baik-baik saja?" V mengkhawatirkan Mine.

"Sudah ada uri eomma di sana, tapi aku masih mengkhawatirkanya." Suga.

"Pasti ada CCTV di lorong apartemen atau elevator bukan. Cari saja pelakunya, Hyung. Tak mungkin kan kamu membiarkan Mine sendiri dalam bahaya. Apalagi ia sedang hamil." V berusul. Suga membenarkan, sebelumnya Suga tidak pernah peduli dengan sasaeng fan, tapi kali ini sudah bersangkutan dengan Mine dan calon bayinya. Ia tidak akan membiarkan itu.

***

Mine masih shock akan hal itu, ibu Suga telah menyimpan barang teror itu dan membuatkan Mine minuman.
"Ini minumlah, ada Eommonim sekarang. Eommonim akan melindungi Mine. Jangan dipikirkan lagi ya, mereka orang gila pengangguran." Ibu Suga sedikit mengumpat.

"Eomonim... Hari ini saja bolehkah aku meminta Eomonim menginap di sini?" Mine memohon.

"Tentu saja."

***

"Bagaimana keadaan Mine, Eomma?" Suga menelpon kembali Ibunya setelah beberapa jam ia terpaksa tertidur karena jadwal padat, sekarang saja ia sudah di pesawat jet. Di korea sudah kembali malam.

"Ia sudah tidur." Ibunya melirik Mine yang terpejam di sampingnya. "Barang-barang pesananmu untuk Mine sudah sampai tadi, ia juga menggunakan tes gula darahnya itu, kali ini sepertinya terlalu rendah. Eomma tadi juga bicara dengan dokternya, untuk sementara Mine harus meneruskan pompa insulinnya dan mengatur pola makannya lebih hati-hati lagi." Ibunya menjelaskan.

"Eomma, mianhae aku merepotkan." Suga meminta maaf.

"Hey, aku ini ibumu, ibu Mine juga, jadi tidak perlu sungkan."

"Gamsahae Eomma, Eomma juga sehat selalu ya." Suga mengakhiri.

***

Mine~Suga | Fan-fiction [BTS X Muslimah]Where stories live. Discover now