#9

31 29 1
                                    

Happy Reading Cinta-Cintaku ♥

Jangan Lupa Vote dan Komentnya ♡

🌹🌹🌹

Senyuman yang indah menyambut pagi yang cerah.

Pagi-pagi buta, Ara telah memporak porandakan isi kamarnya untuk mencari outfit yang cocok untuknya pergi jalan bersama Reza.

Yaps, Ara dan Reza sudah berbaikan beberapa hari yang lalu. Dan hari ini, Reza mengajaknya menikmati weekend bersama dengan berjalan-jalan mengelilingi kota untuk menebus kesalahannya karena telah meninggalkan Ara waktu itu.

'Cantik' pujinya sendiri.

Ara membereskan alat-alat make up yang sengaja ia pinjam dari mamanya.

Jujur saja, Ara sebenarnya kurang nyaman untuk merias wajahnya seperti sekarang. Karena memang sedari dulu ia paling anti make up - make up an. Tapi, sekarang ia akan mencoba merias wajahnya agar terlihat cantik di depan Reza.

Semenjak Reza meminta maaf karena meninggalkannya beberapa hari yang lalu, Ara tidak jadi berhenti untuk berjuang mendapatkan cintanya Reza. Ara semakin gencar untuk mendekatinya. Ia terus mengirim chatting pada Reza, atau bahkan kadang juga mereka sering teleponan dan juga Ara menemani Reza lembur sambil memeriksa tugas mahasiwanya.

Suara panggilan Ratna dari luar kamar yang mengatakan kalau Reza telah menunggunya, membuat Ara semakin tak sabar untuk bertemu dengan Reza.

"Iya, Ma. Ini udah selesai kok" serunya.

Ara segera keluar dari kamarnya untuk menemui Reza yang sudah menunggunya di ruang tamu.

"Udah selesai?" tanyanya.

"Udah kok. Ya udah, yuk jalan!" ajak Ara yang sudah tak sabaran.

"Iya. Tapi pamit sama mama kamu dulu"

"Mamaaaaaa ... Ara sama Kak Reza pergi dulu ya!" teriak Ara pada Ratna yang berada di dapur.

Ratna datang dengan tergopoh-gopoh saat mendengar teriakan Ara.

"Kenapa harus teriak-teriak sih. Ini bukan di hutan Ara" ujar Ratna jengkel, ia tak habis pikir dengan putri satu-satunya itu yang suka sekali berteriak di mana-mana. Entah ngidamkan apa ia dulu sewaktu hamil Ara, sampai-sampai Ara seperti ini.

"Biar mama denger gitu. Kan dari sini ke dapur nggak kedengeran" cengirnya.

"Ada-ada aja kamu ini"

"Tante, Saya sama Ara pergi jalan dulu ya" pamit Reza menyalim tangan Ratna dan diikuti Ara.

"Iya. Hati-hati, jangan ngebut bawa mobilnya. Trus nanti, kalau anak tante rewel kamu tinggalin aja"

"Mama kok gitu sih. Ara ngambek nih.  Beneran ya Ara ngambek" rajuknya.

"Kamu mau ngambek? Ya udah, kita nggak jadi jalan" kata Reza santai.

Dengan spontan, Ara menggandeng Reza dan membawanya keluar rumah, "Ya jadilah. Ya kali batal. Ma, kita pergi dulu ya" seru Ara yang sudah berada di luar.

Ratna menggeleng kepala melihat kelakuan putrinya. Kenapa bisa anaknya seperti itu. Sepertinya memang fiks, ini anaknya mengikuti jejak pamannya.

***

Sudah satu jam lebih mereka mengelilingi kota. Tapi, sampai sekarang mereka tidak tau tempat apa yang ingin mereka tuju.

"Jadi, sekarang kita mau ke mana?"

Untuk kesekian kalinya, Reza mempertanyakan itu.

"Nggak ke mana-mana. Muter-muter gini aja gue udah seneng kok"

"Ya nggak mungkinlah kita mutar gini-gini terus. Yang ada bensin saya habis tau. Emang kamu mau dorong mobilnya kalo mogok?" Ara menggeleng kepalanya cepat.

"Ya nggak lah. Ya kali cewek cantik kayak gue gini disuruh dorong mobil. Ntar princess kecapekan gimana?" kata Ara.

Reza menggusar puncak kepala Ara, gemas. Ingin sekali ia mencubit pipi gadis yang ada di sampingnya ini. Entah kenapa ada di dekat Ara membuatnya nyaman. Tidak seperti saat bersama dengan teman perempuan nya yang lain.

"Gimana kalau kita makan? Sepertinya kamu belum makan dari tadi pagi" kata Reza mengalihkan pembicaraan.

"Boleh juga. Kebetulan banget cacing-cacing diperut udah minta dikasih makan" guyonnya.

Reza pun membelokkan mobilnya menuju tempat makan yang tak sengaja mereka lintasi.

Setelah 10 menit menunggu. Akhirnya, makanan yang mereka pesan pun datang.

"Yuk makan!" Ara langsung menyantap makanan yang ada di meja.

Reza melongo melihat sifat Ara yang satu ini. Benar-benar tak ada jaim - jaimnya kalau sudah berhadapan dengan makanan. Tapi, ia suka perempuan seperti itu daripada harus menjaga image di depannya tapi sebenarnya mereka benar-benar sedang lapar. Takutnya nanti, sampai di rumah mereka malah kelaparan. 

Terus terang saja, Reza lebih suka dengan perempuan yang apa adanya seperti Ara.

"Pelan - pelan, Ra. Nggak bakal saya minta kok" ujar Reza yang melihat Ara yang begitu lahap memakan makanannya.

"Gue laper" ujar Ara dengan mulut yang masih penuh dengan makanan.

"Laper sih laper, Ra. Tapi, santai aja makannya"

"Iya iya. Gue pelan-pelan makannya"

Mereka pun menikmati makanan dengan tenang.

Setelah selesai makan, Ara pamit ke toilet sebentar untuk melihat make up nya apakah masih bagus atau sudah berantakan.

Sambil menunggu Ara kembali, Reza memainkan ponselnya sekaligus memeriksa e-mail yang masuk. Ia tak menyadari kalau ada orang yang duduk di kursi yang Ara duduki tadi dan Reza merasa orang itu terus memperhatikannya.

Merasa ada yang memperhatikan, Reza mendongak untuk melihat orang tersebut. Ia sedikit terkejut saat mengetahui kalau Vera, salah satu mahasiswanya lah yang sedang duduk dan sedari memperhatikannya tanpa berkedip.

"Hay, Pak. Sendirian aja?" tanya Vera basa-basi.

"Nggak kok. Saya berdua"

"Beneran, Pak? Tapi kok sekarang sendirian?"

"Dia lagi ke toilet" balas Reza cuek.

Tanpa tau malu, vera menyentuh tangan Reza yang sedang memainkan ponsel.

"Pak, jalan bareng saya aja yuk!" ajak Vera.

"Lepasin tangan kamu dari tangan saya!" kata Reza tegas. Ia paling tidak suka ada yang memegang tangannya sembarangan.

Dari kejauhan, saat baru keluar dari toilet mata Ara langsung tertuju pada meja yang didudukinya bersama Reza tadi. Disana ia melihat ada seorang perempuan yang memegang-megang tangan Reza.

Ara paling anti kalau miliknya disentuh oleh orang lain. Ia mempercepat langkahnya agar segera sampai di meja yang didudukinya tadi.

Ara menarik tangan perempuan yang memegang tangan Reza tadi, "Mbak, tangannya jangan sembarangan ya megang-megang tangan pacar saya. Saya paling nggak suka, pacar saya di pegang-pegang sama cewek lain" sembur Ara. Ia langsung mengajak Reza untuk segera membayar dan pergi dari sana.

Vera menatap kepergian mereka dengan tatapan kesal. Ia penasaran dengan perempuan yang bersama Reza tadi. Yang bener saja itu pacar Reza? Tak ingin tinggal diam, Vera pun bertekad untuk mencari tahu siapa perempuan itu.

🌹 🌹 🌹



To Be Continue ...
Yuhuuuuu chapter 9 udah selesai 🙃 yok jangan lupa tinggalin jejaknya ya Say 😍😊  Voment dan krisarnya di tunggu 😘

[3] To Be With You [Hiatus] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang