18 : First Kiss

2.4K 140 10
                                    

Jam pelajaran pun selesai, para siswa dan siswi pun dibolehkan untuk pulang, dan tentu saja, Kanaya tidak akan bisa sebebas dulu, yang dulunya bisa keluyuran sepulang sekolah, namun tidak dengan sekarang, karna dia punya bayi besar yang harus diurus.

"Alfino, aku boleh ya main dulu sama Lala, please!!" izin Kanaya sambil menatap Alfino dengan mata yang amat berbinar.

"Ngga boleh! Kamu harus pulang, nanti kalo mama nanyain gimana? Udah lah jangan macem-macem, nanti aku beliin es krim," bujuk Alfino.

"Sialan, emangnya aku anak kecil apa, yang bisa disogok pakek es krim, dasar cowo kejam!" ucap Kanaya dramatis.

"Jangan banyak ceng-cong, nih pake Helm nya!" ucap Alfino sambil memberikan Helm Bogo berwarna Navi kepada Kanaya.

"Isshhh... Kenapa pakeknya susah banget sih!" omel Kanaya frustasi, Alfino menatap Kanaya jengah, pasalnya gadis itu selalu mengomel sedari tadi.

Tanpa banyak basa-basi Alfino pun langsung membenahi Helm yang sejak dari tadi menyangkut di kepala Kanaya.

Kanaya pun sontak menatap Alfino, sangat tampan sekali, wajah seriusnya, mata hitamnya membuat pandangan Kanaya terkunci, bibir seksinya membuat Kanaya candu, hidung mancungnya membuat Kanaya gemas, alis tebalnya membuat Alfino tampak tegas, bulu mata panjang dan lentik miliknya membuat Kanaya terpesona, akhh... Semua itu Kanaya sukai.

Kanaya pun tak henti-hsntinya menatap kagum Alfino, hingga tak sadar, Alfino pun telah selesai membenahi Helm nya.

"Yuhu..!! Kenapa ngelamun kayak gitu? Ngagumin kegantengan suami kamu ini ya?" goda Alfino, yang sontak membuat Kanaya membungkam mulutnya (Alfino).

~🍻~

Setelah pertengkaran kecil tadi, akhirnya mereka berdua pun pulang, tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut mereka berdua, lebih tepatnya mulut Kanaya, mungkin gadis itu masih marah.

"Nay, kamu kenapa sih? Dari tadi diem aja, kemaren-kemaren kamu bilang, kalo kamu itu ngga suka dicuekin sama aku, eh sekarang malah gantian kamu yang cuekin aku, gimana sih, jangan ngambek lah!" ucap Alfino mencoba untuk membujuk dan merayu Kanaya.

Dia berharap, Kanaya akan luluh hatinya, dan mau memaafkannya, namun semua itu tetap saja sia-sia.

"Aku ngga apa-apa," jawab Kanaya ketus. "Kalo nggak apa-apa, kenapa jawabnya ketus kayak gitu, jangan marah lah Nay, mau aku beliin coklat nggak?" bujuk Alfino kembali.

"Nggak!!"

"Kalo lima gimana?"

"Tetep nggak!!"

"Es krim aja deh, gimana?"

"Nggak Al, aku ngga mau!"

"Lima coklat, ditambah sepuluh es krim?"

Senyum Kanaya pun perlahan mengembang, dia pun membalik badan, untuk menghadap ke Alfino, dan dia menjawab....

"Nggak! Nggak! Nggak! Anda fikir saya ini anak kecil yant bisa disogok?" ujarnya ketus.

Tanpa tunggu lama Alfino pun langsung mengecup singkat bibir Kanaya, dan sontak mata Kanaya pun melotot seketika, mewakili hatinya yang sangat berdegug dengan kencang.

"Alfino, kenapa nggak ngomong sama Kanayabkalo mau cium." ujar Kanaya yang masih terkejut, ia melototkan matanya dengan tangan yang setia memegangi bibir.

Dear Alfino (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang