65 | Menghilang

7.1K 262 2
                                    

JANGAN LUPA VOTE
DAN KOMEN
.
.
.

Rumah mawar diketuk kasar oleh seseorang membuat mawar kesal dan terpaksa turun untuk melihat siapa yang datang bertamu.

"Ck sabar --" mawar yang berniat ingin memarahi tamunya tak jadi dan malah dirinya yang kicep, ada apa gerangan dokter levin alias suami dari sahabatnya itu datang dengan muka garang.

"D-dokter levin ada apa?"

"Siapa sih yang dat--eng huh dokter levin" bella mendekati mawar dan berbisik, mawar menjawab dengan gelengan kepala.

"Kasih saya alamat rumah vika"

"Buat ap-- tunggu vika apain alya lagi dok!" bella menatap khawatir pada levin.

"Saya gak ada waktu buat jelasin semuanya. Alya dalam bahaya cepat kasih saya alamat rumahnya"

Dengan gesit mawar menyebutkan alamat vika yang sudah ia hapal diluar kepala.

Setelah mengucapkan kata terimakasih levin bergegas pergi kealamat yang diberi mawar.

Mawar melepas masker wajahnya dan menepuk lengan bella "Kita harus kerumah vika, sekarang bel!"

Bella mengangguk dan mengikuti mawar yang memasuki mobil, bahkan baju saja masih mengenakan piyama.

Levin sudah sampai dirumah vika. Dengan sedikit berlari levin menemui satpam dan memberitahu jika dirinya ingin bertemu vika.

"Pak udin biarin kita masuk" bella dan mawar yang memang sudah pak udin kenal langsung membuka gerbang rumah.

"Silahkan masuk"

Mereka bertiga berlari dan menekan bel rumah berkali kali sampai pembantu membukainya.

"Bibi vika ada dirumah gak? kita mau ketemu sama dia"

"Duh maap non bella, non vikanya gak ada dirumah. Tuan dan nyonya juga lagi nyariin dan belum ketemu"

Sial! Levin makin panik. Jika vika tidak ia temui lalu bagaimana levin menemukan rumah ervan.

"Arghh" levin kembali masuk mobilnya dan menjalaninya cepat.

Bella dan mawar saling melirik dan mengikuti mobil levin. Mungkin mereka bisa membantu.

Byur

Alya terbangun karena guyuran air yang membasahi seluruh wajah dan tubuhnya.

"Bangun juga lo"

"Vika?"

"Iya ini gue"

Alya memberontak setelah sadar jika dirinya diikat disebuah kursi yang sudah usang "Vika maksud lo apaan ngikat gue gini! lepasin gak"

"Udah belum, gue udah gak sabar nih nyicipin dia"

"Ervan tolongin gue"

Mendengar alya yang meminta tolong pada ervan lantas membuat vika tertawa "Percuma lo minta tolong sama ervan, justru ervan bantuin gue dalam rencana penculikan ini"

"Brengsek lo ervan, gue gak nyangka ternyata lo jahat gini. Salah gue apa sama lo kenapa lo bantuin vika"

Vika menarik rambut alya sampai kepala alya mendongak keatas "Dia bantuin gue gak gratis. Lo yang bakal jadi bayarannya"

"Vik lo tega banget sih sama gue! lepasin gue" alya menangis, hatinya sungguh sakit temannya yang ia kenal sangat baik ternyata menyimpan dendam padanya.

"Van gue kasih dia sama lo. Nikmati bayarannya" vika tersenyum penuh kemenangan lalu beranjak pergi.

"Vikaa!! "

Alya merasa ketakutan ditinggal berdua sama ervan. Apalagi tatapan cowok itu tersirat aneh.

"Alya ingat baik baik dalam otak lo ini" ervan menunjuk nunjuk kepala alya "Hari ini lo bakal ngerasain surga dunia bareng gue"

"Jauhi tangan sialan lo dari gue!"

"Wow lo masih berani ngelawan, gue suka cewek kasar"

Ervan mengelus pipi mulus alya dan menjalar kearah bibirnya, namun tak disangka sangka alya mengigit jarinya.

Plak

"Cewek sialan" kesabaran ervan habis ketika jarinya digigit oleh alya.

Tangannya menjambak rambut alya kuat, menatap penuh amarah "Lo jangan sok jual mahal deh al, gue tau tampang lo ini cewek bad dan gak mungkin lo masih perawan jadi biarin gue ngerasain lo juga"

"Lepasin gue brengsek!"

Ervan menarik baju alya sampai seluruh kancingnya terlepas sehingga baju dalaman alya terlihat.

"Seksi" gumam ervan terperangah menatap kemolekan tubuh alya.

Alya menangis tergugu, hatinya terus memanggil nama levin. Sangat berharap levin akan menolongnya meski kemungkinannya kecil.

"Mas levin" alya mulai menutup matanya ketika tangan nakal ervan mulai membelai tubuhnya.

MY POSSESSIVE DOCTOR [selesai] ✅Where stories live. Discover now