21. BMPB

52.7K 3.2K 177
                                    

"Bagaimana keadaannya?" tanya Bara langsung setelah dokter Ana memeriksa Meisya.

"Keadaan nona Meisya sudah baik tuan, hanya tinggal menghilangkan bekas-bekas lukanya saja. Tuan bisa melakukan rawat jalan dengan membeli salep dan obat-obatan yang saya resepkan nantinya," jelas Ana.

Bara hanya mengangguk paham.

"Bara aku mau pulang, dengarkan kata dokter. Aku udah nggak apa-apa," rengek Meisya sambil menarik ujung kaos yanh dikenakan oleh Bara sambil memperlihatkan puppy eyes- nya.

Bara tertawa geli melihat Meisya yang sangat menggemaskan dimatanya. "Tunggu keadaanmu sampai nanti malam, kalo semakin membaik kita langsung pulang," balas Bara.

Bara tidak tahu jika ada orang yang diam-diam kagum dengan tawanya, dokter Ana. Sebenarnya ia sedari tadi menatap Bara sambil terpesona dengan tawa manis namun terkesan cool milik Bara. 'beruntung sekali gadis ini bisa memeliki tuan Bara,' pikir Ana.

Meisya menganggguk semangat saat mendengarkan kata pulang dari Bara.

"Tu-tuan boleh saya bicara sebentar dengan tuan?" tanya Ana takut-takut.

Bara berpikir sebentar, lalu ia mengangguk dan berjalan menuju sofa dengan diikuti oleh Ana. Ana tersenyum bahagia saat mendapat respon bagus dari Bara, Ana pun mengikuti Bara menuju sofa.

"Katakan?" tanya bara langsung keintinya.

"Tuan apakah tuan kekasih dari nona Meisya?" tanya Ana.

"Tidak dia bukan kekasih ku," jawab Bara santai.

Ana terkejut saat mendengar jawaban dari Bara, matanya langsung berbinar. "Jadi nona Meisya bukan kekasih tuan?" tanya Ana kembali memastikan.

"Hmm"

"Emm jika begitu tuan mau tidak jika saya menjadi kekasih tuan" ucap ana malu malu sambil menyelipkan rambutnya kebelekang telinganya

"Hahah. Kau ingin menjadi kekasih ku?" Bara tertawa mendengarkan perkataan Ana.

Lagi lagi ana terpana dengan tawa Bara itu. "I-iya tuan," jawab Ana sambil tersenyum malu.

"Meisya memang bukan kekasihku, karena dia calon istriku," lanjut Bara dan langsung merubah wajahnya menjadi sedatar mungkin.

Dokter Ana langsung terdiam sambil memandang wajah Bara, lalu ia tertawa renyah. "Hahah. Tidak tuan saya hanya bercanda, saya tidak akan menyuruh anda menjadi kekasih saya," balas Ana. 'ck sayang sekali padahal tadi aku sudah menahan malu,' batin Ana kesal.

Sedangkan si pemilik brangkar merasa kesal saat melihat Bara yang tertawa dengan gadis lain. "Ck dia nyuruh gue buat nggak deket sama cowok lain. Sedangkan dia tertawa asik dengan dokter Ana," gerutu Meisya sambil berusaha untuk duduk. Meisya pun memengambil infusnya, lalu membawanya, agar bisa menghampiri Bara.

Jarak sofa dengan brankar cukup jauh, sehingga Meisya tidak dapat mendengar percakapan mereka berdua. Tapi yang membuat Meisya kesal adalah Bara yang tertawa didepan Ana, sedangkan Ana selalu curi-curi pandang terhadap Bara. Sesekali Ana juha tersenyum kagum melihat ketampanan Bara.

Meisya berjalan dengan lemah menuju sofa, tanpa banyak kata-kata ia langsung duduk dipangkuan Bara dan menenggelamkan wajahnya didada bidang milik Bara. "Sayang aku sangat merindukanmu," ucap Meisya yang sengaja ia Menggunakan nada yang dimanja-manjakan agar si dokter Ana merasa panas.

BARA My Possessive Boyfriend (OPEN PO)Where stories live. Discover now