46 : Bulan Madu?

3K 119 7
                                    

2 tahun kemudian...

Matahari masih terbit dari ufuk timur, sinarnya mengenai tepat dikaca kamar Kanaya dan Alfino. Kanaya mengerjapkan matanya sebentar, setelah itu ia bangkit dari ranjang dan menuju kamar mandi untuk cuci muka dan menggosok gigi.

Dilain sisi, Alfino malah masih terlelap dengan posisi memeluk guling, awalnya dia memeluk Kanaya, namun Kanaya mengganti menjadi guling, agar dia bisa bebas bergerak saat tidur.

Sepuluh menit berlalu, Kanaya kini tengah menatap wajah Alfino, ia menjadi malu sekarang, setiap kali memandangi wajah pria itu, pasti pipi Kanaya akan bersemu.

"Suami gue ganteng banget sih!? Huaaa.. Jadi malu," oceh Kanaya. Ia membalikkan badannya dan menutup wajahnya erat-erat.

Alfino sejak tadi menyadari semua tingkah konyol Kanaya, ia tertawa geli selang Kanaya membalikkan badannya tadi. Tangan Alfino melayang, hendak memeluk pinggang Kanaya. Dan tentu hal itu membuat tubuh Kanaya membeku.

"Makasih udah dipuji, kamu juga cantik, bidadari aja sampai insecure."

Duar...

Pipi Kanaya benar-benar panas sekarang, diperutnya serasa ada banyak kupu-kupu yang berterbangan, rasanya sangat manis sekali jika Alfino berkata seperti itu.

"Kiss Morningnya mana?" bisik Alfino tepat ditelinga Kanaya. Kanaya membalikkan badannya, ia memajukan wajahnya kewajah Alfino, dan terjadilah adegan mereka.

"Yah Nay, buwungnya bangun."

"Hah."

🍨🍦🍨

Kanaya dan Alfino turun kelantai bawah dengan tergesa-gesa. Mereka tersenyum manis kepada Diana dan Alvin yang sedang menunggu mereka sedari tadi.

"Pagi-pagi udah keramas aja nih." goda Alvin untuk Kanaya, pria baruh baya itu menyenggol lengan Diana.

"Mau nambah?" tanya Diana ambigu.

"Nambah? Oh iya dong, nasinya nambah kan Alfino?" sahut Kanaya sambil menatap Alfino nyalang, tatapan agak melotot dari Kanaya itu sudah cukup membuat Alfini mengerti.

Alfino manggut-manggut membuat Kanaya menghembuskan nafasnya lega, untung kali ini Alfino mau diajak kompromi bersamanya.

"Gimana sama rencana kuliah kamu ke London Al?" tanya Alvin yang membuat Kanaya melotot tidak percaya. Apa-apaan ini? Mengapa Alfino tidak bilang kalau dia punya rencana untuk kuliah di London, pikir Kanaya.

"Mm.. Maksudnya kuliah di London itu apa ya?" tanya Kanaya.

"Tenang sayang, aku kesana ngajak kamu sama sikembar kok, jangan kaget gitu ih." Alfino menjelaskan sembari mengusap kepala Kanaya, dan Kanaya hanya bisa mengerucutkan bibirnya akan hal tersebut, bagaimanapun juga dia sangat tidak menyukai luar negeri.

🍨🍦🍨

"Wendy, kamu beneran mau kuliah di Jerman? Terus aku nanti gimana? Kamu jahat!" rengek Lala merajuk manja, gadis itu menghentak-hentakkan kakinya kesal.

"Ini semua demi masa depan aku La, masa depan kita juga nanti, katanys kamu pengen aku nikahin? Maka, aku harus sukses dulu." Wendy menepuk-nepuk kepala Lala, gadis pendeknya tersebut sangatlah lucu jika sedang marah.

Lala masih bersedekap dada, tidak ada niatan untuk menanggapi ucapan Wendy, dia mengalihkan pandangan. Dari pada harus menatap wajah Wendy mendingan dia menatap air mancur disampingnya.

Dear Alfino (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang