#10

30 28 5
                                    

Happy Reading Cinta-Cintaku ♥

Jangan Lupa Vote & Koment ♡



🌹 🌹 🌹

Hening.

Reza sesekali melirik ke arah Ara yang sejak keluar dari restoran tadi hanya diam saja dan memalingkan muka ke arah jendela.

"Ra" panggil Reza. Matanya sesekali melirik Ara, tapi ia juga harus fokus menyetir mobilnya. "Kita mau jalan-jalan ke mana lagi?" lanjutnya.

"Pulang" jawab Ara dingin. 

Entah kenapa saat melihat perempuan itu memegang tangan Reza, dadanya terasa sesak dan kepalanya seperti ada asap saat melihat perempuan itu memegang tangannya dan ditambah lagi Reza yang tak memberi respon dan membiarkan perempuan itu.

"Kok pulang? Kan masih siang. Katanya mau jalan-jalan sampe sore" ujar Reza.

"Udah gak mood"

Reza menepikan mobil, sepertinya ada yang tidak beres sama Ara.

Ara sedikit bingung, kenapa Reza menepikan mobilnya. Tapi, ia tidak peduli.

Reza menarik wajah Ara agar menghadapnya.  "Kenapa nggak mood?" tanya Reza lembut.

Tatapan Reza yang teduh membuat Ara semakin jatuh hati padanya.

Ara pun bingung kenapa moodnya jadi seperti ini.

Apa ini yang dinamakan cemburu? Yah, sepertinya begitu. Ara cemburu melihat perempuan tadi yang bisa dikatakan lebih cantik daripada dirinya yang mencoba mendekati Reza-nya.

Ara menundukkan wajahnya, tapi Reza menahan agar tetap menghadapnya.

"Kenapa? Ngomong aja!"

Tapi Ara menggelengkan kepalanya. Ara bingung apa ia harus mengatakan kalau dirinya tadi cemburu melihat tangan Reza disentuh-sentuh perempuan lain.

Apakah pantas ia cemburu pada Reza? Padahal dirinya bukan siapa-siapanya Reza. Ara dibuat bingung dengan perasaannya sendiri.

"Kak, apa salah, kalo gue cemburu liat perempuan yang tadi megang-megang tangan Lo? Padahalkan gue bukan siapa-siapa Lo" kata Ara, sekarang ia memberanikan diri untuk membalas tatapan teduh yang Reza berikan padanya itu. "Dan juga, sory tadi gue udah ngaku-ngaku jadi pacar Lo. Soalnya gue udah kebawa emosi tadi" ujar Ara malu.

Reza tersenyum, "Iya Ra nggak apa-apa. Saya paham kok. Dan saya juga tau gimana perasaan kamu ke saya. Saya nggak mungkin maksa kamu buat langsung hilangi rasa itu, kan?"

"Udah. Nggak apa-apa kok"ujar Reza tersenyum simpul. "Ya udah, kita jalan lagi, yah! Jangan sedih dong, ntar mukanya tambah jelek loh" gurau Reza lalu mencubit pipi Ara, gemas.

***

Dinginnya angin malam yang berhembus tak membuat gadis yang berada di balkon kamarnya itu untuk kembali masuk.

Sudah hampir 2 jam ia di sana. Entah apa yang sedang di lakukannya sampai-sampai ia tak menyadari kalau sekarang sudah jam 10 malam.

"Oke, besok jangan lupa jemput gue! Nggak pake telat, titik. Bye" Ara memutuskan sambungan teleponnya.

Ternyata selama dua jam itu Ara habiskan untuk teleponan dengan Reza.

22.15 wib.

Ara terkejut saat menyadari kalau sudah larut malam. Ia bergegas masuk ke kamar dan menutup pintu yang menghubungkan ke balkon kamarnya.

[3] To Be With You [Hiatus] Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu