Ayat 11

22 9 3
                                    

Assalamu'alaikum.

Jangan lupa vote dan komen ya teman-teman 🥰

Follow juga ig @windiisnn_ @windisworld_story





Ayat 11

Mungkin logika manusia, apalagi laki-laki––terus menyangkal sesuatu yang telah lama mengusik ketenangan hati. Tapi jika hati sudah memutuskan untuk jatuh, maka dia jatuh meskipun tanpa disuruh.



“BEN!!”

Ben tersenyum kecut melihat seorang perempuan yang duduk di ranjang rumah sakit dengan senyumnya yang berseri. Ben berjalan menghampiri gadis itu tanpa kata. Seseorang yang tadi duduk di sofa, bangkit begitu Ben datang, menatap berang kepadanya.

“Lo ngapain di sini?!!” tanya Bintang tidak suka.

Dia Bintang, dan gadis yang memanggil nama Ben dengan begitu riangnya adalah Brenda. Ben datang kepada Brenda untuk melancarkan rencanya.

“Ben ke sini mau jenguk gue, lah!” kata Brenda bangga.

Bintang tambah murka melihat Ben dan Brenda bergantian.

“Lo apa-apaan, si?!!”

“Kenapa memangnya kalo gue jenguk cewek gue?”

Bintang menatap Ben terlongong, kaget dan skeptis. Dia mengalihkan tatapannya kepada Brenda seolah meminta penjelasan kepada gadis itu.

“Maksud lo?”

“Gue sama Ben pacaran. Jadi wajar dong, dia jenguk ceweknya yang lagi sakit?” kata Brenda santai, tersenyum ke arah Ben.

Bintang benar-benar murka, kedua tangannya mengepal keras, urat-uratnya terlihat. Bintang menatap Ben sangat menusuk. Tapi yang namanya Ben, ditatap seperti itu oleh Bintang, mana takut, malah senang membuat laki-laki itu marah.

“Tapi sejak kapan?!”

“Semalam.” Brenda mengatakannya dengan bahagia. 

Bintang mengumpat dalam hati. Laki-laki itu menarik Ben dengan begitu cepat menuju keluar ruangan rawat inap Brenda. Dia tak menggubris panggilan Brenda untuk tidak membawa Ben sembarangan dan tidak boleh melukai pacar barunya itu.

Di luar ruangan, Bintang menghempaskan Ben begitu saja dengan kasar. “Maksud lo apa, Sat?!!” desis laki-laki itu.

“Gue pacaran sama Brenda, ada yang salah?” tanyanya begitu santai.

“Jelas salah! Lo pacarin adek gue!”

Semalam, setelah ancaman Bintang terhadapnya dan teman-temannya, membuat Ben murka dan memikirkan segala cara untuk menggagalkan niatan Bintang yang menurutnya sangat busuk. Ben pikir, perbuatan buruk harus dibalas buruk juga, Ben tak peduli dengan peribahasa bahwa air tuba tidak boleh dibalas air tuba, tetapi air tuba dibalas air susu. Kalau maunya Ben air tuba dibalas air tuba, ya bodo amat, pikirnya.

Tadi malam, ketika Ben baru pulang, dia segera meminta Brenda untuk menjadi pacarnya. Dan seperti yang sekarang terlihat, mereka pacaran. Ben menjadikannya hanya sebagai ajang balas dendam, lebih tepatnya, mencegah perbuatan buruk Bintang untuk mencelakai orang-orang terdekatnya.

Bintang menghela napas kasar. “Putusin Brenda!”

Ben tertawa sinis.

“Enggak bakal gue putusin sebelum gue puas buat adik kesayangan lo itu tersiksa karena pacaran sama gue.”

Bintang menjambak rambutnya sendiri. Jika sudah menyangkut Brenda, Bintang akan menjadi sosok yang kian melemah. Bintang tidak bisa melihat Brenda menderita. Bintang hanya berdua dengan Brenda selama ini. Tidak ada yang peduli kepada mereka, bahkan daddynya.

Cinta Sang Al KafirunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang