35 | Surat Panggilan

9.9K 377 1
                                    

JANGAN LUPA VOTE
DAN KOMEN
.
.
.

"Mau kemana?" levin menatap alya intens dari atas sampai bawah, seakan sedang menilai.

A

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

A

lya menatap sekilas kearah levin. Perasaan kesalnya masih ada, bisa bisanya levin malah membela karin daripada dirinya.

Levin mengigit bibir bawahnya, ketika alya melewatinya begitu saja bahkan tanpa sepatah kata pun.

Levin tidak tinggal diam. Sebelum tangan alya memegang gagang pintu levin sudah lebih dulu menarik pergelangan tangan alya dan memeluknya erat "Kamu marah?"

"Ishh lepasin!" alya berteriak sambil memukul mukul dada levin.

"Saya tidak akan melepaskan mu sebelum kamu mengatakan tujuan kamu mau kemana?! "

"Lepasin gue sialan! ngapain sih masih ngurusin gue, urus aja sana selingkuhan lo itu!"

Levin menutup matanya meredam amarahnya. Jika dia tidak bisa mengontrolnya, maka pertengkaran akan terjadi "Saya sama karin tidak ada hubungan apapun. Dan berhenti berkata kasar, saya tidak suka alya riani! "

"Gak ada hubungan apapun" alya tertawa sinis "Lo pikir gue bodoh dan bisa lo kibulin. Eh om asal lo tau aja gue tau semuanya, dia masa lalu lo!"

Melihat levin yang terdiam. Alya tersenyum kecut, tangannya mendorong levin "Lo diem kan? karena semua yang gue omongan bener"

"Apa brian yang memberitahumu?" suara levin sudah terdengar dingin ditelinga alya.

Alya menggeleng "Eum bukan. Gue tau sendiri" setelah itu alya keluar dan menutup pintu dengan keras.

Levin yang tersadar alya sudah keluar, segera mengejarnya "Alya saya tidak mengizinkanmu keluar!"

Tapi alya tidak menghiraukan teriakan levin "Van bawa gue pergi"

Revan mengangguk. Tidak berani bertanya melihat alya yang tampak kesal "Pegangan"

Levin berteriak marah. Ia kalah cepat, alya sudah pergi entah bersama siapa "Gue cuma cinta sama lo alya arghh sialan! "

Motor revan berhenti didepan kedai es krim. Revan tau alya sangat menyukai es krim, mungkin mood gadis itu membaik setelah memakan yang manis manis.

"Mau cerita?" revan menyodorkan satu cup es krim kearah alya.

Alya menerimanya dengan senang "Makasih revan. Kamu emang terbaik" alya mulai memakan es krimnya "Gue sebenarnya lagi kesal"

"Kesal sama cowo tadi" tebak revan tepat sasaran.

"Lo emang cenayang deh kayanya van. Tau mulu!" revan tertawa mendengarnya "Lo bener gue kesal sama cowo tadi. Jujur dia suami gue"

Melihat revan yang tampak syok. Alya mulai menjelaskannya perlahan dari awal perjodohan dan permasalahan yang tengah dia hadapi sekarang.

"Jadi gitu van. Gue kesel banget om levin malah belain karin"

Perasaan kesal, cemburu menjalar didada revan. Ia tidak tau harus berbuat apa, rasanya revan belum memulai tapi semuanya sudah berakhir.

"Menurut gue suami lo salah. Dia masih belain mantannya daripada lo istri sah-nya sendiri"

"Gue takut om levin cerain gue karena karin"

Revan memeluk alya dan menepuk pelan punggungnya "Lo gak perlu takut. Ada gue yang bakal maju paling depan sampai dia cerain lo"

Alya mendapatkan tatapan tajam ketika memasuki rumah.

"Darimana saja kamu, sore hari baru pulang. Keluyuran tidak jelas, apa cowo tadi pacar kamu!"

Mendengar tuduhan dari levin. Alya makin kesal "Dia sahabat gue! stop nuduh gue yang enggak enggak. Disini yang salah lo bukan gue levino andreyan!"

•••
Alya dipanggil keruang bk entah apa lagi keusilan yang dilakukan gadis itu.

Alya duduk tidak tenang. Karena didalam sudah ada bu tuti menatapnya super tajam.

"Gawat! kek nya gue ketauan" batin alya menjerit, jangan sampai kedua orang tuanya dipanggil kesekolah.

"Eum bu ada salah apa ya saya dipanggil kesini?"

Bu mega masih nampak santai. Tidak seperti bu tuti yang sudah seperti kebakaran jenggot "Apa kamu tidak merasa bersalah alya?"

Alya menggaruk kepalanya. Bingung juga, kesalahan bagian mana yang tengah dia hadapi ini. Salah sedikit berucap maka alya bisa mati.

"Alya kamu sudah keterlaluan. Kenapa kamu mencoret mobil bu tuti pakai spidol"

Damn. Alya ketauan, mati sajalah dirinya "Eum ibu salah kali. Saya gak ada tuh coret coret mobil bu tuti"

Brak. Bu tuti menggebrak meja "Kamu pikir saya asal tuduh hah! jelas jelas dikamera cctv terlihat jelas kamu yang mencoret mobil saya!"

"Bu tuti harap tenang" peringat bu mega.

"Maaf bu saya emosi"

Kini bu mega menatap alya "Alya kamu sama sekali tidak merasa bersalah. Bukannya minta maaf pada bu tuti kamu malah mencari alasan dengan tidak mengaku" sebuah surat diberikan bu mega pada alya "Beri surat ini pada orang tua mu"

Alya panik. Dia tidak ingin mendapat amukan dari kedua orang tuanya. "Bu mega kasih alya hukuman aja jangan surat"

Bu mega menggeleng "Ini sudah keputusan dari pihak sekolah"

"Sialan" umpat alya dan merampas surat itu dari atas meja.

MY POSSESSIVE DOCTOR [selesai] ✅Where stories live. Discover now