34 : Sella Hamil?

3.5K 145 14
                                    

Sudah dua minggu Kanaya mendiami Alfino, hubungan mereka terlihat biasa-biasa saja, belum ada kemajuan atau kemunduran sama sekali, Kanaya menahan diri sekuat tenaga untuk tidak melabrak Alfino, dia ingin Alfino memberitahu kebenarannya langsung.

Mereka memang tinggal seatap, sekamar, namun tanpa cinta. Setiap malam Kanaya hanya bisa duduk termenung di kamar mandi sambil menatap kaca dan menangis.

Dan selama ini pula, Alfino menjadi dekat dengan Sella, apakah Sella sudah berhasil membuat hubungan Kanaya dan Alfino berantakan? Oh, tidak! Jangan berkata seperti itu! Sangat menyakitkan untuk Kanaya.

Kini mereka berdua berangkat ke sekolah, hari ini ulangan, ulangan kelulusan. Kanaya dan Alfino pun sudah mempersiapkan dengan matang.

"Gue masuk dulu," ujar Kanaya yang dibalas deheman dari Alfino. Bisa-bisanya Alfino bersikap seperti itu, apa dia tidak menyadari akan sakit yang Kanaya rasakan?

*****

"Hm, udah dua minggu hubungan Kanaya dan Alfino renggang, kayaknya udah waktunya buat gue ngejalanin rencana selanjutnya," gumam Sella sambil tersenyum. Kalian pasti bertanya, 'apakah Sella tidak sekolah?'. Fyi, dia sudah lulus.

Drtt.. Drtt.. Drtt

"Alfino, kamu bisa kesini nggak?

"Gue lagi disekolah Sell, kita tadi malem udah jalan-jalan loh, lo nggak capek apa, gue aja capek kok," balas Alfini jengah.

"Aku hamil, hamil anak kamu,"

Alfino terkejut bukan main, bagaimana bisa Sella hamil secepat ini? Padahal mereka berhubungan baru saja 2 minggu.

Alfino segera mematikan televon, dia berputar balik menuju ke apartemen Sella. Fikirannya kalang kabut, apakah dia harus menikahi Sella, dan memadu Kanaya?

10 menit berlalu, kini Alfino sudah duduk manis diSofa milik Sella, mereka berdua saling terdiam, tidak ada sepatah kata yang keluar dari mulit keduanya.

"Nih suratnya," ujar Sella sambil memberikan sepucuk surat dari dokter. Yaps, surat itu bukan surat asli, itu hanyalah tipuan mata saja.

"Lo yakin ini punya lo?" tanya Alfino dingin. Sella hanya menganggukkan kepalanya saja, dia sangat tidak sabar untuk memiliki Alfino seutuhnya.

"Fin, aku mohon Fin, nikahin aku, aku nggak mau anak kita lahir tanpa adanya seorang papa, aku mohon Fin," isak Sella. Dia memeluk kaki Alfino sambil mengeluarkan air mata buayanya, memalukan!

"Gue bakal nikahin lo,"

"Kanaya gimana, kamu bakal ceraiin dia kan?" tanya Sella sepontan, yang berhasil membuat dahi Alfino berkerut, bagaimana bisa Sella mengetahui semua perihal tentang dirinya dan Kanaya. Itu lah yang difikirkan Alfino.

"Tante yang bilang," terang Sella berbohong, dia sangat takut melihat tatapan tajam dari mata elang milik Alfino.

Setelah selesai membicarakan tentang rencana pernikahan, Alfino pun pamit untuk pulang. Mau tak mau dia harus mengatakan kenyataan pahit ini kepada mama, papa, dan tentu saja Kanaya.

"Bajingan lo Al! Lo udah khianatin Kanaya! Lo harusnya mati ditanagn Kanaya! Mungkin kalau hari itu Kanaya nggak sayang sama lo, pasti dia udah bunuh lo!" teriak Alfino sambil memukul keras setir mobil.

Apakah pantas seorang pengkhianat bicara seperti itu? Pantas-pantas saja. Alfino, dia tidak mencintai Sella, dia hanyalah menjalankan takdir yang sudah aku buat.

"Maafin gue Kanaya," lirih Alfino, dia bergegas pulang kerumah dan menelfon Alvin dan Diana agar mereka pulang kerumah secepatnya.

Alfino memasuki gerbang, ternyata sudah terparkir mobil mama dan papanya, dia menarik nafasnya panjang, dan setelah itu dia melangkahkan kaki untuk masuk.

Dear Alfino (END) Donde viven las historias. Descúbrelo ahora