Ayat 2

481 111 13
                                    

بسم الله الر حمن الر حيم

Jangan lupa tekan bintang dan beri komentar :D

Btw, kalian tau cerita ini dari mana?


Lapangan SMA Triguna Utama gegap gempita oleh dua orang siswa yang tengah berkelahi, mejadi pusat perhatian di tengah kerumunan, para penonton saling bersorak guna mendukung jagoannya masing-masing.

Beberapa siswa bersorak, "AYO BEN, HAJAAAR!!!"

Ada juga yang bersorak lain, "TEMA JANGAN MAU KALAH!! SMACKDOWN!!! HABISIN BENUA!!!" dan masih banyak sorakan-sorakan lainnya.

Sementara itu, para siswi juga ada yang berteriak histeris, ada yang sengaja merekamnya menjadi video, tentu saja mem-viralkannya di sosial media demi mendapatkan banyak followers. Orang semacam ini, hanya akan menjadi sampah negara. Bukannya mem-viralkan sesuatu yang membanggakan sebagai anak negeri, malah mencari sensasi yang bahkan sangat tidak berarti.

Erza dan Bima yang baru datang berusaha memisahkan kedua orang yang sedang saling adu jotos itu. Bahkan Erza hampir terkena tonjokkan dari Ben, jika saja cowok itu tidak segera menghindar.

"Anjir!!! Gelo sia!!!" Erza, si ketua karate inkai di SMA Triguna Utama itu segera meringkus Ben dengan lihainya. Tidak sia-sia sabuk penghormatan sabuk hitamnya dia dapatkan.

Sedangkan Tema––lawan ben ditangani Bima yang cukup kewalahan. Leo, Toriq, Aladin dan Saki sudah pasang bahu, menyingkirkan massa.

"Heh!! Kalo ada guru gimana?! Apalagi kalo sampai Bu Atun lihat! Habis lo berdua! Untung aja guru-guru masih rapat!" omel Erza, masih menjegal Ben yang terus berontak, ingin kembali menyerang Tema.

"Lepasin gue, Za!! Gue mau hajar bajingan keparat yang sialnya hidup itu!" ujar Ben marah.

"Nggak!! Atau mau gue patahin tulang kaki lo?!" Ben mendengus mendengar ancaman Erza.

"Setan alas!!" Ben melepas paksa cekalan Erza, namun dengan cepat Saki dan Toriq mencekal cowok yang sedang naik pitam itu.

"Sadar, Ben! Berantem nggak akan memperbaiki keadaan!" ucap Saki memperingati.

"Bangs*t lo, Tema!" Ben menatap Tema dengan amarah yang membara. "Saki, lepasin gue!"

"Nggak sebelum lo tenang!"

Ben menghela napas, berusaha menahan kekesalannya. Tidak ingin jika dirinya malah menonjok Saki dan Toriq. Ben terlalu meledak-ledak jika sudah marah. "Gue nggak terima, ya, dia tiba-tiba nonjok gue! Maksudnya apaan coba? Cuma gara-gara gue menang tanding basket sama dia, terus dia boleh ngehajar gue, gitu?!" Ben protes, mengadu kepada Saki. Sementara Saki kewalahan menahan tubuh Ben yang terus saja berontak.

Tema yang sudah lepas dari Bima, maju ke hadapan Ben dengan sengit dan menantang. "Lo!" tunjuk Tema kepada Ben, "udah buat Brenda sakit hati dan nangis-nangis, bahkan dia hampir bunuh diri gara-gara lo! Kalo lo nggak suka sama dia, bilang! Nggak usah narik ulur!"

Ben berdecih, "Heh, masalah lo apa? Gue nggak pernah narik ulur perasaan tuh cewek, dia aja yang nempel-nempel sama gue. Asal lo tahu, kalo gue selalu jijik dideketin cewek!" perkataan Ben itu berhasil membungkam semua mulut yang ada di sana. Berhasil menciptakan persepsi-persepsi lain di pikiran orang-orang yang mendengarnya. Ben tidak menyadari apa yang baru saja dikatakannya karena saking kesal dengan Tema yang menuduhnya sembarangan.

Ben––lelaki itu tidak takut apa pun. Dia tidak takut berkelahi, dia tidak takut balap liar, dia tidak takut pulang pagi buta, dia tidak takut clubbing, dia tidak takut melanggar peraturan, dia tidak takut dimarahi guru, dia tidak takut menjadi pusat perhatian, dia tidak takut berlari di hutan sendirian dan dia tidak takut dengan tuhannya. Hanya ada dua hal yang dia takuti, ayahnya pergi meninggalkan Ben seperti yang bundanya lakukan dan dia takut jatuh cinta.

Cinta Sang Al KafirunМесто, где живут истории. Откройте их для себя