9 : Nginap Di Hotel

2.3K 200 12
                                    

Alfino yang mendengar peringatan Kanaya pun tersenyum kecil, ternyata gadis yang ada dihadapannya sekarang juga sangat perhatian dengan nya, walau pun mereka menikah tanpa cinta, apa salah nya untuk saling menyayangi.

"Al, kok malah senyum-senyum sih?" rengek Kanaya sambil mengguncang-guncangkan lengan Alfino.

"Hah? Nggak kok, siapa yang senyum-senyum, gw cuma heran aja, kita baru aja nikah, tapi elo dah possesif sama gue." ucapnya sambil terkekeh.

Kanaya yang mendengar ucapan Alfino pun menjadi salah tingkah, bisa-bisanya tadi dia bilang seperti itu, mau di taruh mana mukanya sekarang.

"Mm... kan gue cuma bilangin doang, ngga usah GR deh." Elak Kanaya. Dan dibalas dengan kekehan dari Alfino, sungguh manis sekali mereka berdua.

"Al, yuk pulang, jangan makan terus ah, lihat deh pipi gue jadi tembem," ajak Kanaya, padahal dia hanya memberi alasan saja, dia ingin cepet-cepet pulang karna suasana di restoran itu sangat canngung, benar-benar sangat canggung.

"Kenapa buru-buru sih Nay, baru jam sembilan," ucap Alfino enteng, sambil memperhati kan wajah Kanaya dengan detail.

"Apa? Jam 9, gila ya lo? Besok kita sekolah Al, belum nanti macet, lo lupa apa sekarang jalanan suka macet, ayok lah, jangan banyak bekicot, pasti mama sama papa khawatir," gerutu Kanaya seraya menarik tangan Alfino untuk keluar dari tempat itu.

Mereka pun pulang, namun benar yang di bilang oleh Kanaya, jalanan bisa dibilang sangat macet, entah sial, atau mengapa, kemacetan yang terjadi di malam itu sangat parah, apa lagi terdengar suara saling tabrak dari depan, mungkin ada orang kecelakaan.

"Yah, elo sih Al, di bilangin juga, pasti macet nya lama, gimana dong, besok kan kita harus sekolah." Terdengar helaan nafas panjang dari Kanaya, gadis itu mulai pasrah dengan apa yang terjadi.

Satu jam telah berlalu, kemacetan tak kunjung usai, malah tambah parah saja, bingung, cemas, capek, ngantuk, itu lah yang di rasakan oleh kanaya dan Alfino.

"Kita nginep ke hotel aja ya?" ajak Alfino dan di jawab sorotan tajam oleh Kanaya. "Al? Jangan ngadi-ngadi deh lo, demi apa kita sampai nginep di hotel, bisa-bisa besok mama sama papa bakal godain kita terus," omel Kanaya panjang.

"Ya gimana lagi Nay, nggak ada pilihan lain, emang lo mau tidur di mobil, mending kita nginep di hotel terdekat, sedangkan mobil biar di urus sama sopir gue, dah lah yuk keluar," ajak Alfino, dan dibalas sorotan mata malas dari Kanaya.

Mereka pun menyusuri jalan, setelah berjalan kurang lebih 10 meter, mereka pun sampai di depan hotel, hotel yang lumayan mewah, dengan nuansa berwarna putih campur Navi. Tak tunggu lama, mereka berdua pun memasuki ke hotel tersebut.

"Maaf, boleh pinjam KTP nya pak?" pinta Resepsionis. Kanaya yang mendengar Resepsionis yang memanggil Alfino dengan sebutan Pak pun langsung tertawa kecil, sungguh lucu sekali di dengar oleh telinga.

"Oh maaf mas Alfino, saya tidak tau kalo ternyata mas adalah anak Pak Alvin, silahkan masuk, kamarnya di nomor 543 ya," lanjut resepsionis sambil menundukkan kepalanya, dia merasa bersalah.

Setelah mendengar ucapan sang Resepsionis, mereka berdua pun langsung masuk ke dalam hotel, mereka menaiki lift, ini adalah detik-detik paling menegangkan untuk Kanaya, pasalnya dia jarang naik lift, karena satu alasan. Takut.

"Al, gue takut," bisik Kanaya, Alfino yang mendengar bisikan Kanaya yang ketakutan, spontan langsung menggandeng tangan Kanaya.
Menit pertama tidak terjadi apa-apa, namun menit kedua.....

"Dretttkk... Dreetttkk"

Yap, lift nya macet, dan itu membuat Kanaya panik dan sangat ketakutan.

Dear Alfino (END) Where stories live. Discover now