#8

28 29 4
                                    

Happy Reading Cinta-Cintaku ♥

Jangan Lupa Vote & Koment nya♡


🌹 🌹 🌹

Ara bersyukur karena dosen yang mengajar pagi ini belum masuk ke kelasnya. Ara bingung. Bukannya dosen itu kemarin memberikan konsekuensi tidak boleh datang terlambat satu menit pun. Dan sekarang, waktu jam pelajarannya sudah terlewat 5 menit. Dosen itu belum juga datang, kalau dilihat-lihat dosen itu sendiri yang tidak konsisten dengan peraturannya.

Ah, tidak apalah. Yang penting sekarang dirinya tidak terlambat. Ara pun menduduki kursi kosong yang hanya tersisa di urutan paling depan.

Sebenarnya, Ara paling tidak suka jika harus duduk di kursi paling depan. Tapi, apa boleh buat. Hanya kursi itulah yang tersisa.

Suara mahasiswa/i yang tadinya terdengar ramai tiba-tiba senyap seketika.

Ara mendongak saat merasa teman sekelasnya itu pada berhamburan untuk kembali ke tempat duduknya masing-masing.

Seorang laki-laki masuk ke dalam kelasnya dan menuju ke meja dosen yang berada di ujung kelas. Sepertinya laki-laki itu dosen. Tapi kan, yang mengajar pagi ini dosennya perempuan.

Ara terus memperhatikan laki-laki yang membelakanginya itu sampai laki-laki itu berbalik.

" Selamat Pagi " sapa laki-laki itu. Ara terkejut saat melihat wajah laki-laki itu. Ternyata laki-laki yang masuk tadi itu, Reza.

"Pagii Pak" sapa mahasiswa/i bersamaan, kecuali Ara yang terdiam karena masih kaget.

"Perkenalkan saya Reza Rizki Pratama. Disini saya sebagai dosen pengganti pada mata kuliah manajemen bisnis, selama Bu Sarah cuti"

Reza mengedarkan pandangannya ke seisi kelas, melihat satu persatu wajah mahasiswa yang baru akan di ajarkannya itu. Tapi, pandangannya terhenti tepat pada seorang gadis yang semalam menghantui pikirannya. Siapa lagi kalau bukan Ara.

"Langsung saja, kalian buka buku manajemen bisnis yang minggu lalu bu Sarah minta kalian untuk mencari buku panduannya ..."

Selama mengajar, pandangan Reza selalu tertuju pada Ara yang juga terus memandanginya. Tapi, saat pandangan mereka bertemu, Ara selalu mengalihkannya. Karena jika tidak seperti itu, pertahanan Ara untuk mencoba melupakan Reza akan gagal total.

***

"Baiklah kuliah pagi ini, kita cukupkan sampai disini. Jangan lupa tugas yang saya berikan tadi di kumpulkan minggu depan sehari sebelum mata kuliah saya. Kalian kumpulkan pada Ara dan nanti dia yang menyatukannya semua dalam satu flashdisk. Kalau dia terlambat mengumpulkan, tugas kalian tidak akan saya terima. Terima kasih. Saya permisi"

Setelah membereskan barang-barangnya yang ada diatas meja, Reza pun segera keluar.

"Ra, Lo besok jangan sampe telat ya ngumpul tugas-tugas kita" seru Andi, teman sekelas Ara.

"Loh, kok gue sih? Kalian kan bisa kumpul sendiri" kata Ara tak terima. Pasalnya sejak Reza menjelaskan ia tidak mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh Reza.

"Lo nggak denger Pak Reza tadi bilang apa? Intinya sekarang, tugas kita semua tergantung sama Lo yang nganternya tepat waktu. Kalau sampe tugas kita nggak sampe ke tangan pak Reza, berarti Lo nggak ngumpulin tugas kita-kita." sambung Fikri.

Setelah mencerna semua yang mereka katakan, Ara baru paham. Ia bergegas mengejar Reza sebelum laki-laki itu pergi terlalu jauh. Ia tidak terima mendapat tugas dua kali lipat seperti ini. Jika besok ia tidak bisa mengumpulkan semua tugas itu tepat waktu, ia harus menerima konsekuensinya sendiri atau bahkan semua anak kelas akan memarahinya. Ini tidak bisa, Ara harus membicarakan ini pada Reza kalau dirinya tidak bisa menerima amanah ini.

"KAK REZAAA!"panggil Ara dari koridor lantai 2 saat Reza akan menuruni tangga.

Ara menutup mulutnya, saat semua mahasiswa yang berada di koridor menatapnya. Ia hanya tersenyum tak enak pada mereka.

Ara langsung menghampiri Reza yang berada didekat tangga.

Reza menaikkan sebelah alisnya dan menatap Ara yang sudah berada dihadapannya

"Kak Reza ... Eh, salah. Maksud saya Pak Reza, ada yang ingin saya bicarakan"

"Ke ruangan saya!" seru Reza cuek, lalu melanjutkan perjalanannya.

"Kenapa harus ke ruangan Lo, Kak? Disini kan bisa" kata Ara tak terima. Masalahnya, Ara paling tak suka jika nanti ia menjadi pusat perhatian dosen yang berlalu lalang disana.

Dan salah satu alasannya tidak mau ke sana, karena ia ingin segera ke kantin untuk mengisi perutnya. 3 sks yang diajarkan oleh Reza membuat perutnya lapar.

Reza berhenti sejenak, "Apakah sopan jika mahasiswa mengajak dosen berbicara di tangga?"

Ara menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Benar juga sih, ya kali mau ngomong di tangga kayak gini ' batin Ara.

Ara pun mengikuti langkah Reza menuju ke ruangannya.

"Duduk!"

"Nggak perlu, Kak. Eh, Pak" tolak Ara.

"Santai aja, kalo di luar kelas atau diluar kampus, bisa panggil saya Kakak. Karena saya kan nggak terlalu tua untuk di panggil bapak" ujarnya sok kegantengan, emang ganteng sih.

"Ok. Gue disini cuma mau bilang, kalo gue nggak bisa nerima amanah yang Lo kasih tadi. Takutnya nanti malah nggak ke kumpul, kan gue orangnya suka lupaan"

"Terus?"

"Ya biar yang lain aja gitu yang ngumpul besok"

"Kalo saya mau nya kamu yang ngumpul, gimana? Saya nggak suka penolakan ya! Kalo kamu nolak berarti nilai kamu dan teman-teman kamu satu kelas itu, nggak akan saya terima. So, bagaimana?"

Ara langsung terdiam. Haduh, gimana nih kalo nanti gue nggak bisa tepat waktu. Bisa-bisa kena amuk satu kelas nih. Ara menjerit takut dalam hati.

"I ... iiya deh, iya. Nanti gue usahain tepat waktu" kata Ara ragu.

"Bagus!"

"Ya udah, gue keluar dulu kalo gitu" pamit Ara keluar dari ruangan itu.

Saat Ara akan membuka pintu, Reza memanggilnya, "Eh, tunggu!" serunya.

Ara tak jadi membuka pintu dan menaikkan sebelah alisnya, bertanya.

"Nanti pulang sama saya" ujar Reza.

"Loh ken ..."

"Saya nggak terima penolakan. Titik. Tunggu di parkiran. Dan sekarang silahkan keluar dari sini. Pintu ada disebelah sana" Reza menunjuk pintu yang ada di belakang Ara.

Ara mendengus kesal. Bisa-bisanya laki-laki itu mengaturnya. Padahal ia berniat pergi ke mall bersama Sofi untuk menonton film yang mereka tunggu-tunggu dari satu bulan yang lalu. Tapi, sekarang laki-laki itu mengajaknya pulang bersama.

Entahlah, sedang tak ingin berdebat. Ara hanya mengiyakan saja apa yang Reza katakan.

Ara pun segera keluar dari ruangan Reza dan langsung menuju kantin untuk mencari makanan.

🌹 🌹 🌹




Yuhuuuuuuu .....
To Be Continue ...
Jangan lupa vote dan komentnya yah gess. Kritik dan saran yang membangun juga author nantikan

See you 👋 I Love You ♥

[3] To Be With You [Hiatus] Where stories live. Discover now