1. Cupu

50 5 2
                                    

Kau bilang, kau menyukai hujan, lalu kenapa kau takut di guyur hujan?

╌╌╌╌╌╌╌╌╌╼⃘۪▩⃟꣄ꪾ❁⃟݄ࣾ݃⊣╾╌╌╌╌╌╌╌╌╌

Dibalik kaca mata itu bola kelereng coklat Lilo mulai berair, di tatapnya sosok yang sangat dia puja dari pertama kejadian itu.

"Kau bersungguh-sungguh?"

Pria itu melirik nya merendahkan, "Lo itu cupu, penampilan lo beda banget sama cewe lainnya, kuno! Gue sebagai most wanted disekolah ini malu pacaran sama lo! Selain itu, lo juga gak gua butuhin lagi si.

Lilo terdiam, menunduk menahan isak tangis yang sudah dia tahan sedari tadi, semua menatapnya disini, harga dirinya benar-benar jatuh menjadi bahan tontonan satu sekolahan.

Pria itu pergi begitu saja, meninggalkan luka sekaligus malu, jadi semua ini? Semua yang mereka lewati bersama ini? Sudahlah.

"Gak nyadar diri banget ya dia, cupu pacaran nya sama idola!"

"Gua sih malu banget pasti nya."

"Kalo gua jadi dia, waktu di tembak itu mungkin gua mikir sekaligus bercermin dulu."

"Bawahan kok mimpi sama atasan!"

"Polos-polos bangsat gitu ya!"

Banyak sekali cacian yang Lilo dengar, bukankah dia disini sebagai korban? Lalu, mengapa meraka memperlakukannya sebagai pelaku.

Lilo meremas ujung rok yang ia guna kan, menyalurkan rasa sakit, sakit sekali.

Kerumunan mulai berangsur pergi, meninggalkan Lilo di tengah lapangan bersama Aura dan para anteknya.

Aura tertawa merendahkan sembari bertepuk tangan, "Enak gak? Sumpah pertunjukan tadi keren banget!"

Lilo memberanikan diri untuk menatap Aura, tatapan menikam di balik kacamata nya.

"Makanya, jangan sok belagu, nyadar diri aja kalo lo cupu, kampungan, lugu-lugu menghanyutkan! Liat diri lo!" Aura tersenyum sinis, "Pantes gak?" sambungnya.

Lilo tidak mempunyai keberanian untuk membalas cacian Aura, hati nya tengah bergejolak, menahan sakit yang baru saja dia dapatkan.

"Yuk gaes cabut!"

"Bye cupu!" ucap Aura, Sandi dan Arin bersamaan.

Lilo berusaha untuk berhenti menangis, dia pergi ketaman belakang untuk menghindari semua orang, sendiri lebih baik.

"Lo gak perlu nangisin dia, inget lo bukan salah satu dari apa yang dia ucapin!"

Suara bariton itu membuat Lilo menoleh 180° kearah taman bunga mawar.

"Terima kasih!"

Lilo tidak tau harus menjawab apa, tidak baik banyak bicara dengan orang yang tidak dikenal.

Ting tong, jam istirahat sudah berakhir kepada seluruh siswa diharapkan kembali ke kelas masing-masing, ting tong.

Lilo menepuk pipi nya pelan, dia bangkit lalu berujar lemah, "Terima kasih, aku duluan."

Kelas Lilo XI IPS 1 sangat ribut membahas murid pindahan dari München Jerman.
Pasalnya, murid baru ini memilik paras yang begitu mengikat kaum hawa, namun bagi Lilo murid disini baru semua, karena dia kutu buku cupu, minus sekitar.

Kenneth masuk kedalam kelas, duduk dengan manaruh satu kaki nya diatas meja, ia menatap Lilo, gadis cupu yang baru saja ia putuskan di depan khalayak ramai. Bahkan tidak terbesit rasa bersalah sedikitpun di hatinya, mungkin.

[Us]wa - The loveWhere stories live. Discover now