Ayat 16

17 8 4
                                    

Bismillah.

Jangan lupa follow dulu sebelum baca, vote dan komen juga ya hehe

Ig @windiisnn_ @windisworld_story
Twitter/X @windiisnaeni21
Tiktok @windiisnaeni21
KaryaKarsa @Windiisna
Fizzo @Windiisna



Ayat 16

Hari ini adalah hari yang begitu buruk bagi Aurora. Ketika berangkat sekolah, dia ketinggalan angkutan umum mengakibatkan dia harus berlari ke pangkalan ojek. Aurora terpaksa naik ojek. Baru setengah jalan, ban sepeda motornya kempes, ternyata bocor. Aurora akhirnya kembali mencari angkot, beruntung dia mendapatkannya dengan cepat. Ketika turun dari angkot dia tidak sengaja terdorong oleh ibu-ibu yang membawa rantang makanan dan rantang itu menubruk punggung Aurora membuat isi rantangnya berserakan. Baju dan kerudung Aurora kotor oleh noda makanan.

Sungguh drama dipagi hari yang menyebalkan. Seolah waktu belum puas mempermainkan Aurora, ketika sampai di sekolah, gerbang sudah ditutup. Auora mendesah lemas. Ada evaluasi Matematika hari ini, dan Aurora tidak mau jika harus melakukan evaluasi susulan.

Aurora mendekati gerbang, tetapi tidak ada orang di sekitaran gerbang. Aurora memutar otak. Dan tembok samping sekolah adalah pilihannya. Sesampainya di sana, Aurora memandang ngeri tembok setinggi dua meter di depannya.

“Gimana mau naiknya?” cicitnya, hampir berputus asa.

Aurora kembali berjalan memutari pagar sekolah hingga sampai di pagar belakang sekolah. Dia melihat ada bongkahan kayu yang menumpuk di dekat tembok. Alat yang biasa anak-anak tim kesiangan gunakan untuk memanjat tembok agar bisa masuk ke sekolah tanpa ketahuan guru piket.

“Ara?”

Aurora berjengkit kaget mendengar seseorang memanggilnya. Dan ketika berbalik dia mendapati Ben sedang menatapnya keheranan.

“Lo bolos?”

“Enggak.”

“Telat?”

“Kelihatannya?”

Aurora tidak lagi mempedulikan Ben. Gadis itu mulai menaiki tumpukan kayu untuk melewati tembok.

“Kok bisa telat?”

“Kepo.”

Ben berdecak. Aurora menjengkelkan. Pada dasarnya, apa yang kita berikan, itulah yang kita dapatkan. Seperti pepatah masyarakat kita mengatakan bahwa apa yang kita tanam, itulah yang kita tuai. Aurora mengatakan, kepo. Ben pernah membalasnya dilain waktu dengan perkataan yang sama. Dan sekarang, Ben kembali mendapatkan apa yang pernah ia tanam.

Dalam hidup memang segala sesuatu selalu ada timbal baliknya.

“Seragam lo kotor.”

Aurora tak menghiraukan Ben. Dia lebih memilih fokus memanjat tembok. Aurora akhirnya berhasil melewati tembok meskipun rok sekolahnya kotor karena terjatuh ke tanah. Ben menyusul. Lelaki itu melompat begitu saja dari atas tanpa rasa takut. Seolah-olah apa yang dia lakukan tadi hanya hal kecil, padahal bagi Aurora begitu menantang adrenalin.

“Lo tahu enggak, kenapa gue telat?” tanya Ben, masih gencar menciptakan topik pembicaraan dengan Aurora.

Aurora celingukan, bisa panjang urusannya jika ada guru yang melihatnya berkeliaran dijam belajar. “Aku enggak kepo kayak kamu,” balas gadis itu.

“Ketus banget si. Jadi cewek tuh enggak boleh jutek-jutek, nanti yang mau deketin pada kabur.”

“Enggak ada yang mau deketin dan enggak ada yang mau dideketin.”

Cinta Sang Al KafirunWhere stories live. Discover now