#2

40 36 8
                                    

Happy Reading Cinta-Cintaku ♥


🌹 🌹 🌹

Dibalik selimutnya yang tebal, seorang gadis masih menikmati tidurnya.

"Ara, ya ampun bangun, Nak. Ini udah jam setengah 7 loh. Kamu kan mau Ospek" Seru Ratna membangunkan putrinya.

Ratna menarik selimut yang Ara gunakan agar putrinya itu terbangun dari tidurnya.

Ratna menggeleng melihat kelakuan putrinya.

Sedari kecil, Ara memang sangat sulit untuk dibangunkan. Hanya satu hal yang bisa membuat Ara terbangun.

Yah, menyiramnya dengan air.

"Bangun, Ra!. Bangun! kamu udah telat loh. Nanti di hukum baru deh nyalahin Mama." Ratna memercikkan air ke wajah Ara yang dibawanya dari kamar mandi.

"Mama ... Ara masih ngantuk. 5 menit lagi deh" gumamnya.

"NGGAK ! BANGUN ATAU MAMA PANGGILIN PAPA BUAT BANGUNIN KAMU" kata Ratna mencubiti pipi Ara supaya gadis itu bangun.

Mata Ara langsung terbuka lebar saat mendengar Ratna ingin memanggil Surya untuk membangunkannya.

Ara tau, kalau Surya yang membangunkannya pasti akan ada banyak ancaman. Terutama, ancaman untuk menjodohkannya dengan anak dari temannya itu.

Ara mendengus, "Iya iya. Ara bangun" kata Ara cemberut.

Ara pun bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi untuk melanjutkan tidurnya disana. Etdah bukan, tapi Ara ke kamar mandi untuk menuntaskan ritual paginya dan bersiap untuk ke kampus.

***

07.00 wib

Dengan langkah tergesa-gesa, Ara menuruni tangga.

Mampus, ia pasti akan telat untuk sampai di kampus tepat waktu.

"Ara, pelan-pelan nanti kamu jatuh loh" Kata Surya memperingati putrinya.

"Ma, Pa. Ara langsung jalan aja ya, soalnya udah telat banget nih" pamit Ara langsung menyalim kedua tangan orang tuanya.

Ratna dan Surya hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan putrinya. Tidak pernah berubah, sedari dulu Ara sangat sulit untuk pergi ke sekolah atau saat ingin pergi hang out bersama temannya tepat waktu. Pasti dia selalu mengulur-ulur waktu. Dan itu terkadang membuat Sofia dan teman yang lain juga geram melihat kelakuan Ara yang selalu ngaret.

"Pak Ujang, anter saya ke kampus ya!" kata Ara pada Ujang, supir pribadi keluarganya.

"Siap non" Ujang membukakan pintu belakang untuk Ara.

07.10 wib, mulut Ara sudah berkomat-kamit sedari tadi. Ia berdoa agar tidak terlambat sampai di kampus.

Keringat dingin mulai mengucur dari pelipisnya, Ara pun mulai cemas. Apalagi sekarang mobilnya harus terjebak macet.

'Mama, gimana ini? Masa Ara harus telat sih' gumamnya bermonolog.

Mata Ara melihat seseorang laki-laki yang menepikan motornya dipinggir trotoar yang sepertinya tengah menerima telepon. Ara menyipitkan matanya untuk mengenali si pengendara motor tersebut.

"Aha ! Pak, Ara turun disini aja ya. Bapak nanti putar balik aja"

"Tapi non, nanti bapak nanyain gimana?"

"Nggak apa-apa. Saya mau cari tumpangan aja, Pak. Ya udah yah, saya turun"

Ara pun menghampiri laki-laki yang dilihatnya tadi.

"Bang Universitas Pelita ya. Buruan!" kata Ara langsung naik ke motor laki-laki itu.

Si pengendara motor yang tadinya baru menstater motor, tiba-tiba kaget saat merasakan seseorang yang menaiki motornya.

"Maaf, saya bukan tukang ojek, Mbak"

"Udah, buruan bang. Nanti gue telat ke kampus" seru Ara dari belakang.

Sesampainya motor itu di Universitas Pelita, Ara langsung turun tanpa berterima kasih pada laki-laki itu.

Si pengendara menggeleng melihat perempuan yang menganggapnya tukang ojek tadi.

"BANG MAKASIH!" teriak Ara dari jauh kepada laki-laki yang mau mengantarnya tadi. Bukan mau, tapi terkesan seperti laki-laki itu terpaksa mengantarnya.

Laki-laki itu tiba-tiba tersenyum melihat tingkah perempuan yang membuatnya harus rela membalap di tengah kemacetan di ibukota.

"Cewek aneh" gumamnya.

***

Saat istirahat, Ara dan Sofi hanya membeli minuman dingin saja dikantin. Karena kantin saat ini penuh, mereka pun memutuskan untuk beristirahat di bawah pohon besar disamping kantin.

"What ? Serius, Ra?" Sofi hampir menyemburkan minumannya yang hampir saja menyentuh tenggorokkan saat mendengar cerita Ara.

"Iya beneran, Sof. Masa' gue bohong sih. Lo kan tau gue gimana. Ya, masa bodo lah dia mau nilai gue gimana. Toh kan dia juga bukan dosen, yang bakal ngasih gue nilai nantinya. Paling tu cowok sama kayak kita, cuma seorang Mahasiswa. Jadi, santai ajalah" kata Ara enteng.

"Serah deh. Hati-hati aja, Ra. Jangan keseringan buat orang kesal deh. Nanti kalo sempat tuh orang nggak sabar kek gue, bisa gawat Lo. Kalo dia marah, gimana? Terus kalo dia kelewat kesel, dan hampir main fisik sama Lo, gimana?" ujar Sofi menakut-nakuti Ara.

"Bodo amat" kata Ara santai.

Dari tempat duduknya, Ara melihat laki-laki yang tadi pagi memberinya tumpangan ke kampus. Eh ralat, maksudnya laki-laki yang mungkin saja merasa terpaksa harus membawa Ara untuk pergi ke kampus.

Dengan idenya yang jail, Ara segera menghampiri laki-laki yang tak jauh dari tempatnya duduk.

"Eh, Ra mau kemana?" tanya Sofi heran, saat Ara meninggalkannya.

"Hay abuang... Btw, makasih ya udah mau nebengin gue tadi. Kalo nggak ada abuang mah, gue bisa telat sampe kampusnya." kata Ara kepada laki-laki itu dengan nada yang dilebay-lebaykan dan juga Ara mengedipkan sebelah matanya untuk menggoda.

Laki-laki itu tersenyum canggung melihat kehadiran Ara yang tiba-tiba.

"Oh iya, ini gue bawain minuman buat abuang. Di minum ya, gue yakin abuang pasti haus."

'Untuk seluruh mahasiswa/i baru, diharapkan kembali ke aula. Karena waktu istirahat telah selesai'

Suara pengumuman itu membuat Ara lesu. Padahal, baru saja ia bertemu dengan orang yang telah membantunya tadi pagi. Sebenarnya, Ara masih ingin bicara panjang lebar dengannya. Tapi... Ya sudahlah. Mungkin lain kali saja ia berbicara banyak dengan laki-laki itu.

"Yah, abuang. Padahal gue masih pengen ngobrol-ngobrol gitu sama abuang. Tapi itu si toa udah manggil gue buat balik ke aula. Next time, kalo kita ketemu lagi gue bakal ajak abuang buat nongkrong deh" laki-laki itu hanya menaikkan alisnya sebelah, bingung dengan apa yang Ara katakan.

Laki-laki itu tidak berbicara apa pun pada Ara. Karena ia memang tak tahu apa yang harus ia bicarakan pada gadis itu.

Dari jarak yang jauh, Ara memberikan kiss bye pada laki-laki itu. Respon yang laki-laki itu berikan hanya menaikkan kedua bahunya, tak mengerti dengan apa yang Ara lakukan.

🌹 🌹 🌹





To Be Continue...
Yeay, Part 2 udah selesai 👏👏
Jangan lupa vote dan komentnya yah. Ditunggu !!!
See you ♥
Salam Hangat dari Author (●'з')♡

[3] To Be With You [Hiatus] Where stories live. Discover now